invisible wounds : 11

2.7K 399 41
                                    

Entah bagaimana caranya Jisung bisa mengamuk dikantor nya Jeno. Bahkan Haechan harus izin dari kerjanya saat mendengar putranya mengacau di perusahaan Lee Corp.

Ini masih jam sekolah, dan apa yang sedang dilakukan putranya.

Tanpa segan Jisung juga memukul Jeno hingga tersungkur, Jisung memang masih kelas satu SHS tetapi tinggi badannya telah melebihi Jeno, dan kekuatannya pun tidak main-main.

"Lepaskan aku Mom, dia pantas mendapatkan semuanya."

"Cukup! Kubilang cukup Jisung!." Teriak Haechan dengan air mata yang berderai.

"Mommy hanya perlu mengatakan semuanya." Teriaknya pada sang ibu.

"Apa yang harus kukatakan."

"Bajingan ini. Bagaimana bisa dia adalah ayahku." Tunjuk Jisung pada Jeno, yang terlihat masih terduduk dilantai dengan memegang rahangnya yang menjadi korban pukulan putranya sendiri.

Tidak banyak yang menyaksikan, karena disana hanya ada beberapa karyawan saja, meskipun begitu mereka terkejut dengan perkataan Jisung yang tiba-tiba, bahkan Haechan dan Jeno pun sama terkejut nya. "Bagaimana bisa bajingan seperti nya adalah ayahku. Jawab aku Mom." Tanyanya sekali lagi dengan prustasi.

Haechan menggeleng pelan dengan terus menangis, darimana anaknya mengetahui hal ini. "Ayo pulang, akan Mommy ceritakan dirumah." Haechan memeluk Jisung, berusaha menyalurkan ketenangan agar Jisung sedikit meredakan emosinya.

"Biarkan dia melampiaskan kemarahannya." Ucap Jeno.

Jisung tersenyum remeh, dia tidak mendengarkan ibunya, dia justru malah melangkah mendekati Jeno yang terlihat berdiri mematung. "Dari banyak buku yang kubaca, cinta menjanjikan sebuah kebahagiaan, tetapi lihatlah dirimu, bahkan kau menghancurkan kepercayaan cinta ibuku."

"Aku benci mengatakan ini, tetapi bagaimana pun aku adalah darah dagingmu jadi aku sedikit takut perbuatan mu akan menurun padaku. Aku akan memilih untuk tidak mencintai siapapun daripada harus menyakiti perasaan seorang wanita." Teriaknya di akhir kalimat.

Bahkan tidak sampai disana karena Jisung terus saja mengungkapkan unek-unek yang ia pendam didalam hatinya sejak tadi "Kau telah memutuskan hubungan darah dengan kami sejak aku masih dalam kandungan, pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab hanya demi mengejar masa depan yang cerah hingga membuat dua orang menderita, kau telah membuang ku, sebegitu takutnya dengan kehadiranku yang akan menghancurkan masa depanmu. Lalu pantaskah kau kusebut sebagai ayah." Teriak Jisung, emosinya tidak bisa dikendalikan, dari ujung matanya terlihat air mata yang menetes.

"Kau tau... Saat mengenalmu aku merasa menjadi orang paling beruntung karena bertemu dengan orang sebaik dirimu, namamu selalu disebutkan banyak orang, kau dipuji, di hormati dan dikagumi. Tetapi sayang tidak banyak yang tau jika kau tidak lain adalah seorang pencundang."

"Pecundang." Gumam Jeno.

"Ya kau ingin aku jujur?, bahkan sebutan pencundang masih terlalu bagus untuk mu." Desisinya dengan meludah dihadapan Jeno.

Plakk

"Kau hanya mendengarkan sebagian kebenaran." Jeno murka, bagaimana bisa putranya berfikir seperti itu. Bedebah mana yang menceritakan kebohongan itu.

"Akan aku jelaskan dengan rinci, agar kau tau sopan santun."

Semuanya terdiam tidak ada yang bergeming, begitu pun dengan Haechan yang hanya terlihat syok dengan bibir bergetar. Sementara Jeno terlihat sangat geram dengan amarah yang tertahan.

"Lihatlah dirimu tuan Lee, kau terlihat begitu ketakutan. Apakah kau hidup seperti dineraka karena dosamu dimasalalu." Congahnya dengan memegang pipi yang telah ditampar sang ayah.

Invisible Wounds [Nohyuck Gs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang