"Arghhhh." Jisung mengusap wajahnya dengan kasar. Hidupnya sekarang tidak tenang. Sebenarnya jika Jisung mau mendengarkan penjelasan dari Jeno dan Haechan semuanya tidak akan serumit ini. Tetapi rasa egois sedang menguasainya.
Hampir saja Jisung tertabrak oleh mobil. Pikirannya sedang kosong jadi Jisung tidak terlalu fokus dengan jalannya. Terlebih ini sudah malam.
"Kau tidak apa?."
"Tidak tuan, maaf saya yang salah." Orang itu mengangguk dan tersenyum.
Orang itu menepuk pundak Jisung yang terlihat diam kembali. "Sepertinya kau sedang memiliki masalah."
"Mungkin aku hanya kelelahan saja."
"Perasaan ku mengatakan, jika kau sedang berbohong. Berceritalah jika kau ingin semuanya terasa ringan." Jisung menatap orang didepannya dengan sedikit berpikir, kenapa orang ini begitu peduli padanya padahal mereka baru saja bertemu.
Orang itu tertawa pelan. "Kau lupa dengan ku?."
"Maaf tuan, memang nya kau siapa. Aku rasa tidak pernah bertemu dengan mu."
"Kau masih sangat muda tetapi kenapa mudah sekali melupakan seseorang."
"Sekali lagi maaf tuan."
"Kau terlalu banyak meminta maaf, aku Mark Jung. Kita pernah bertemu, saat ibumu hampir saja terjatuh." Ujar Mark dengan mengulurkan tangannya.
Jisung mengerutkan dahinya, mencoba mengingat kejadian itu. Dan untuk beberapa detik akhirnya jisung mengingat orang didepannya ini, segera saja Jisung menerima uluran tangan Mark. "Ah saya mengingat nya, saya Park Jisung. Dan terimakasih sudah menolong ibu saya."
Mark pun mengangguk. "Sama-sama, sepertinya berbicara sambil berdiri bukanlah hal yang bagus. Jadi, mari mencari tempat duduk terlebih dahulu."
"Mari tuan."
"Panggil saja paman, ahjussi juga tidak buruk."
Mendengar perkataan Mark Jisung terlihat tertawa, lalu mengangguk.
Keduanya terlihat akan memasuki mobil Mark, sebelum sebuah suara cempreng nan menggelegar milik Ningning terdengar begitu jelas di jalanan sepi itu.
"Hei tunggu! Berhenti kalian."
Mark pun menoleh dengan diikuti oleh Jisung yang mengerutkan dahinya. Ningning? Sedang apa dia disini, sendirian pula.
Namun beberapa detik kemudian keduanya terlihat membolakan matanya kala tiga orang mulai muncul di belakang Ningning. Dan mereka adalah Jeno, Haechan dan juga Dongpyo.
Apakah mereka sedang melakukan pengeroyokan? Tentu saja tidak, mereka kan berada di pihak kebaikan.
Sebenarnya Dongpyo hanya ingin menanyakan sebuah kebenaran pada Haechan, namun mereka tidak sengaja bertemu dengan Jeno dan Haechan dijalan yang sedang mencari Jisung.
Dongpyo dan Ningning pun sudah mengetahui segalanya karena Haechan sempat bercerita pada mereka.
"Mommy." Ucapnya dengan pelan. Sedangkan Mark berusaha menenangkan dirinya agar tidak terlihat panik saat di depan Jeno.
"Ahjussi dengar!." Ningning menjentikkan jarinya didepan Mark, bukankah itu tidak sopan.
"Kau dan keponakan mu itu sama saja, sama-sama suka menghancurkan hubungan orang lain. Tidak kah Ahjussi berpikir jika apa yang Ahjussi lakukan itu adalah sebuah kesalahan."
"Apa yang kau katakan, anak kecil." Tanya Mark dengan menatap Ningning.
"Tentu saja menasehati Ahjussi. Berhenti mengotori otak polos Jisung dengan kebohongan yang kau ciptakan." Serunya dengan tidak terima.