BRAKKK
"Sialan! Berani-beraninya dia!" Pria paruh baya itu menggebrak mejanya dengan sekuat tenaga.
Dengan napas yang memburu juga kilat amarah dari sorot matanya membuat satu orang lainnya mencoba menenangkan. "Aku turut berduka atas tiadanya Troy. Aku tau kau pasti marah karena anak angkatmu dibunuh, tapi kau juga tidak boleh gegabah Dra ...."
"Tak kusangka dia mendidik putraku menjadi monster," ucap pria itu mengepalkan tangan didepan wajahnya seolah menghancurkan sesuatu. Setitik air mata jatuh, "Maafkan aku yang tidak bisa menjaga apa yang kau tinggalkan, istriku ...."
.
.Suara rintik hujan menghantam bumi memenuhi pendengaran. Si kembar kini berada di balkon kamar mereka dengan memajukan sedikit bibir mereka. Terlihat menggemaskan. Hari sudah malam tapi mereka enggan untuk masuk ke dalam kamar.
Melihat pemandangan rumah yang berjejer rapi juga jalan yang basah akibat ulah hujan. Walaupun hujan, ada saja orang yang lewat. Entah mengendarai motor ataupun mobil. Ada juga anak-anak kecil yang tengah bermain hujan dengan teman-teman mereka, yang benar saja? Malam hari main hujan?
"Kok kalian nggak masuk? Di sini dingin loh ntar sakit ...." entah sudah berapa kali Gisya berusaha membujuk dua bocah yang tengah merajuk itu.
Menghela napas, "Abang ... Adek ... masuk ya?" Namun tetap sama. Mereka masih mendiami Gisya.
"Masih ngambek?" tanya Algar yang tiduran di ranjang Si kembar.
"Iya. Kamu bujuk gih. Aku mau masak buat makan malam," ucap lelah Gisya lalu pergi keluar kamar itu.
Sedikit memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pening. Bangkit dari rebahannya berjalan menuju balkon. Pintu di buka dan tanpa sepatah kata merangkul pundak kedua putranya menggiring atau lebih tepatnya menyeret mereka untuk masuk, lalu mengunci pintu balkon.
Masih dengan posisi merangkul, Algar menghempaskan dirinya juga dua putranya ke atas kasur dengan posisi telentang dan kaki yang menggantung ke lantai. Algar menatap langit-langit kamar lalu menoleh kepada Si kembar yang memalingkan wajah dari dirinya.
"Kalian tau nggak? Mendiami orang tua itu dosa loh ...." -Algar.
Hening.
"Ck iya iya. Besok kita ke rumah kakek kalian. Syaratnya nggak boleh diemin daddy sama mommy," ucapan Algar membuat Si kembar menoleh ke arahnya. Berhasil!
"Beneran?" -Zayn.
"Janji?" -Zyan.
"Iya beneran, janji!"
"Dad ... kami- minta maaf karena diemin Daddy sama Mommy, " ucap Zayn memainkan ujung kaos yang dipakai Algar.
"Daddy maafin. Tapi ada syaratnya," ucap Algar tersenyum lebar menunjuk kedua pipinya.
Cup
Cup
Dan Si kembar yang paham kode itupun segera mengecup pipi Daddy-nya yang mulus.
"Daddy bisa ceritain tentang kakek?" -Zyan.
"Hmm... kakek kalian itu orangnya lembut, penyayang. Dulu pas daddy masih kecil kakek kalian sering main sama daddy, selalu luangin waktu buat daddy.
Tapi ... setelah kecelakaan, dan ibu daddy meninggal. Kakek kalian jadi berubah, beliau jadi lebih tegas dan keras." berhenti sejenak.
Ibunya ya? Algar sangat merindukan sosok yang meninggalkannya sejak ia berusia sepuluh tahun itu. meninggalkan Algar bersama ayahnya. Algar merindukan ibunya, sangat. Algar juga merindukan ayah dan saudaranya. Apakah mereka baik-baik saja? Apa mereka bahagia? Semoga saja iya. Memang Algar sering dihubungi oleh ayahnya, tapi dengan melihat langsung? Itu sangat berbeda. Algar tidak terlalu dekat dengan ayahnya, tapi ia jelas sangat menghormati dan menyayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kembar Zayn-Zyan [Tamat]
Random(LENGKAP) Menceritakan tentang kisah Si kembar Zayn dan Zyan selamat membaca~ Start: Senin, 17 Mei 2021 Finish: Minggu, 29 Agustus 2021 *** ⚠Cerita ini murni dari otak aku ya gengs, jadi nggak ada yang namanya jiplak-jiplak Club! Aku mending nggak p...