invisible wounds : 06

3.5K 479 30
                                    

Sore menjelang malam kota Seoul telah diguyur hujan, hingga membuat orang-orang berlalu lalang untuk meneduhkan dirinya masing-masing.

Entah kesialan apa yang tengah menimpa keduanya hingga mengharuskan dua musuh bebuyutan itu bisa terjebak di sebuah halte bus secara bersamaan di bawah guyuran hujan yang tiba-tiba membasahi kota Seoul.

Bukankah seharusnya CEO seperti mereka memiliki sebuah mobil mewah untuk melindungi mereka dari cuaca apapun, tapi kenapa justru keduanya malah terjebak hujan di halte bus seperti itu, memang nya kemana kendaraan pribadi mereka?.

Keduanya terlihat berdiri dengan jarak yang sedikit berjauhan, jika Jeno masih menggunakan pakaian kantor nya dengan lengkap maka berbeda lagi dengan Mark yang hanya tinggal mengenakan kemeja putihnya saja.

Jeno tersenyum simpul kala menikmati dinginnya hujan yang bahkan sudah menembus jas kantor nya, jika melihat hujan seperti ini membuatnya mengingat kembali tentang kejadian dimasalalunya yang seharusnya tidak terjadi. "Sebenarnya dimana dirimu sekarang?." gumamnya yang sialnya masih terdengar oleh Mark.

"Seharusnya kau tau jika dia sudah bahagia disurga." jawab Mark dengan nada mengejek. Hingga membuat Jeno menolehkan kepalanya dan menaikkan alisnya heran.

"Kau bersikap seolah dirimu lah yang paling mengerti tentang nya, tetapi ternyata kau sangat bodoh dan payah." lanjutnya dengan memaki, bahkan Mark memasukkan kedua lengannya kedalam saku celana miliknya dengan angkuhnya.

"Ck. Kenapa aku harus terjebak dengan orang gila seperti nya." tuturnya dengan tersenyum remeh.

Menghampiri Jeno dengan rasa marah, Mark menarik kerah baju Jeno dan menatapnya tajam. Jeno yang merasa telah menang karena berhasil membuat Mark emosi pun tersenyum menyeringai tepat didepan Mark, dan setelah nya menghempaskan lengan Mark yang mencengkram pakaian nya. "Kenapa kau begitu marah, bukankah ini impas."

Tatapan keduanya kian menajam, tidak ada kata damai sedikitpun seolah masalalu mereka memang sangat buruk. "Kau juga tidak perlu bertingkah seolah dirimulah yang paling mengerti tentang dirinya dari siapapun, karena jauh sebelum dirimu mengenalnya aku telah menjadi bagian dari hidupnya terlebih dahulu." Tutur Jeno dengan menatap Mark datar.

"Jika seperti itu kenapa Yura lebih memilih ku." Jawabnya dengan bersidekap dada.

"Karena kalian berkhianat, dan Tuhan telah membuktikan jika sebuah penghianatan tidak akan pernah bertahan lama."

Bukan dirinya merasa senang jika Yura meninggal begitu cepat, hanya saja Jeno merasa apa yang menimpa Mark dan Yura adalah sebuah balasan dari apa yang telah mereka lakukan dibelakang Jeno. Jeno memang sangat mencintai Yura tetapi cinta tidak akan membuat nya buta dengan segala apa yang telah dilakukan oleh kekasih dan sahabat nya. Ah ralat, mantan kekasih dan mantan sahabat nya.

Lagipula sekarang Jeno sedang fokus mencari seseorang yang akhir-akhir ini telah mengganggu pikirannya, jadi sekarang dia sudah melupakan masalalu nya kecuali, dendamnya.

Mark terdiam saat ucapan Jeno terdengar seperti ejekan untuk nya, dia tidak akan pernah mau mengalah pada siapapun termasuk Jeno. Tetapi sepertinya hari ini dia harus menerima kekalahannya. Mark memang menikah dengan Yura tetapi tetap saja sejauh pernikahannya Yura terlihat tidak bahagia dan berakhir dengan pergi untuk selamanya.

"Diam mu menjelaskan segalanya, Mark." Seringainya, saat akan melanjutkan kata-kata nya tiba-tiba saja Jeno melihat seseorang yang tidak asing berjalan terburu-buru menembus hujan dengan payung digenggaman nya.

"Aku tidak ingin memperpanjang semuanya, have fun Mark." Jeno pun  berlari menerobos hujan meninggalkan Mark yang menatapnya datar.

"Lihat saja nanti, Lee Jeno-ssi."

Invisible Wounds [Nohyuck Gs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang