Daftar list

247 28 0
                                    

Kenzo membuka matanya, rasa sakit di dadanya masih terasa tapi rasanya tidak terlalu sakit saat Alex menendang dadanya

Kenzo melihat sekitar, tidak ada siapa siapa, mungkin Tristan yang membawanya ke sini

Menghela nafas, dia terlihat sangat bosan dengan ruangan ini, hampir setiap bulan dia silaturahmi ke sini, dan ruangannya tidak berubah tetap seperti ini, bau obat obatan masih menusuk di hidungnya

Tak lama dokter Veronica, selaku dokter pribadi Kenzo datang dengan Stetoskop yang mengalung di lehernya

Dia berjalan menghampiri laki laki itu sambil tersenyum ke arahnya"selamat pagi Kenzo"sapanya ramah

"Pagi"balas Kenzo dingin

"Saya periksa dulu yah"dokter Veronica meminta izin terlebih dahulu dan langsung di angguki Kenzo

Veronica memasang stetoskop di telinganya dan mulai merasakan detak jantung Kenzo

"Kamu itu jangan se...."

"Saya tau"potong Kenzo cepat, dia sudah capek mendengar nasehat dari dokter Veronica, nasehatnya itu itu aja. Tidak boleh begadang lah, tidak boleh keluar malam, tidak boleh terlalu capek, banyak sekali nasehat yang selalu dokter Veronica bicarakan tapi Kenzo sama sekali tidak mendengarkan, menurutnya terlalu banyak aturan, dia tidak suka

"Kamu itu mau sembuh gak!?"tanya dokter Veronica tegas, dia juga capek mempunya pasien seperti Kenzo, laki laki itu tidak mau mendengar kan nasehatnya

"Percuma dok"Kenzo sudah tau apa penyakitnya, dia juga sudah difonis dokter umurnya hanya sampai satu tahun lagi dari sekarang

Dokter Veronica menatap Kenzo iba, dia menepuk pundak laki laki itu"jangan nyerah, kamu pasti sembuh, banyak orang yang umurnya panjang setelah tau penyakit mereka mematikan, kamu jangan pesimis kamu harus optimis, jika kamu bisa sembuh, umur tidak ada yang tau kami sebagai dokter hanya mengira ngira"ucap dokter Veronica memberikan semangat untuk Kenzo

Kenzo menghela nafas"kalo saya mati pun tidak ada yang peduli, kembaran saya saja tidak pernah peduli apa penyakit saya"Kenzo menceritakan Kenzi yang memang gadis itu seperti tak pernah mempedulikannya

"Gak ada saudara yang mau kehilangan saudaranya, dibalik sikapnya yang tak pernah peduli dalam hati dia pasti peduli, dan dia akan khawatir jika saudaranya terluka"

"Tapi saudara saya enggak"dokter Veronica menghela nafas dia tersenyum

"Buat daftar list kenangan yang kamu inginkan bersama orang orang yang kamu sayang"saran dokter Veronica dan langsung pergi meninggalkan Kenzo yang masih terdiam

"Daftar list?"gumam Kenzo

Mungkin tidak ada salahnya ia membuat daftar list itu, toh itu tidak akan membuatnya rugi
°•°•°•°

Plak

Tamparan keras mendarat mulus tepat di pipi Stella. Gadis itu meringis tapi dia tidak menangis karena dia tidak akan pernah mengeluarkan air mata untuk hal yang menurutnya tidak penting

"DASAR MISKIN, GAJIH BAPAK LO AJA GAK AKAN PERNAH BISA GANTI HANDPHONE GUE"teriak Kenzi yang emosi karena Stella menjatuhkan handphone Kenzi yang berada di mejanya

Stella hanya menunduk dia tidak berani menatap Kenzi yang sekarang menatapnya tajam. Sakit memang tamparan Kenzi tapi mungkin tamparan itu tidak sebanding dengan sakit di hatinya

"KENAPA LO DIEM?"tanya Kenzi yang melihat Stella hanya menunduk, dia mencengkram dagu Stella kasar

"SELAIN BUTA LO JUGA BUDEK YAH!?"teriak Kenzi emosi karena sedari tadi ucapannya tiadak pernah di gubris

Dia baru sadar saat melihat kabel kecil yang menggantung di kedua telinga gadis itu, pantas saja dari tadi ucapnya tidak pernah di gubris, ternyata sedari tadi Stella memakai earphone

Kenzi menarik earphone yang berada di telinga Stella, dia langsung berteriak tepat di telinga gadis itu"WOY BUDEK"

Bukanya membela, semua orang malah tertawa saat melihat Stella menutup telinganya dengan kedua tangan, mereka merasa sedang melihat pertunjukan gratis, padahal di sana Stella tersiksa dengan tatapan dan suara riuh tawa mereka yang mengejeknya

"Rasain tuh dasar budek"

"Punya telinga kok gak di pake" buat apa di pakai jika harus mendengarkan kata kata kasar dari semua orang untuknya?

Stella hanya bisa berbicara dalam hati saat orang orang di sekitarnya berbicara dengan terang terangan

Kenzi yang belum puas dengan Stella yang belum menangis, langsung melemparkan kertas yang ia sudah remas menjadi bulatan kecil ke wajah Stella, yang masih menunduk, di ikuti oleh satu kelas yang melempari buntalan kertas ke wajah Stella dan akhirnya Stella hanya bisa diam di perlakukan seperti itu oleh semua orang

"Lu emang bukan sampah, tapi sampah yang gue lempar cocok buat lu yang sampah di mata gue"ucapnya dan langsung pergi meninggalkan Stella yang masih menunduk

Kenzi memang tidak satu kelas dengan Stella tapi karena Kenzi yang selalu membulyy nya, gadis itu selalu datang ke kelasnya hanya untuk membulyy Stella

Bukan tanpa alasan Kenzi membulyy Stella, Kenzi membulyy Stella hanya untuk hiburannya gadis itu semata, dia tidak merasa iba saat ia memperlakukan Stella seperti itu, dia malah senang jika melihat Stella menderita

Tadi setelah pelajaran Bu Kana, selaku guru ekonomi kelas 11 IPA 1, mapel selanjutnya kelas Stella dan kelas Kenzi jamkos, jadi karena itu Kenzi bebas keluar masuk kelas IPA 1. Ya karena tidak ada guru

Menurut Kenzi belum apdol sekolahnya hari ini jika tidak membulyy seseorang. Biasanya Kenzi tidak akan membulyy Stella di dalam kelas karena dia tau Kenzo satu kelas dengan Stella, jadi dia hanya berani membulyy Stella di luar kelas dan karena hari ini Kenzo jadi Kenzi bebas keluar masuk kelas IPA 1

Stella berjongkok, memungut sampah kertas orang orang yang melempari nya tadi, dalam hati dia hanya berusaha menahan diri untuk tidak mengasihani diri sendiri, buat apa dia dikasihani diri sendiri, orang lain saja tidak mempedulikannya

Biasanya jika Stella di bully di dalam kelas Kenzo diam diam akan membantunya, setidaknya dia akan memberikan minuman untuknya, atau perhatian kecil yang membuat si pembully mengalihkan pandangannya ke arah Kenzo

Tapi sekarang laki laki itu tidak masuk sekolah, jadi mungkin tidak ada lagi yang membantunya seperti Kenzo

Setelah selesai membersihkan sampah kertas, Stella langsung duduk di bangkunya dan memasang earphone yang tadi Kenzi lepaskan

Dalam hati dia merindukan Kenzo yang selalu diam diam membantunya, tapi entah kenapa ada rasa aneh dalam dirinya setelah mengingat semalam Kenzo mengakui di depan Raisa jika dia pacarnya

Pacar

Kata itu mungkin akan terlontar jika dia benar benar merasakan apa itu jatuh cinta.

Stella mengambil buku diary nya di dalam tas, dia menuangkan seluruh rasa dalam hatinya ke buku itu

Mengenal cinta bukanlah hal yang mudah. Cinta mungkin akan muncul kapan saja, tapi munculnya cita kadang tidak tepat kepada siapa cinta itu berlabuh

Bisa jadi cinta muncul pada orang yang kita benci, kagumi, dan bahkan cinta bisa muncul pada sahabat sendiri

Aku tak tau rasa ini mungkin sebatas aku mengagumimu, tapi mungkin rasa ini membawa ku kesebuah arti 'kita'









Hay gimana kabarnya? Semoga baik baik saja yah

Makasih sebelumnya yang udah mampir di ceritaku, jangan bosen bosen baca tulisanku, liat sampai end yah:-)

Makasih sebelumnya yang udah follow, yang belum follow jangan lupa follow

Tinggalkan jejak, biar aku semakin semangat nulisnya

STATUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang