"Ji, katanya kita akan pulang lalu kenapa kita malah berdiri disini." Keduanya memang sedang berdiri di pintu masuk perusahaan nya.
"Kau masih membawa flashdisk milik mu itu kan." Tanya Jisung tanpa mau menjawab pertanyaan Dongpyo. Lagipula Dongpyo sudah terlalu biasa dengan sikap tiba-tiba Jisung saat pokus.
Dongpyo pun berdecak. "Tentu saja, bukankah setiap hari aku membawanya."
"Bagus!." Serunya. Sedangkan Dongpyo tidak mengerti, apanya yang bagus. Bukankah setiap kali Dongpyo membawa flashdisk nya Jisung akan mengomel tidak jelas, kenapa sekarang bagus. Dasar mood anak muda.
Dari kejauhan Jisung dapat melihat dua orang yang sempat berbicara dengan kakeknya, salah satu nya sedang memegang flashdisk itu dengan sekali-kali melihatnya, dan Jisung sedang mengawasi mereka.
"Tukar flashdisk nya saat mereka menjatuhkannya, aku akan menabrak mereka." Dongpyo hanya mengangguk paham.
Saat mereka terlihat mulai mendekat Jisung mempersiapkan dirinya dan,
Bruk!
"Oh Tuhan!." Seru Hendery. Kun pun menoleh menatap teman kerjanya yang terjatuh dengan tidak etnisnya, bahakan wajahnya masuk kedalam tempat sampah.
"Tuan aku benar-benar minta maaf!." Kata Jisung dengan sedikit menoleh pada Dongpyo dan memberikan isyarat untuk segera menukar flashdisk nya.
Sementara flashdisk nya jatuh tepat didepan Dongpyo, ah ini seperti mendapatkan hadiah lotre karena Dongpyo hanya perlu menukarkan nya tanpa susah payah.
Setelahnya Dongpyo menyimpan flashdisk itu di saku seragamnya dan memegang flashdisk miliknya untuk di berikan pada Hendery.
"Yaampun ahjussi!. Sini biar ku bantu." Jisung dan Dongpyo pun menarik Hendery agar berdiri.
Rasanya Dongpyo ingin tertawa dengan sangat keras saat melihat keadaan Hendery sekarang karena seluruh wajahnya di penuhi oleh sampah.
"Apa kau tidak punya mata!."
"Ahjussi bukankah Jisung sudah meminta maaf, lagipula kau akan di hukum jika memarahi cucu dari pemilik Lee Corp ini."
Hendery dan Kun pun saling menatap satu sama lain dan kembali memandang Jisung dengan lamat, setelah menyadari jika wajah Jisung memang mirip dengan apa yang mereka lihat di tv saat berita terungkapnya putra Lee Jeno. Hendery dan Kun pun segera membungkuk hormat.
"Maaf tuan muda, kami tidak tahu jika anda adalah putra tuan Lee Jeno."
Jisung menoleh ke arah Dongpyo dan mengedipkan matanya. "Gwenchana, kalian ku maafkan dan ini flashdisk yang kau jatuhkan tadi." Hendery pun menerima flashdisk itu.
"Ahjussi benar-benar sedang dalam masalah jika tuan Donghae mengetahui cucunya di marahi." Seru Dongpyo dengan bersidekap dada.
"Tidak! Aku marah karena kau memanggilku Ahjussi, memang nya setua apa aku ini." Bela Hendery dengan menunjuk Dongpyo karena tidak terima, Hendery itu belum menikah jadi sangat tidak cocok untuk nya di panggil ahjussi, karena Hendery lebih cocok di panggil Oppa.
Sementara Kun hanya bisa menghela nafas pelan dan memijat keningnya yang sakit karena tingkah Hendery yang masih terlihat ke kanak-kanakan, bahkan dia sering adu mulut dengan pelajar seperti mereka, contohnya dengan Ningning.
"Sekarang aku tanya, berapa usiamu?." Tanya Dongpyo.
"Tigapuluh dua." Jawabnya.
"Lihatlah bahkan perbedaan usia kita saja dua belas tahun, dan kau bahkan lebih tua dari ayahnya Jisung." Dongpyo terus saja mengejek Hendery, ini lucu wajah Hendery saat diledek sangat mood untuk Dongpyo terlebih wajahnya kotor oleh sampah. "Ahjussi dengar! Apakah kau juga tidak akan terima jika Tuhan mencabut nyawamu lalu berkata 'Tuhan usiaku masih tigapuluh dua, aku masih terlalu muda untuk mati' apakah ahjussi akan mengatakan hal itu, tidak kan. Jadi terima saja masa tua mu itu." Tawa Dongpyo akhirnya terdengar sangat keras karena daritadi dia sudah menahannya, terlebih saat tertawa Dongpyo akan memukul seseorang yang ada di sampingnya, dan korbannya tentu saja Jisung.