04. Tragedy and Meeting

34 11 0
                                    

2 Tahun Sebelumnya.

Tragedi siang itu benar-benar menggemparkan wilayah sekitar. Jalanan yang awalnya tampak tenang mendadak dilanda kericuhan. Teriakan histeris seorang warga terdengar dari arah perempatan jalan seraya heboh memanggil pertolongan warga lainnya yang kebetulan ada di tempat kejadian.

Para warga baik muda dan tua berhamburan mengelilingi sebuah kendaran sedan roda empat dengan kondisi yang amat parah terutama di bagian depan mobil. Pecahan kaca di bagian depan mobil menghambur di jalanan dan juga bagian dalam mobil sehingga membuat para warga lebih berhati-hati saat memeriksa keadaan korban.

Dilihat kedalam mobil sedan tersebut terdapat anggota keluarga dengan sepasang suami istri dan seorang anak perempuan dalam keadaan luka parah. Belum dipastikan masih bernyawa atau tidak-namun warga tidak bisa memastikan bahwa mereka 'masih bisa diselamatkan"- dan segera mengangkut tubuh korban keluar dari mobil tersebut.

Di sisi lain, sebuah truk besar pengangkut barang berat juga memiliki kerusakan yang parah. Seorang sopir truk dalam keadaan pingsan serta bagian kepala yang bocor.

Para warga segera menghubungi ambulans untuk segera mengangkut kedua belah pihak korban . Sementara beberapa lainnya mencoba membersihkan area dari serpihan kaca dan mengatur arus jalan raya yang sempat terhenti.

Berita kecelakaan ini menyebar dengan cepat. Reporter berkerumun di TKP dengan menyuarakan seribu satu pertanyaan kepada para saksi. Sekumpulan anggota polisi juga diturunkan ke jalanan untuk memeriksa alur kejadian ini.

Jalanan dipenuhi bercak darah. Membuat beberapa anak di bawah umur bergidik ngeri. Tabrakan ini adalah yang pertama kali dan yang paling parah selama 5 tahun terakhir dari awal pembuatan jalan raya di lokasi tersebut.

Stasiun televisi dipenuhi oleh berita terbaru ini sehingga menarik perhatian seorang gadis berusia empat belas tahun yang kebetulan tidak sengaja menyalakan televisinya. Eskpresi datarnya menyaksikan seorang wartawan wanita yang berada di TKP menyorot hasil dari sebuah kecelakaan antara mobil dan truk.

"Sebuah mobil sedan dengan plat nomor B 4589 JK telah terlibat kecelakaan dengan sebuah Truk dengan plat nomor B 990 U di perempatan Jalan Kamboja. Dari saksi warga yang kami dapatkan, kecelakaan ini telah mengorbankan anggota keluarga berisikan suami istri berserta seorang anak balita dan seorang supir truk. Keduanya mengalami kondisi yang cukup parah dan belum ada jaminan keselamatan dari pihak kedokteran. Saat ini para korban tengah dirawat di Rumah Sakit Gema -...."

Televisi tiba-tiba saja dimatikan. Eskpresi gadis itu seketika berubah drastis. Wajahnya memucat dan remote televisi terlepas begitu saja dari genggamannya. Kakinya terasa kaku untuk digerakkan, namun otaknya memaksa untuk segera menghampiri keluarganya.

Dengan cekatan dan napas terengah, ia menyambar ponselnya dan tanpa menggunakan kendaraan apapun, ia berlari sekencang mungkin menuju rumah sakit.

Dengan secuil harapan untuk masih bisa merasakan nafas mereka.

###

Untuk pertama kalinya aku menyentuh sesuatu sedingin ini. Sangat dingin dibandingkan dengan ubin kamarku. Kaku dan pucat. Wajahnya yang cantik itu benar benar rusak, entah bagaimana lagi sekarang cara ia bisa tersenyum seperti Ibu.

Bagaimana lagi ia menawarkan padaku semangkuk bubur ayam di pagi hari, bagaimana lagi ia memasak makanan lezat untuk aku, untuk kami bertiga dengan tanganmu yang seperti itu? Bagaimana bisa kau bertindak layaknya seperti Ibu, lagi?

Lalu pandanganku teralihkan pada dua tubuh lain yang terbaring kaku di samping Ibuku. Ayah dan adik perempuanku satu-satunya telah tidur dengan tenang di bawah sehelai kain putih.

Aku memanggil-manggil mereka satu per satu untuk kembali bangun lalu mengatakan padaku bahwa mereka baik-baik saja. Mereka tidak merasa sakit. Apakah jiwa mereka merasa tenang? Apa beban mereka telah hilang? Aku hanya ingin mereka memberitahu padaku tentang itu.

Sebagian kecil hatiku meminta untuk tidak percaya namun hati besarku memaksa untuk menerima kalau ini kenyataannya. Lalu otak akan menekankan padaku bahwa aku akan hidup sendiri seterusnya. Kau akan hidup kesepian, kau tidak akan punya siapapun lagi yang berharga di hidupmu. Tidak ada.

Aku ingin menangis namun air mataku menolak keluar. Bagaimana aku mengatakan pada mereka bahwa aku tidak ingin ditinggalkan. Mereka telah cacat sepenuhnya. Mereka tuli, mereka buta, mereka bisu.

Pada hari itu, hari di mana aku kehilangan segalanya. Aku kehilangan keluargaku satu-satunya. Dan ternyata, pada akhirnya aku tidak berhenti menangis dari pukul sepuluh malam sampai keesokan paginya. Aku tidak bisa tidur selama dua hari itu dan rasa trauma menghantui sepanjang hari.

Saat aku memutuskan tidur dan menutup mata, serangkaian peristiwa yang lengkap disaksikan olehku. Hantaman yang kuat terjadi dalam sekejap kedipan mata di persimpangan empat. Aku melihat tubuh terutama wajah Ayah dan ibu terbanting hebat ke bagian depan mobil lalu pecahan kaca mengenai mereka.

Adik perempuanku terdorong ke depan dan bagian depan wajahnya menimpa pecahan kaca. Aku histeris lalu berteriak meminta pertolongan. Namun, jalanan tampak sepi. Dengan air mata bercucuran aku mengguncang tubuh mereka satu per satu sehingga kedua telapak tanganku dipenuhi bercak darah.

Namun tiba-tiba,

Mereka tersenyum lebar dengan wajah yang tak lagi sempurna itu dan tiga pasang mata mereka menatap ke arahku. Bibir pucat mereka bergerak-gerak mengucapkan sesuatu.

"Hai Kak. Juni bersyukur kakak nolak ajakan Mama Papa untuk jemput Juni pulang sekolah. Kakak selamat ya? Bagus kalau begitu. Jangan lupa hidup bahagia. Maafin adikmu ini yang selalu merebut kebahagiaan Kak Nala. Ini semua salah Juni. Juni minta maaf " lalu tubuh kecil dan dingin itu memelukku dengan erat .

"Kamu harus bahagia"

Aku mendengar bisikan itu. Suara yang lembut dan tulus. Tanda bahwa mereka sungguh menyayangiku.

Mereka bertiga memaparkan senyum pucat dan sendu untuk terakhir kalinya. Lalu menghilang dalam sekejap. Meninggalkan aku bersama wejangan terakhir mereka. Lalu aku menangis seperti anak kecil bersama rasa sepi itu.

###

2 tahun setelahnya

Setelah serangkaian peristiwa yang tidak bisa diterima dengan akal sehatku terjadi, aku mendadak terbangun lalu merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhku. Tubuhku terasa nyaman dan kepalaku seperti meniduri sesuatu yang empuk.

Aku mengusap mataku lalu melihat ke sekitar. Aku terbelalak kaget saat mendapati aku baru saja tertidur pulas di ranjang kamarku.

SEMU  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang