Jangan lupa vote dan komennya guys!~Happy Reading~
Love u
_____
Hari ini setelah pulang sekolah Seyra tidak langsung pulang ke rumahnya, ia mampir terlebih dahulu ke rumah Maddy. Belakangan ini Seyra memang sengaja mencari kesibukan di luar agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah. Entahlah, semakin hari ia malah semakin merasa muak dan tidak nyaman berada di dalam rumah itu.
"Ya ampun, Seyra! Anak kesayangan Tante. Apa kabar sayang?"
Baru saja Seyra melangkah masuk, dari dalam rumah Tante Arini langsung menghampiri dan memeluknya erat.
"Baik, Tan." jawab Seyra setelah Tante Arini melepaskan pelukannya.
"Aduh, Kamu makin cantik aja deh, Sey." ucap Tante Arini, "Apalagi ini, gemes banget, pengen Tante uyel-uyel." lanjutnya sambil mencubit-cubi pipi gembil Seyra.
Seyra sendiri hanya bisa meringis dan tersenyum kaku. Jika yang melakukan ini orang lain mungkin sudah ia tendang sampai ke Mars. Baginya pipi adalah salah satu bagian paling sensitif yang sangat dilarang untuk disentuh, Seyra hanya takut pipinya akan semakin melar.
"Gitu ya, anak orang datang disambut, giliran anak sendiri dicuekin."
Maddy bersedekap sambil menyandarkan tubuhnya di daun pintu memperhatikan interaksi antara Mamanya dan Seyra.
Tante Arini menoleh, berpura-pura kaget, "Eh, Didy, sejak kapan kamu di situ?" tanyanya membuat Maddy memasang wajah masam. Didy adalah panggilan kecil Maddy yang sering dipakai oleh keluarganya.
"Sejak zaman Dinosaurus." jawab Maddy asal dan cemberut.
Tante Arini tersenyum geli. "Merengut mulu kamu. Cepet tua loh, Dy. Nanti malah lebih muda Mama dari pada kamu." ledeknya.
"Enak aja." Maddy langsung menormalkan ekspresinya dan menyentuh wajahnya sendiri.
Tante Arini menggelengkan kepalanya. "Udah, udah, lebih baik kita masuk, Mama udah masak makanan kesukaan kalian, Ayo!" ajak Tante Arini mengiringi mereka masuk. Manggandeng Seyra dan Maddy di kedua lengannya.
Sampai di meja makan Seyra melihat beraneka ragam makanan yang berhasil membuatnya menelan ludah. Perutnya yang tadinya hanya sedikit merasa lapar sekarang malah berubah meronta-ronta seperti orang kelaparan.
"Bagaimana, Seyra. Menurut kamu masakan Tante enak, nggak?" tanya Tante Arini tersenyum senang melihat Seyra yang begitu lahap dan menikmati masakan buatannya.
Seyra mendongak setelah memasukan satu suap makanan ke dalam mulutnya. Ia kemudian mengancungkan ibu jarinya. "Ini enak banget, Tan. Sumpah! Nggak kalah sama masakan resto bintang lima." puji Seyra. Dan ia sungguh tidak berbohong mengatakan itu, nyatanya masakan Tante Arini memang benar-benar sangat lezat. Kalau tahu seperti ini, kenapa ia tidak setiap hari saja main ke rumah Maddy. Lumayan 'kan makan enak, gratis pula.
"Nggak usah dipuji, Sey. lihat tuh Mama gue udah siap terbang ke Angkasa." Maddy memandang malas Mamanya yang tengah senyam-senyum setelah mendengar pujian Seyra.
"Sirik aja kamu sama Mama." dumel Tante Arini. "Makanya belajar masak, Didy. Jangan Make up mulu, bisa-bisa nanti suami dan anak kamu dikasih makan lipstik sama bedak kalau setiap hari yang kamu urusin kaya gituan mulu."
"Kalau soal makanan, gampang lah, tinggal beli di luar, nggak usah dibawa ribet." saut Maddy cuek.
"Sembarangan kamu," Tante Arini mendelik pada anaknya. "Setidaknya kamu juga harus bisa masakin dong, Didy. Pokoknya secepatnya kursus masak kamu harus segera diteruskan." ucap Tante Arini kepada Maddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Seyra! Antagonist Girl [End]
Teen FictionSEGERA TERBIT! _____ Kana Nadhira adalah seorang mahasiswa hukum semester lima yang dikenal sebagai gadis pemalas, jutek, nyeplos dan bodo amatan. Suatu hari kajadian aneh menimpanya, semua ini bermula ketika Kana mengalami kecelakaan tragis dan tib...