Antonius meminta Nataniel memikirkan semua ini, dia ingin Nataniel jujur dengan perasaannya.
Hari berganti hari, Nataniel terus berdoa memantapkan hatinya apakah dia ingin tetap tinggal atau pergi.
Nataniel bahkan bertemu dengan dosen tempatnya dulu belajar sebelum menjadi imam.
Air mata tak bisa dia bendung lagi saat dia bercerita semua masalahnya.
"Nak Nataniel, aku hanya memberi mu nasehat.. " dosen baik hati itu menyentuh pelan pundak Nataniel.
".. sejak awal hati mu sudah berlabuh pada pencipta, tapi sekarang kau meragukan hati mu hanya karena seorang pendatang.. " dosen Nataniel tersenyum lembut.
".. kau tau, Dia akan marah.. tapi Dia pun akan memaafkan mu karena kita sudah digariskan menjadi hambaNya.. Nak Nataniel, aku pun pernah merasakan kegundahan seperti mu, wanita dan pernikahan.. aku pernah menginginkannya.."
Nataniel terdiam mendengar apa yang dosennya ini katakan.
".. tapi disini..." Dosen Nataniel menunjuk dada kiri Nataniel tepat di jantungnya.".. bersungguh-sungguh kah kamu menginginkan semua itu ? Kalau iya, yakin kan diri mu suatu hari nanti kamu akan bahagia, tak ada penyesalan yang datang"
Nataniel menyentuh dadanya, senyum kecil terukir di bibir Nataniel.
"Terima kasih sudah mengingatkan ku""Tidak jadi masalah" dosen Nataniel tersenyum lembut, dia tau Nataniel punya pendirian yang teguh.
.
.Nataniel pulang setelah bertemu dengan dosen lamanya, dia bisa melihat Antonius berdiri di halaman gereja.
"Kamu datang ?" Nataniel berjalan kearah Antonius yang sekarang sudah berpakaian rapi karena Antonius mulai bekerja di perusahaan ibunya.
"Ini stelan yang ibu ku beli, bagaimana menurut mu ?" Tanya Antonius.
"Bagus, kamu terlihat seperti pegawai kantor"
Melihat senyum di bibir Nataniel, tangan Antonius terangkat mengusap pelan pipi kiri Nataniel.
"Ada apa ? Apa kamu memikirkan kata-kata ku tempo hari ?"
Nataniel menarik pelan tangan Antonius.
"Mari masuk"Nataniel mengajak Antonius masuk ke dalam gereja.
Sejujurnya Antonius merasa cangung masuk ke tempat suci ini setelah kejadian waktu itu tapi dia mencoba tenang karena sepertinya Nataniel ingin membicarakan sesuatu.Antonius mengikuti langkah kaki Nataniel.
Saat Nataniel berhenti melangkah, Antonius langsung mendongakkan kepalanya.Deg.
Perasaan ini sama saat dia pertama kali melihat Nataniel berjalan dan berhenti di depan mimbar.
Nataniel terlihat bersinar di bawah cahaya matahari yang menembus ukiran dinding gereja tua ini.
Antonius terpesona karena sama seperti dulu, Nataniel terlihat seperti seorang malaikat.
"Aku memikirkan ini selama berhari-hari, saat kamu bertanya apa aku tidak memiliki perasaan pada mu ? Jawaban ku, aku punya"
Senyum terukir di bibir Antonius.
"Jadi kamu-""Itu saat iman ku mulai goyah.." Nataniel memotong kata-kata Antonius.
".. aku meragukan Bapa ku, dan aku sempat berpikir betapa indahnya apa bila cinta kita saling bertaut satu sama lain tapi Antonius.. disini.."Nataniel menyentuh dadanya.
".. sejak lama sudah di tempati Dia yang paling berharga di hidup ku, dan untuk jawaban ku.. aku memang menyukai mu.." perlahan air mata Nataniel mulai berjatuhan."...tapi aku lebih mencintai Bapa ku, aku minta maaf"
Antonius terdiam melihat imam seperti Nataniel menguatkan hatinya dan menangis karena rasa sesak yang tak mampu dia tahan.
Tapi Antonius juga kagum karena Nataniel tidak memilih jalan seperti Antonius.
Senyum terukir di bibir Antonius.
"Itu pilihan terbaik Nataniel, terima kasih kamu masih setia berpijak disini.. dan maafkan aku yang masih berharap kamu mau melangkah keluar dari lingkaran cahaya itu.."Antonius melangkah naik kearah mimbar dimana Nataniel berdiri.
Dia menatap wajah Nataniel."Kamu sangat indah, tapi aku sudah mematahkan satu sayap mu dan berniat mematahkan satunya lagi hingga kamu tidak bisa terbang jauh dari ku.. aku sangat egois bukan ?"
"Antonius.." air mata Nataniel tak mampu dia bendung.
"Tapi, kamu mampu mempertahankan satunya lagi hingga kamu bisa pulang ke rumah Bapa mu"
Nataniel menutup wajahnya.
"Tidak, jangan menghindari ku" Antonius menarik tangan Nataniel.
"Aku ingin melihat wajah mu untuk terakhir kalinya, setelah ini aku tidak akan menganggu mu lagi.. " Antonius mengusap lembut pipi Nataniel.
".. anggap ini hanya mimpi saat kamu bangun esok hari, hm ?"
Nataniel mengangguk pelan.
"Bisakah aku memelukmu, satu kali ini saja ?"
Perlahan Nataniel mendekat lalu memeluk Antonius erat.
"Jangan lupa berdoa saat kamu ada masalah, maafkan aku yang sempat membenci mu hingga lebih dari dua kali matahari terbenam "Antonius terkekeh pelan mendengar apa yang Nataniel katakan.
"Ya, jaga kesehatan mu.. "Antonius melepas pelukannya dari Nataniel lalu merogoh saku celananya, dia mengembalikan kalung milik Nataniel.
"..terima kasih untuk semua doa baik mu imam ku"Senyum terukir di bibir Nataniel.
"Bapa menyertai mu Antonius"Setelah hari itu, Antonius tidak pernah lagi mengunjungi Nataniel.
Walau pun sesekali bayang-bayang Antonius terlintas di benak Nataniel, dia mencoba melupakan semua kenangan mereka.Nataniel kembali ke rutinitasnya sebelum dia mengenal Antonius.
Dia mampu melewati semua ini seorang diri.Ada atau tanpa Antonius.
Semua akan berjalan dengan semestinya..
.Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tamat) Father (BL 17+)
AcakAku punya banyak dosa. Tapi apa kau mau mendengar salah satu pengakuan dosa ku Bapa ?