12

368 67 2
                                    

Taeyong bersandar lemas di tembok koridor gudang itu dengan pandangan kosong. Ia termenung, meratapi hidupnya yang mungkin sebentar lagi akan berakhir.

Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia lakukan, hingga gadis cantik yang menarik perhatiannya itu harus menjadi perantaranya dengan malaikat maut? Pemikiran itulah yang terus berputar di kepala Lee Taeyong.

Kepala Taeyong terasa berat, akibat darah yang terus mengucur deras dari kakinya yang tertembak serta perutnya yang sobek.

'Aku berharap, jika aku memang di takdirkan untuk mati sekarang, aku bisa di pertemukan dengan eomma ku di sana,' batin Taeyong lalu tersenyum kecut.

Ia merasa benci dan marah kepada Jisoo, gadis yang telah membuatnya sekarat. Namun di sisi lain, ia juga merasa berterimakasih sebab Jisoo telah mempercepat prosesnya untuk bertemu eommanya yang selalu ia rindukan.

Di tengah lamunan panjangnya,

Tiba-tiba saja dada Taeyong terasa remuk. Sesuatu dalam dirinya seakan mencengkeram tulang rusuknya dan menghancurkannya perlahan-lahan.

Taeyong merinting kesakitan, tak tahu harus berbuat apa. Rasanya, mati sekarang adalah pilihan yang tepat.

Perlahan, penglihatan Taeyong mulai mengabur dan kesadarannya mulai menghilang.

"LEE TAEYONG," teriak seseorang dari ujung koridor yang tak lain adalah Taehyung. Membuat Taeyong berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat.

"Apa yang terjadi?" Tanya Taehyung panik sembari memegang kedua pundak Taeyong. "Siapa yang membuatmu seperti ini?"

Taeyong mencoba berucap dengan bibir yang terasa kelu, menahan sakit yang mendera pada seluruh tubuhnya.

Seseorang yang sejak tadi memperhatikannya tersenyum miring. "2," ucap orang itu mulai menghitung mundur.

"J..ji..." ucap Taeyong terbata-bata.

"Sa..tu," smirk. "Selamat tinggal, Lee Taeyong." Ucap orang itu sembari menekan sebuah tombol dan berlalu pergi.

Tit tit tit

Taehyung mengernyit ketika pendengarannya menangkap bunyi alarm bom. Hingga tiba-tiba...

Buum

Tubuh Taeyong meledak seketika. Membuat Taehyung terlempar beberapa meter dengan mata melotot, menyaksikan tubuh Taeyong yang hancur berkeping-keping tepat di depan matanya.

" R.I.P Lee Taeyong, " gumam orang itu ketika telah berada di area luar gudang.

Di temani alunan simfoni karl mayer berjudul Reverse, orang itu bersenandung ria menikmati kehancuran seorang Lee Taeyong.

Kejam, mungkin kata itulah yang dapat menggambarkan sosok seorang Kim Jisoo. Penerus tunggal perusahaan Kim's corp di masa mendatang.

 Penerus tunggal perusahaan Kim's corp di masa mendatang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

Seoul medical center

Kim Choi Suk, ayah dari Kim Jisoo saat ini tengah mengunjungi salah satu rumah sakit terkenal di kota Seoul untuk mengkonsultasikan penyakit yang di derita oleh Jisoo.

"Jadi bagaimana, apa ada perkembangan dari penyakit putriku?" Tanya Choi Suk kepada Im Yoona, psikiater yang menangani Jisoo selama beberapa tahun belakangan ini.

"Sebelumnya maafkan saya Mr. Tapi seperti yang anda ketahui, bahwa Jisoo putri anda itu mengidap penyakit skizofrenia psiko-afektif atau yang lebih di kenal dengan skizoafektif di mana penderita sering mengalami delusi dan halusinasi yang berlebihan,"

"Dari pengamatan saya selama beberapa tahun belakangan ini, penyakit Jisoo tampaknya semakin parah. Dan yang lebih saya takutkan, penyakit Jisoo kian hari semakin mengarah pada tanda-tanda penderita bipolar,"

"Apabila penyakit Jisoo tidak kunjung sembuh, nampaknya ia harus di rawat di tempat rehabilitasi kembali Mr. Kim," jelas Im Yoona kepada Choi Suk.

Choi Suk yang mendengar penuturan Im Yoona pun hanya mampu menghela nafas kasar. "Apa maksudmu? Bukannya kau sendiri yang mengatakan bahwa putriku sudah sembuh, lalu mengapa sekarang kau tiba-tiba saja mengatakan bahwa penyakitnya semakin parah," bentak Choi Suk kepada Im Yoona.

"Mr. Kim, saya harap anda dapat memahami situasi ini, keberadaan Jisoo di lingkungan masyarakat dapat menyebabkan banyak masalah. Dia dapat melakukan hal di luar pemikiran kita jika penyakitnya kambuh. Dan perlu anda ingat, saya tidak pernah mendiagnosa bahwa Jisoo telah sembuh total. Saya hanya mengatakan bahwa saya akan meninjau Jisoo melalui kegiatan sehari-harinya," ucap Yoona dengan tegas.

"Saya harap anda mengerti segala ucapan saya Mr. Kim," ucap Yoona memelankan suaranya dan memandangi Choi Suk dengan tatapan memelas.

"Aku berharap banyak padamu atas kesembuhan Jisoo, dan ku harap kau ingat bahwa Nara sahabat baikmu mempercayakan Jisoo padamu," tegas Choi Suk lalu berlalu pergi dari ruangan Yoona.

Yoona benci situasi ini, ia benci ketika Choi Suk telah mengungkit-ungkit mendiang Nara, sahabat baiknya sejak kecil dulu untuk menekannya.

"Aku benci situasi ini Nara, mengapa kau harus di takdirkan dengan lelaki seperti dia?" Lirih Yoona meraup kasar wajahnya.

"Harusnya Choi Suk memberitahu Jisoo tentang semua kebenaran itu Nara, juga semua tentang wanita sialan itu... agar Jisoo dapat terlepas dari derita batin yang ia tanggung sendiri," ucap Yoona dengan air mata yang telah mengalir perlahan.

*

Kini Seoul International High School tengah di hebohkan dengan berita kematian Lee Taeyong. Salah satu siswa populer di sekolah bergengsi itu.

Di saat semua siswa tengah panik, berbeda dengan Jisoo. Ia terlihat nampak sangat tenang seolah tak pernah terjadi hal apapun yang dapat membebani pikiran liciknya.

"Sebenarnya apa yang terjadi, hingga Lee Taeyong jadi seperti ini?" Bisik salah satu Siswi yang berdiri tepat di sebelah Jisoo.

"Mungkin itu sudah menjadi garis takdirnya ," celetuk Jisoo lalu melenggang pergi sembari menyeringai tipis dan bersedekap dada. Membuat kedua siswi yang sedari tadi berbisik di sebelahnya memandangi ia dengan tatapan heran.

"Dasar gadis aneh," ucap siswi tadi dengan lirih.

Jisoo melangkahkan kakinya hendak menuju ke arah roftoop. Ia melenggang dengan santai tanpa menghiraukan tatapan aneh dari para siswi tadi.

Jisoo menyusuri koridor dengan tenang hingga tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dengan kasar lalu menghempaskannya ke tembok dan memojokkannya.

Jisoo yang sedikit terkejut hanya terdiam dan meringis merasakan sedikit nyeri yang menyerang kepala dan punggungnya hingga akhirnya ia mendongak melihat wajah orang itu.

'Dasar bodoh,' batin Jisoo sembari terkekeh sinis dan memandang orang itu dengan tatapan meremehkan.















Hello Crazy comeback lagi

Jangan lupa vote dan komen yah

See u next chapter

Sinjai, 08/06/21

【CRAZY】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang