chapter 4

128 2 1
                                    

~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~

Cahaya matahari pagi itu membangunkan seorang gadis melalui celah kaca dikamarnya.

Kriing.

Jam wekker yang berada di nakas nya ia lempar ke sembarang arah. Cika benar benar ngantuk akibat semalam yang bergadang.

Dengan malas nya ia bangun sembari mengedarkan pandangannya ke penjuru kamarnya.

Kini keadaan kamar gadis itu benar benar seperti kapal pecah. Buku berserakan. Banyak pecahan beling.

Baju yang berserakan entah kemana. Beberapa percikan darah. Sangatlah miris.

"ko gue bisa sih masih hidup." ucap Cika bermonolog.

"giliran orang hidup nya happy pengen hidup terus malah mati. Giliran orang kaya gue pengen mati malah gamati mati. Heran."

Setelah mengucapkan itu ia beranjak dari king size nya menuju kamar mandi.

Tidak berselang lama Cika sudah rapi mengenakan seragam. Ia hanya memoleskan make up tipis di mukanya.

Saat menuruni tangga Cika melihat kedua orang tuanya yang sedang bersarapan.

"sini Cika kita sarapan dulu. Udah lama gasarapan bareng." ucap Ardi dengan tulus.

"apaansi pah biarin aja dia langsung berangkat nanti telat." ucap sari tanpa menoleh kearah Cika.

"kamu ini gimana si jadi ibu kok kaya gitu ke anaknya? Dia anak kamu juga sari."

"anak saya cuman Reno."

"gapapa pah aku emang mau sarapan di kantin sekolah bareng temen kok." ucap Cika di sela perkelahian kedua orang tuanya.

"yaudah aku berangkat ya pahh mah. Assalamualaikum."

Setelah itu Cika berlari keluar sembari menunduk untuk menutupi wajahnya yang sudah berlinang air mata.

Cika tidak ingin terlihat lemah.
"Walaikumsalam, hati hati Cika."

"lihat anak kamu tidak tau sopan santun." tukas sari penuh penekanan.

Sebelum benar benar berangkat gadis itu menghampiri bi ijah yang sedang manyapu halaman kebun.

"bi Cika minta tolong ya bik bersihin kamar Cika. Soalnya Cika gakeburu bersihin takut di marahin mama."

Bi ijah yang sudah paham dengan apa yang terjadi hanya tersenyum tulus dan mengangguk.

Bi ijah melihat ketakutan di wajah gadis itu. "iya non nanti sama bibi beresin tenang aja, lain kali jangan di seringin ya non. Bibi kasian sama non kalo ibu tau nanti non kena marah."

"iya bik makasih ya. Kalo gitu Cika pamit berangkat sekolah."

Lalu gadis itu segera memasuki mobil yang sudah di nyalakan mesinnya itu.

Cika & CikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang