OneShot

5K 510 62
                                    

5 Tahun kemudian°

Terlihat kesibukan dari gereja yang sudah berdiri tiga puluh tahun lamanya, gereja tua itu sekarang sudah berubah menjadi gereja megah karena baru selesai di renovasi.

Seorang imam, berdiri memberi arahan pada anak-anak gereja karena sebentar lagi hari besar akan tiba.

"Pater! Apa pohon natalnya sudah terlihat bagus ?!" Tanya salah satu anak yang terlihat bangga dengan hasil karyanya.

Imam bernama Nataniel ini terkekeh pelan, dia mengusap pelan pucuk kepala anak laki-laki ini.

"Hm, sudah bagus.. bantu teman-teman mu yang lain ya"

"Oke!" Dia berlari menuruni tangga kearah teman-temannya.

Nataniel melihat pohon natal dengan ukuran sedang sudah terpasang indah di dekat mimbar.
"Oh" Nataniel melihat beberapa hiasan tidak ada disana.

"Ah, mereka membawa pulang satu hiasan .. aku lupa" Nataniel ingat setiap tahun, anak-anak desa akan membawa satu hiasan untuk mereka berikan pada orang yang mereka sayang saat natal tiba.

Itu tradisi mereka.
"Aku harus pergi membeli beberapa kotak"

Nataniel berpamitan pada anak-anak untuk pergi sebentar ke kota. Dia ingin membeli hiasan untuk di pajang di pohon natal gerejanya.

Tiba di toko, Nataniel membeli beberapa macam hiasan natal.
Saat dia mengambil kotak paling atas, Nataniel tidak sengaja menjatuhkan kotaknya dan membuat beberapa isinya keluar.

"Hah.. mau tidak mau aku harus membeli ini, aku sudah merusak barang toko" Nataniel memungut beberapa benda dari dalam kotak tadi.

"Biar ku bantu" kata salah satu orang yang tidak sengaja lewat di depan Nataniel.

"Terima ka-"

Deg.

Nataniel terdiam melihat orang yang ternyata sangat dia kenal.
"An-Antonius"

"Bagaimana kabar mu ?" Tanya Antonius dengan senyum lembut.

"Ak-aku baik, bagaimana dengan mu ?"

Saat Antonius ingin menjawab.
Anak perempuan berlari kearahnya lalu memeluk Antonius erat.

"Hei.. hati-hati"

"Mm!" Anak perempuan tadi tidak mau melepaskan lengan Antonius.

Dia menatap Nataniel yang sekarang memegang kotak hiasan natal.
"Ah, Uyung" anak perempuan tadi menunjuk hiasan berbentuk burung merpati.

"Oh, kamu mau ini .. ambil lah" Nataniel menyodorkan hiasan tadi dengan senyum ramah.

Dengan malu-malu anak perempuan tadi mengambil hiasan bentuk merpati dari tangan Nataniel.

Dia bergumam berterima kasih karena Nataniel memberinya hadiah.
Nataniel tersenyum, anak perempuan ini sangat lucu.

"Apa dia keponakan mu ? Dia lucu"

Antonius tersenyum lalu memeluk anak perempuan tadi.
"Dia putri.. usianya baru 3 tahun, aku sudah menikah"

Deg.
Nataniel tidak sadar sejak tadi cincin emas melingkar di jari manis Antonius.

Senyum terukir di bibir Nataniel.
"Selamat ya, maaf aku baru memberi mu selamat sekarang"

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya setelah kamu menolak ku waktu itu, dia tau aku menyukai laki-laki.. tapi dia sabar akan sikap ku, dan aku memutuskan untuk menikah dengannya"

"Apa kamu bahagia ?" Tanya Nataniel.

"Hm, aku bahagia.. keluarga kecil ku, dan berkat mu .. aku lebih mengerti cinta bisa berlabuh pada siapa saja, Nataniel.. maaf sudah menjadi gelap yang mengejar cahaya.. ku harap kamu mau memaafkan ku"

Nataniel mengambil bola kecil dari kotak tadi lalu menaruhnya di tangan Antonius.
"Tetap lah pada lingkaran cahaya, kamu bukan gelap lagi"

Antonius meremas bola tadi dengan senyum manis.
"Terima kasih"

Beberapa detik kemudian, wanita cantik datang menghampiri ketiganya.

Antonius memperkenalkan isterinya pada Nataniel. Melihat senyuman Antonius sekarang membuat Nataniel sedikit lega.

"Nataniel, kami pergi dulu ya.. sampai bertemu lagi"

"Hm, sampai jumpa lagi"

Dan untuk kedua kalinya, mereka berdua mengucapkan kata perpisahan tapi kali ini dengan cara yang berbeda.

Mereka berjalan kearah yang berbeda.
Seperti Antonius yang sudah bahagia dengan jalannya dan Nataniel yang sudah bersumpah untuk tetap berada di jalan yang dia pilih sejak awal.

.
.

Tamat.

(Tamat) Father (BL 17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang