segmen 06 : risak

6 0 0
                                    

📆 Yangnim-dong, 6ᵗʰ June 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📆 Yangnim-dong, 6ᵗʰ June 2020

Pening. Sungguh pening.

Itulah kalimat yang sempurna adanya untuk mendeskripsikan keadaan para penghuni penginapaan kini. Tersisa dua pemuda disana dengan satunya lagi-yang selalu bertindak seolah-olah hanya peduli pada kehidupan dan pemikirannya seorang.

Sedangkan yang dua lagi? Lebih kacau dari kata pening, mungkin.

'Brak!'

Suara lantang dari aduan kepalan tangan dan meja kayu lapuk senentiasa memecah setiap detik keheningan siang itu. Tidak ada angin ataupun hujan, matahari yang tengah menyapa ramah tepat di atas sana malah dihadiahi amukan meledup-ledup dari manusianya.

"Seungkwan-ah!" Tangan Jihoon yang tengah menggenggam sebuah kertas surat sekonyong-konyong menjulur, berusaha menghentikan gerakan brutal Seungkwan yang seakan tengah gila sebab dikejar-kejar deadline sampai mampus.

Ya, memang sedang tak habis pikir apa yang harus dilakukan selanjutnya? Apa yang akan menimpanya selanjutnya? Ia belum siap.

"Gila ya? Hentikan ah, tanganmu sudah membengkak sekarang." Tegur Jihoon untuk yang kesekian kalinya. Bedanya dari teguran sebelum-sebelumnya, Seungkwan benar-benar menghentikan gerakan bodohnya.

Tangan bengkaknya itu kini menggapai kepalanya sendiri, kemudian mengacak-acaknya kasar. "Ah, menyebalkan." Sarkasnya.

Sepersekian sekon kemudian, emosi Seungkwan layaknya telah membaik. Bagai mempersilahkan Jihoon untuk menyelanya dengan melilitkan sebuah kantung plastik berisikan es batu pada tangan Seungkwan guna mengompres tangan bengkaknya. Tidak, pemuda itu tidak mengelak.

"Ya, siang bolong tapi ribut sekali. Apa ini tentang si pemuda hidung sedorotan yang hilang? Kau terlihat bodoh karenanya." Api dalam brangkas kepala Seungkwan kembali bergemuru-seakan menandakan ada sesuatu yang harus ia hajar.

Belum dilihat siapa si pemilik suara yang mengundang percikan api panas dalam kepala si pemuda, sudah tertelan emosi lagi tuh.

Sekejap, ditariknya kerah si pemuda pemilik suara. Mata keduanya beradu panas, bahkan kantung es batu yang masih melekat di tangan Seungkwan tidak mendinginkan suasana.

"Tahu apa kau, pria aneh?" Setelah putusnya kalimat kepunyaan Seungkwan tersebut, si lawan bicara menarik kasar cengkeraman Seungkwan, menjauhkannya dari kerahnya.

Masih dengan manik matanya yang menusuk, "Begini yang ia mau? Lebih baik kau mencarinya kemana kek. Kan si pemuda yang kemarin angkat kaki juga tidak menginginkan kau yang begini." Balasnya, senada dengan iris nan setajam silet itu.

"Seungkwan-ah.." Panggil Jihoon lirih setelah sekian sekon si nama mematung lemas dengan biji mata yang sama, bahkan setelah ucapan Jeonghan barusan.

Jujur saja, tidak ada yang salah dari ucapan Jeonghan. Dari pada bertingkah bodoh dan menyalahkan diri sendiri, lebih baik bertindak. Siapa juga yang ingin melihat Seungkwan yang sehancur ini?

"Carilah udara segar, setidaknya habis ini atau besok. Kau perlu udara segar untuk berpikir lebih baik." Tutur Jeonghan seraya menepuk bahu Seungkwan layaknya seorang kakak kemudian kembali berlalu. Tak nampak seperti awal dan biasanya.

Seungkwan mendengus kasar. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari pemuda itu sebelum semuanya hening.

"Mau mencari ketenangan? Ini desa wisata, banyak yang dapat kau lakukan untuk menghilangkan pikiran barang sebentar saja." Jihoon mengusul. Tetapi digubrisnya dengan aksi diam seribu bahasa dari lawan bicara.

"Hanya sehari." Ulang Jihoon.

Entah apa yang menjadi jawaban dalam lubuk pikiran Seungkwan. Sebab ia sama sekali tak menjawab. Melainkan malah berlalu dalam sunyi layak pemuda sebelumnya.

Hari-hari dijalaninya seperti itu deh. Tanpa tujuan, tanpa semangat, bahkan tanpa jiwa. Kosong, canggung selalu mendekap. Namun perlahan tapi pasti.. pasti mereka akan mendekat pada akhirnya. Sebab walau berjalan tanpa arah, pasti akhirnya ya menuju akhir.

꒦꒷꒦꒦꒷꒦꒷꒷꒦








Thank you,
Sya.

find way home | svt vuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang