Kenzi terbangun dari tidurnya karena terganggu dengan deringan telepon di handphonenya. Dia menutup telinganya dengan bantal, tapi deringan telepon itu terus terdengar sampai sampai Kenzi tidak bisa tidur kembali
"Siapa sih ganggu aja"gerutu Kenzi sedikit memelankan suaranya, pasalnya dia disini tidur tidak sendiri melainkan bersama Raisa
Dia melihat nomer tidak di kenal tertera di sana. Kenzi awalnya tidak mau mengangkat telepon itu, tapi karena terus menerus menganggu tidurnya akhirnya dia menjauh untuk mengangkat telepon itu
"Halo"
"Apa kabar Kenzi sayang"
Deg
Suara itu... Kenzi terdiam saat mendengar suara laki laki yang tidak pernah terdengar lagi sejak enam bulan yang lalu
"Dafa"gumam Kenzi kaget sekaligus takut saat mengingat kejadian enam bulan yang lalu. Dia hampir terbunuh karena laki laki itu
Dafa terkekeh di sebrang sana"oh, ternyata lo masih inget, gak perlu gue jelasin lagi kan?"
"Mau ngapain lo!?"bentak Kenzi dengan nada tajam sekaligus takut
"Santai aja sayang, gue gak mau apa apa kok. Cuma"Dafa menghentikan ucapannya, yang membuat Kenzi semakin penasaran
"Cuma apa tolol!"
Dafa tertawa saat mendengar suara bentakan dari Kenzi"lo mati"
Deg
Kenzi semakin ketakutan saat mendengar kalimat itu. Dia terdiam, Dafa tidak akan main main dengan ucapannya, dan dia tidak akan pernah menyerah jika keinginannya belum tercapai
"Mau mati pake cara apa? Gue di sini ada berbagai macam senjata tajam. Atau lo mau mati secara perlahan?"Dafa tersenyum di sebrang sana, dia mengelap darah yang berserakan di lantai
"Enggak!"
"Cepat atau lambat, lo akan mati dan gue mau lo mati di tangan gue"
"Lo gak punya otak!"
Dafa terkekeh"dan lo yang buat gue kaya gini"
"Gue gak mau"
"Persiapkan diri lo buat besok. Gue jemput buat nyambut nyawa lo"ucapan Dafa terdengar santai tapi tajam
Tut
Dafa mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Kenzi yang takut tidak bisa bergeming, dia benar benar tidak tau harus bagaimana yang jelas nyawanya tidak aman
"Kenzi lo harus tenang, orang gila itu gak mungkin bunuh lo"Kenzi menenangkan dirinya, tapi pikirannya terus menerus memikirkan apa yang Dafa ucapkan. Dia tau Dafa gak mungkin main main, tapi dia tidak boleh panik
"Lo gak boleh takut sama ancaman dia"ucapnya pada diri sendiri, tapi nyatanya pikirannya terus memikirkan ucapan Dafa
Kenzi melirik Raisa yang tertidur, dia mengusap lembut rambut gadis kecil itu. Walaupun dia tidak suka anak kecil dan selalu mengganggu Raisa, tapi entah sejak kapan dia menyayangi Raisa
"Raisa"kali ini Kenzi tidak memanggil Raisa dengan kata bocah lagi
Kenzi menatap wajah polos gadis itu, dia tersenyum dan mencium kening Raisa"Ais jadi anak yang baik yah, nurut sama kak Stella, nurut sama mamah dan gak boleh bantah mereka"
Entah kenapa air mata Kenzi mulai turun, sebelumnya dia jarang sekali menangis. Bahkan dia ati yang namanya nangis
Kenzi menghapus air matanya. Dia tidak tau harus minta bantuan siapa, sedangkan ancaman Dafa tidak pernah main main. Dia takut sekaligus bingung, jika benar ancaman Dafa, dia tidak tau harus berbuat apa
°•°√°√
KAMU SEDANG MEMBACA
STATUS (END)
Novela Juvenil"Tugas lo jadi pacar yang baik buat gue"ucap Kenzo tegas "Tapi aku gak ngomong aku mau"ucap Stella masih kekeh dengan pendiriannya "Mau apa?" "Jadi pacar kamu" "Yah"Kenzo menepuk jidatnya sendiri, dan itu membuat Stella mengerutkan keningnya "Kena...