21

237 47 24
                                    

*Incheon International Airport

Jisoo terdiam dan menatap jengah pasangan suami istri yang saat ini berdiri tak jauh dari tempatnya.

Setelah memberinya obat penenang beberapa jam yang lalu, kini tanpa rasa bersalah mereka memerintahkan pelayan untuk mengganti baju Jisoo lalu menggeretnya serta ke bandara untuk menjemput kedatangan seseorang.

Dengan menggunakan jaket rajut serta kacamata dan topi rajut hitam, Jisoo tampak santai dan berkarisma di saat yang sama.

Jisoo berkacak pinggang sembari menghela nafas kasar untuk yang kesekian kalinya terhitung dari detik pertama ia berdiri di tempat itu.

"Bisakah kau berhenti untuk menghela nafas seperti itu Soo-ya?" Ucap Choi Suk sembari menoleh menatap putri semata wayangnya dengan Nara yang saat ini tampak menggemaskan dengan topi rajutnya.

"Tidak, aku tak bisa berhenti sebelum Appa mengizinkanku kembali ke rumah. Aku tak ingin berada di sini," ucap Jisoo dengan mata yang menatap datar sang Ayah.

"Sayangnya kau harus tetap berada disini untuk menyambut kedatangan adikmu Soo-ya," ucap Choi Suk lalu kembali membelakangi Jisoo.

"Haah... sudah berapa kali aku katakan padamu Appa, dia bukan adikku, " ujar Jisoo dengan penuh penekanan. Ia tak akan pernah menganggap pria itu sebagai adiknya sampai kapanpun. Jisoo tak akan pernah sudi.

"Walaupun kau terus menolak, kau tak akan pernah bisa menghilangkan fakta bahwa darah yang mengalir dalam dirimu juga mengalir di tubuhnya," ucap Choi Suk dengan nada setenang mungkin.

"Ck. Jika bisa pun aku akan mengeluarkan seluruh darah Kim yang ada dalam diriku hingga habis tak tersisa, agar aku tak perlu lagi berada dalam Circle yang memuakkan ini," ucap Jisoo menatap punggung Choi Suk dengan tatapan tajam.

Pandangan Jisoo beralih pada wanita yang sedari tadi berdiri di samping Choi Suk dan terus menatapnya dengan mata berbinar. Yah, wanita itu adalah ibu tirinya. Ha Ji Won.

"Yakk berhenti menatapku," bentak Jisoo kesal lalu berdiri di belakang punggung Suho yang sedari tadi terdiam menatap perdebatannya dengan sang Ayah.

Tak bisa di pungkiri, terbesit sedikit rasa ngeri dalam relung hati Jisoo saat melihat tatapan berbinar Ha Ji Won kepadanya, yang seakan-akan mengatakan bahwa Jisoo adalah barang berharga miliknya.

Suho yang menyadari ekspresi Jisoo itu hanya mampu menahan suara tawanya sekuat tenaga. Suho tak menyangka, Nona-nya yang selama ini selalu bersikap angkuh ketakutan melihat tatapan Ha Ji Won.

Plak

"Berhenti tertawa, sialan," decak Jisoo kepada Suho setelah memberi pukulan di punggung pria itu.

"Ah maaf nona, kau terlalu menggemaskan, " ujar Suho dengan tawa yang belum mereda.

"Dasar humor rendahan," ucap Jisoo sembari memutar bola matanya malas.

"Ah aku tak sabar menunggu kedatangan putra kita Choi Suk, " ujar Ha Ji Won tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Jisoo yang terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"Hmm," balas Choi Suk lalu berbalik dan ikut menatap Jisoo yang masih tak berhenti mengeluarkan kata-kata umpatan untuk Suho.

Setelah menunggu sekitar 30 menit, sosok pemuda yang mereka tunggu-tunggupun tiba di Korea. Pemuda itu terlihat berjalan dengan santai tak lupa dengan ekspresi datar yang membingkai wajah tampannya. Sangat khas dengan citra keluarga Kim.

Dengan menggunakan kaos putih yang di balut jaket hitam serta celana jeans biru, pemuda itu terlihat mempesona dan mengintimidasi di saat yang bersamaan. Tatapan matanya yang tajam di tambah surainya yang berwarna biru menambah pesonanya yang memikat orang-orang.

【CRAZY】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang