Jisung memasuki rumahnya dengan lesu. Kedua matanya terasa sangat berat, Jisung sangat mengantuk dan ingin segera tidur. Tetapi dia malah duduk disofa dan menyenderkan kepalanya, lalu matanya mulai terpejam.
"Darimana saja?." Matanya terbuka kembali saat suara alarm berbahaya terdengar di telinganya.
"Mommy, tanya sekali lagi. Darimana saja, Park Jisung?." Benar-benar berbahaya, bahkan suara itu memanggilnya dengan marga. Ancaman besar.
"Itu... Dongpyo,"
"Mommy tidak suka kau berbohong."
"Maaf, aku habis bertemu dengan Jeno Ahjussi." Jawabnya dengan pelan. Bahkan Jisung menundukkan kepalanya karena takut.
Haechan memejamkan matanya sekilas, tangannya terlihat terkepal menahan rasa kesal, kecewa dan marah secara bersamaan. Tubuhnya terasa menjadi lemah secara tiba-tiba. Dia tidak mampu menahan beban tubuhnya namun sekuat tenaga Haechan menahannya.
"Kau pergi tanpa izin dariku?."
"Maaf. Mom, pamannya Ningning sedang sakit dan dia meminta untuk bertemu dengan ku."
"Kau pikir aku tidak sakit, saat melihat putraku lebih mendengarkan orang lain daripada ibunya."
"Tapi Mommy, tidak pernah mengatakan apapun."
"Tapi setidaknya kau tau jika aku tidak suka kau pergi tanpa izin, bahkan kau berbohong." Haechan benar-benar marah, dia pikir setelah bertemu dengan Jeno Jisung selalu memiliki banyak alasan saat dinasehati dan Haechan tidak menyukai nya.
"Aku tidak suka kau menemui paman temanmu." Lanjut Haechan dengan berapi-api.
"Kau tau jika orang kaya semuanya sama."
Sementara Jisung dia masih terdiam. Sepertinya diam lebih baik, lagipula cara bicara ibunya terdengar berubah itu artinya Jisung memang telah membuat kesalahan dan membuat sang ibu marah. Namun ada satu hal yang tidak Jisung mengerti kenapa ibunya bisa semarah itu. Oke Jisung mengerti karena dia pergi tanpa izin dan hampir saja berbohong namun kenapa ibunya harus seperti itu, memang nya apa yang salah dengan Jeno setelah mengobrol kan banyak hal Jisung rasa Jeno adalah orang yang menyenangkan dia juga baik dan tidak sombong seperti orang kaya diluar sana yang sering menghinanya.
Bukankah ibunya selalu mengajarkan tidak ada perbedaan antara orang kaya dan orang miskin kecuali sosial, bukankah ibunya juga pernah mengatakan bahwa kita sama-sama manusia, tidak ada batas selama apa yang kita lakukan tidak keterlaluan. Dan menurut Jisung dia tidak melakukan apapun kecuali menepati janjinya untuk bertemu dengan Jeno, mereka hanya mengobrol biasa tidak ada pembicaraan lebih selain keseharian Jisung disekolah.
"Dia berbeda."
"Hanya karena dia pernah menolong kita, dan kau mengatakan dia berbeda."
"Mommy, sendiri yang pernah bilang tidak ada yang perlu kita takutkan selama kita tidak bersalah."
"Tapi tidak dengannya, Ji. Kau tau aku tidak menyukai nya. Bisa saja dia merencanakan sesuatu, bagaimana jika dia sedang berusaha merebutmu dariku."
"Katakan, apa kau berniat meninggalkan Mommy. Katakan, apa kau menginginkan hidup mewah." Teriak Haechan. Dan untuk yang pertama kalinya dia begitu marah pada Jisung.
Jisung terdiam kembali, ini yang pertama kalinya Haechan memarahi Jisung dengan cara berteriak bahkan Haechan terlihat akan menangis. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa ibunya se emosi itu. Dan lagi apa yang ibunya katakan. Bahkan sedikitpun tidak terlintas dipikiran Jisung untuk meninggalkan ibunya, dia bahagia sungguh meskipun harus hidup sederhana.