13

4.1K 447 19
                                    

"Mm.." Antonius perlahan membuka matanya, dia bisa melihat langit-langit rumah Nataniel.

".. kamu sudah sadar ?" Tanya seseorang dari sisi kiri Antonius.

"Hei, apa yang terjadi ?" Tanya Antonius dengan suara serak.

"Kamu pingsan, dokter tadi datang memeriksa mu" kata ibu Antonius yang sejak tadi setia duduk di sisi putranya.

"Hah.. " Antonius mencoba duduk.

"Pelan-pelan" ibu Antonius membantu putranya duduk.

Antonius bersandar di sandaran kasur, beberapa detik kemudian Nataniel datang dengan nampan di tangannya.

Dia duduk di dekat ibu Antonius.
"Dokter bilang kamu perlu tenaga, apa kamu belum makan seharian ini ?" Tanya Nataniel.

Antonius menatap Nataniel.
"Lebih tepatnya dua hari"

Deg!
Nataniel dan ibu Antonius terkejut mendengar hal barusan.

"Ka-kamu belum makan dua hari ?! Apa yang terjadi ?!" Tanya ibu Antonius dengan raut wajah khawatir.

Nataniel membuang muka, dia tau penyebab Antonius jadi seperti ini. Nataniel merasa sedikit bersalah, tapi dia juga merasa terluka dengan kejadian tempo hari.

"Mama, jangan khawatir.. aku hanya banyak pikiran, tapi sekarang semua baik-baik saja.. mama sudah memaafkan ku dan Nataniel juga"

Ibu Antonius menghela nafasnya lega.
Dia melihat kearah Nataniel.
"Imam Nataniel, terima kasih sudah memaafkan putra ku.. terlebih apa yang sudah dia lakukan, aku sebagai ibu juga meminta maaf" Ibu Antonius menundukkan kepalanya.

"Ti-tidak apa-apa bu.. jangan khawatirkan itu semua" Nataniel merasa tidak enak karena ibu Antonius lebih tua darinya.

"Sekali lagi terima kasih, untuk renovasi gereja ini akan segera ku lakukan.. berkat gereja ini, akhirnya aku bisa bertemu putra ku lagi" ibu Antonius menyentuh tangan putranya dengan senyuman bahagia.

"Kuasa pencipta sangat indah bu, apa yang terpisah akan kembali bersama kalau Dia menghendaki.. apa yang mustahil akan menjadi mungkin saat anda bersungguh-sungguh meminta"

Mendengar apa yang Nataniel katakan, Antonius mengepalkan tangan kanannya.

'Akan menjadi mungkin ? Apa perasaan ku akan tersampaikan ?' batin Antonius.

Walau pun dia tau semua itu akan menjadi pertentangan sangat kuat tapi dia berharap Nataniel punya perasaan yang sama.

.
.

Ibu Antonius meminta Antonius ikut pulang bersamanya setelah dia menghabiskan bubur buatan Nataniel.

Tapi Antonius meminta alamat ibunya saja agar dia bisa datang ke rumah ibunya, karena untuk sekarang Antonius ingin bicara berdua dengan Nataniel.

Saat ibu Antonius sudah pergi.
Nataniel kembali duduk di dekat Antonius.

"Apa yang ingin kamu bicarakan ?" Tanya Nataniel.

Perlahan Antonius menyentuh tangan Nataniel.

Deg!
Nataniel langsung menarik tangannya dengan tatapan sedikit takut.

"Apa kamu sebenci itu pada ku ?" Tanya Antonius dengan senyum lirih.

"Ak-aku tidak membenci mu, aku hanya sedikit terkejut kamu tiba-tiba menyentuh tangan ku" Nataniel mengalihkan wajahnya kearah lain.

"Kau tau.."

Nataniel melihat wajah Antonius.

".. andai kamu tidak mau memaafkan ku, ku pikir jalan terbaik adalah mengakhiri hidup ku"

Grep!
Nataniel langsung meremas tangan Antonius.

"Jangan pernah berpikir hal seperti itu ! Aku tau kamu salah.. aku pun sama, tapi bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah!"

Mata keduanya bertemu.
Antonius menyentuh tangan Nataniel.

"Hei.. jujur dari hati mu.."

Deg.
Deg.
Deg.

Antonius mendekat, menatap lekat mata Nataniel.
"Apa yang kamu rasakan Nataniel, apa kamu tidak merasakan apapun selama kita saling mengenal.. ? Aku tau, aku sangat lancang bertanya hal ini tapi jujur aku ingin tau perasaan mu "

"Antonius.. aku-"

Tuk.
Antonius menyatukan dahi keduanya.

"Tolong jujur pada ku Nataniel, aku tau Bapa mu akan marah.. tapi sebagai manusia, jatuh cinta bukan hal yang salah"

Debaran di dada Nataniel semakin kencang.
Pertentangan terasa jelas.
Batinnya bergemuruh, pikirannya berperang satu sama lain.

Tak terasa air matanya mulai berjatuhan.

"Hiks.."

"Ah, hei.. aku minta maaf, aku tidak bermaksud memaksa kamu menjawab"

Nataniel meremas baju Antonius.
"Apa yang harus ku lakukan ? Aku sudah sangat berdosa .. aku sudah berusaha.. aku sudah berusaha melawannya, aku tidak tau harus berbuat apa.. " Nataniel menyandarkan kepalanya di dada Antonius.

".. aku tau Bapa akan marah, aku tau Dia akan murka.. tapi disini.." Nataniel meremas baju di bagian dadanya.

".. rasanya sangat sesak, aku sulit bernafas!"

Antonius memeluk Nataniel erat.
"Maaf aku membawa kesulitan untuk mu, tapi kita tidak bisa memilih pada siapa hati berlabuh.. " Antonius melepas pelukannya dari Nataniel lalu mengusap air mata Nataniel.

".. sekarang semua keputusan ada di tangan mu, kamu ingin aku pergi atau menetap ?"

"Ugh.." Nataniel semakin kuat meremas baju Antonius.

"Kau harus ingat, aku adalah dosa terbesar .. pilihan ada di tangan mu Nataniel, tidak ada cahaya di lingkaran ku"

Air mata Nataniel tak bisa berhenti keluar.

Dia semakin gundah, Nataniel tidak tau harus memilih siapa. Semua sangat penting untuknya.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Father (BL 17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang