Hallo guys, apa kabar?Ada yang masih nunggu cerita ini kah?
Maaf banget aku hampir dua minggu gk up, karena aku sakit gengs dan sekarang baru sempet buka WP lagi, maaf ya😭
•
•Chapter ini cerita tentang putih biru mereka ya.
_____
"Tuh cewek namanya Seyra, dia itu sombong, angkuh, semena-mena, tukang bully juga, udah deh---pokoknya lo harus jauh-jauh dari dia, sebisa mungkin jangan pernah terlibat apapun sama Seyra."
Perkataan seperti itulah yang sering sekali Maddy dengar dari teman-teman sekolahnya saat SMP, terutama Brian. Saat itu Maddy hanya mangut saja ketika semua orang menyuruhnya jangan berurusan dengan Seyra, toh dia tidak terlalu mengenal gadis itu, dia juga tidak sekelas dengan Seyra. Jadi, dia merasa itu bukan sesuatu yang berat untuk dilakukan.
Namun, suatu hari dan untuk pertama kalinya pandangan Maddy terhadap Seyra langsung buyar tak tersisa ketika dia bertemu dengan Seyra dalam kondisi yang berbeda. Saat itu, secara tidak sengaja Maddy bertemu Seyra di rumah sakit, dia melihat gadis itu tengah menangis di depan ruang operasi dengan keadaan yang benar-benar sangat berantakan.
Baju dan tangannya terdapat banyak darah, Seyra terlihat seperti gadis hilang akal yang terus menangis dan memohon pada dokter.
"Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Kamu yang sabar ya," ucap dokter itu sambil mengusap rambut Seyra.
Gadis yang masih berumur 13 tahun itu menggeleng kuat, meremas baju yang dipakai dokter itu dengan tangan gemetar. "Nggak! Nggak mungkin! Nggak mungkin Mami pergi ninggalin aku! Tolong, Dok. Tolong periksa lagi, dokter pasti salah. Mami baik-baik aja dia nggak mungkin tega ninggalin aku!" racau Seyra.
Dokter itu hanya bisa menghela napas panjang.
"Dokter, ayo periksa Mami lagi!" Seyra berusaha menarik lengan dokter itu untuk kembali masuk ke ruangan operasi. "Ayo, Dok! Aku bisa bayar berapa pun, lakuin sesuatu buat Mami, Dok. Aku mohon ...," Seyra memandang Dokter itu penuh permohonan dan putus asa.
"Itu bukan kuasa saya, Seyra. Seberapa pun uang yang kita miliki tidak ada gunanya jika di situasi seperti ini," kata Dokter itu, dia menatap kasihan gadis kecil ini yang harus mengalami dan melihat sendiri bagaimana kematian tragis ibunya. "Kamu anak baik, saya yakin kamu pasti kuat menjalani ini," Setelah mengatakan hal itu, dokter langsung berpamitan pergi.
Seyra terpaku melihat punggung dokter itu yang semakin manjauh. Perlahan air matanya kambali meluruh dengan sangat deras, Seyra mengacak rambutnya lalu menjerit putus asa. "Nggak! Dokter! Siapa pun tolong Mami saya, dia nggak boleh pergi, aku nggak mau sendiri! Kenapa kalian semua pergi ninggalin aku, Hah! Kenapa kalian semua jahat ...," Seyra merosot ke lantai, bahunya gemetar dan tangisnya semakin terdengar memilukan. "Sekarang aku sama siapa, kenapa aku yang harus nanggung semua kesakitan ini." Seyra terisak dan maraung dilorong rumah sakit ini, sendiri tanpa ada siapapun.
Maddy yang melihat di balik tembok langsung membekap mulutnya dengan mata berkaca-kaca. Biasanya dia selalu melihat ekspresi angkuh dan arogan setiap bertemu dengan gadis itu, tapi saat ini semua ekpresi itu lenyap tergantikan dengan wajah penuh kesedihan dan putus asa.
Hari ini Seyra telah kehilangan ibunya, lalu di mana keluarganya yang lain, kenapa Seyra hanya sendiri disini. Maddy mengusap air matanya ketika melihat Seyra kembali berdiri lalu menggerakan kakinya pergi dari sana. Melihat itu, tanpa banyak berpikir dia langsung mengikuti langkah Seyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Seyra! Antagonist Girl [End]
Teen FictionSEGERA TERBIT! _____ Kana Nadhira adalah seorang mahasiswa hukum semester lima yang dikenal sebagai gadis pemalas, jutek, nyeplos dan bodo amatan. Suatu hari kajadian aneh menimpanya, semua ini bermula ketika Kana mengalami kecelakaan tragis dan tib...