invisible wounds : 07

3.3K 436 31
                                    

"Eoh, Mommy kau sudah sembuh."

"Memang nya siapa yang sakit." Jawab Haechan sambil menyalakan kompor.

Jisung terdiam, padahal kan semalam ibunya terlihat sangat pucat bahkan Haechan semalam sempat demam tinggi dan merancau tidak jelas.

"Tapi semalam-"

"Aku tidak akan sakit terlalu lama." Jawabnya. "Cepatlah mandi, bisa-bisa kau terlambat kesekolah."

Jisung hanya bisa pasrah saat sang ibu sudah memerintah, lagipula dia tidak bisa membantah ibunya.

"Maaf, Ji. Mommy hanya tidak ingin membuat mu merasa khawatir terlalu lama."

Sebenarnya Haechan masih merasakan pening dikepalanya hanya saja dia menghiraukan nya dan tidak terlalu memperdulikan nya. Jika dia terus-terusan berbaring dikamar siapa nanti yang akan menyiapkan sarapan untuk Jisung.

Tiba-tiba saja pikirannya berkelana pada waktu dimana kemarin dia bertemu dengan Jeno. Ada rasa takut dalam diri Haechan. Dia tau bahwa kemarin malam Jeno lah yang membawanya pulang, terdapat banyak pertanyaan dalam benak Haechan, tentang apakah Jeno langsung pulang setelah mengantarkan nya? atau parahnya dia malah mengobrol terlebih dahulu dengan Jisung?.

Sungguh! Haechan sangat takut, wajar saja bukan Haechan memiliki ketakutan karena cepat atau lambat Jeno akan mengetahui siapa Jisung sebenarnya dan mengambil hak asuh Jisung dan Haechan tidak bisa membayangkan betapa akan hancurnya dia jika semuanya benar-benar terjadi.

Karena Haechan tidak akan pernah bisa berjauhan dengan putranya meskipun hanya sehari saja.

"Aww," Ringisnya kala jarinya tidak sengaja menyentuh panci panas yang ada didepannya.

Dengan buru-buru Haechan membasuh tangannya dengan air mengalir lalu meniupnya berkali-kali. Dan mengambil plester dari dalam lemari lalu memakaikan pada lukanya.

"Aku harus berpikir, tetapi kepala ku terasa begitu sakit."

"Ya Tuhan kenapa akhir-akhir ini aku begitu banyak memiliki ketakutan."

"Jisung adalah putraku jadi aku tak perlu khawatir da--Tidak!." Haechan segera menepis segala hal-hal negatif dalam kepalanya, tidak seharusnya dia begitu khawatir bukan sudah jelas Jisung tidak akan pernah meninggalkan nya mengingat Haechan lah yang mengurus nya dan memperjuangkan nya seorang diri.

Ting Tong

Suara bel rumah membuyarkan lamunan Haechan, dan membuatnya segera melangkahkan kakinya setelah mematikan kompor terlebih dahulu. Haechan sedikit menggerutu karena siapa yang bertamu sepagi ini, ah Haechan bisa menebaknya pasti Renjun dan Lucas. "Apakah mereka tidak memiliki waktu untuk memasak lagi hingga harus bertamu kerumah orang sepagi ini."

Saat membukakan pintu ternyata Haechan salah pasalnya yang bertamu bukan Renjun dan Lucas tetapi seorang gadis cantik. "Ah, Anyeong."

"Anyeong, eoh kau Chenle temannya Jisung waktu JHS kan, cantiknya." Sapa Haechan dengan ramah dan setelah bertanya pada Chenle.

Cheble tersenyum, sedikit bersyukur ternyata ibunya Jisung masih mengenalinya."Emmm, Nde."

"Lama tidak bertemu! Masuklah, Jisung sedang bersiap."

"Tidak, maksudnya maaf mengganggu waktunya bibi. Tapi terimakasih"

"Hei, tidak perlu merasa seperti itu. Masuklah."

"Mo--kau." Jisung terdiam sejenak sebelum akhirnya menghampiri sang ibu dan berdiri disampingnya.

"Hai, Ji. Pagi."

Invisible Wounds [Nohyuck Gs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang