05

5.4K 486 14
                                    

"Bapa ya ?" Antonius mengulurkan tangannya kearah langit-langit kamar hotel.

"Apa yang kamu katakan ?" Leon, pria yang kemarin Antonius layani mengengam tangan Antonius.

"Hm," Antonius mengelengkan kepalanya, dia menarik Leon lalu memeluk pria ini erat.

"Haha.. hei, aku belum mandi"

Antonius menghirup aroma parfum Leon.
"Tidak apa-apa, kamu wangi"

Semburat merah muda terlihat di kedua pipi Leon.
"Hei.." Leon mendorong tubuhnya menjauh sedikit dari Antonius.

Leon melihat Antonius yang sekarang berbaring dibawahnya.
".. kita sudah mengenal cukup lama.." sesekali Leon mengalihkan tatapan matanya dari Antonius seolah dia salah tingkah.

"Hm, apa yang mau kamu katakan?" Tanya Antonius sembari menyelipkan rambut Leon di telinganya.

".. apa kamu yakin tidak mau terikat dengan ku ? Kamu tau.. aku bisa membiayai hidup mu, apapun yang kamu mau aku-Mm" Antonius menarik leher Leon lalu melumat pelan bibirnya.

Saat pangutan bibir keduanya lepas, Antonius mengusap pelan bibir bawah Leon.
"Tidak ada perasaan antar pelanggan dan penyedia layanan.. kamu mengerti kan ?"

"Ak-aku tau tapi.." Leon meremas baju Antonius, dia sangat ingin Antonius menjadi kekasihnya tapi kata-kata Antonius seolah menolak Leon dengan halus.

".. aku tau, maaf" Leon membaringkan kepalanya di dada Antonius.

"Apa kamu mau terus ku peluk seperti ini ?" Tanya Antonius.

"Hm, tolong peluk aku sepanjang malam.. aku tidak mood berhubungan intim"

Sejujurnya Antonius sudah tau sejak lama kalau Leon memang menaruh hati padanya, tapi dia tidak ingin membuat pria ini berharap jadilah Antonius menolaknya dengan cara seperti ini.

Lebih lagi..

Antonius menghela nafasnya berat.
'Aku menyukai orang lain' batin Antonius,

.
.

02:15 Subuh.

Antonius tidak bisa tidur, dia hanya memeluk Leon yang sudah terlelap tidur dari beberapa jam lalu.

Perlahan Antonius melepas pelukannya dari Leon lalu bangun dari posisi berbaringnya.

Antonius mengambil kotak rokok dari saku jaketnya tapi kalung yang Nataniel berikan padanya ikut keluar dan jatuh tepat di bawah kaki Antonius.

Antonius membawa kotak rokoknya juga kalung tadi keluar kearah balkon, Antonius merokok seraya menatap kalung tersebut.

Dia mengangkat kalung tadi tepat kearah bulan yang saat ini bersinar terang.
"Hei Bapa.. apa Kau mendengar ku ?.."

Mata Antonius terlihat sayu.
".. Kau punya anak bernama Nataniel, bisakah Kau memberikan dia padaku Bapa ?"

Beberapa detik Antonius hanya diam menatap kalung tadi lalu tersenyum.

Dia berjongkok mengacak pelan rambutnya.
"Apa yang ku katakan ? Aku seperti orang bodoh.. bicara sendiri"

"Hah.." Antonius melihat asap dari rokoknya.
".. aku sangat menginginkan dia, aku ingin menciumnya.. memeluknya dan banyak hal lain lagi.. "

Antonius menundukkan kepalanya.
"...dasar bodoh"

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Father (BL 17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang