"Kau baik-baik saja"tanyanya karena wajah gadis didepannya terlihat sangat pucat.
Keduanya terjebak hujan disebuah gedung tak terpakai. Bahkan mereka berdua masih menggunakan seragam sekolah.
"Ini dingin"suara itu terdengar sangat bergetar.
"Biar ku hangatkan"tangannya menarik lengan sang gadis lalu memberikan sebuah kehangatan.
Awalnya interaksi keduanya terlihat normal-normal saja namun siapa sangka kedua remaja 15 tahun itu telah dibutakan oleh nafsu dan berakhir dengan saling menghangatkan satu sama lain dengan cara yang salah, entah mereka melakukan nya dengan sadar atau tidak yang jelas adalah mereka berdua sama-sama menginginkan satu sama lain, sungguh ironis bukan pergaulan zaman sekarang.
"Hiks bagaimana ini"
"Tenang lah aku berjanji, akan bertanggung jawab"
"Ta-tapi, bagaimana jika aku-"
"Ssstt itu tidak akan, meskipun itu terjadi aku akan bertanggung jawab aku berjanji, naiklah kepunggung ku kau pasti kesakitan, hujan sudah reda kita harus segera pulang"
"Hikss aku takut"
"Tenanglah aku berjanji"
"Aku berjanji"
"Aku berjanji"kata-kata itu terus terngiang.
"Argghhh"Jeno terbangun dari mimpi buruknya, tidak! sepertinya itu bukan mimpi buruk karena setiap malam Jeno akan memimpikan hal yang sama, yaitu dihantui oleh masalalunya sendiri.
Mengerang dengan sedikit mengacak rambutnya, Jeno merasa harus mencari keberadaan orang itu dan mencari tau tentang kondisinya, dia tidak bisa terus hidup dalam sebuah penyesalan seperti ini, hidupnya akan benar-benar hancur secara perlahan.
Jeno menolehkan kepalanya dan betapa terkejutnya Jeno dengan kehadiran sosok wanita yang menurutnya sangat menyebalkan, siapa lagi kalau bukan adik dari ibunya yaitu Kim Jennie
"Kau mengagetkan ku"
"Sulit dipercaya, kau bermimpi dipagi hari"aneh memang Jeno sering bermimpi tapi mimpinya itu tidak pernah tau waktu.
"Bibi apa yang kau lakukan dikamar ku, keluar lah"ini masih pagi dan tiba-tiba saja Jeno dikejutkan oleh adik dari ibunya yaitu Kim Jennie istri dari Kim Jongin.
"Aku akan keluar dengan satu kesepakatan"katanya dengan memberikan gestur satu jarinya didepan Jeno, lalu setelah nya Jennie menyilangkan tangannya didepan dada.
"Cepat katakan, apa maumu"erang Jeno.
"Tolong antarkan putriku kesekolah barunya, sekalian daftarkan dia"tuturnya, sepertinya itu adalah sebuah permintaan mutlak yang tidak bisa Jeno bantah.
"Maksudmu Ningning, bukannya dia di LA"Jeno terkejut saat mengatakan itu, karena yang Jeno tau Ningning saudara sepupu nya itukan sekolah Di Los Angeles, lalu kenapa tiba-tiba ibunya Ningning menyuruh Jeno untuk mendaftarkan Ningning di Korea.
"Right, aku memindahkan nya ke Korea karena ini keinginannya, jadi aku meminta tolong pada Uncle nya yang tampan ini"bujuknya dengan sedikit menyubit pipi Jeno.
Seharusnya Ningning memanggil Jeno Oppa karena Jeno adalah putra dari kakak dari ibunya Ningning, namun dia bilang Jeno terlalu tua untuk dipanggil Oppa, jadi dengan keinginan nya sendiri dia memanggil Jeno Uncle.
"Bibi, kau bisa pergi bersama suamimu"jawabnya tidak terima, memangnya Jeno babysitter apa.
"Kita sibuk, Jongin harus mengurus pekerjaannya dan aku harus segera pergi kebutik jadi tidak ada waktu"jelasnya dengan singkat padat dan jelas.