•3O

1.7K 132 17
                                    

"Saling mencintai itu di rasakan oleh kedua pihak, bukan hanya satu belah pihak saja."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~o0o~

Kedua matanya perlahan terbuka sebab sinar matahari yang memasuki kamar itu dari celah jendela yang setengahnya di tutupi gorden. Sama-sama dirinya melihat ke sembarang arah. Kedua matanya menangkap sosok yang berada di depannya. Mata seseorang itu sudah terbuka lebar, bahkan seseorang itu sudah tersenyum lebar.

"Eungh, Jen sudah bangun?"

"Good Morning Byu," sapa Jeno dengan senyuman yang mengukir sempurna di bibirnya. "Too Byu." Yoora ikut tersenyum. Senyuman Jeno seperti virus.

"Kau lap-AKH!!!! Kemana perginya bajumu?" Mata Yoora terfokus pada dada bidang milik Jeno yang tidak di tutupi sehelai benang pun. Apa ada kejadian semalam? Seingat Yoora tidak. Atau Yoora yang tidak sadar?

"Kau memperkosa ku?"

"Kalau ya memang nya kenapa?"

"Jeno jangan bercanda tidak lucu serius, aku sedang mengandung."

"Kata Dokter tidak apa-apa kemarin aku lihat di Youtube, itu lembut dan pelan tidak ganas."

Pipi dan Telinga Yoora memerah dirinya malu. Apa benar semalem Jeno melakukan hal itu?

"JENO SERIUS! AKU SEMALAM TIDAK MERASAKAN APAPUN."

"Itu kar-"

"Jangan lanjutkan ucapan mu itu, sepertinya kau mabuk."

Yoora beranjak pergi dari kasur. Walau rasanya sangat malas namun mau tidak mau dirinya hari pergi. Karena lapar dan juga tidak ingin pipinya bertambah merah karena ulah Jeno. Yoora membuka lemari es. Sepertinya di dalam lemari es itu hanya tersisa telur dan sayur-sayuran itupun beberapa sudah busuk. Yoora belum sempat berbelanja. Kalian tahu kan selama 1 bulan Yoora berada di lokasi Syuting bersama Jeno. Bahkan Yoora pun lupa memeriksa kandungan. Padahal dirinya sudah di peringati oleh Dokter Choi untuk tidak tekat datang namun peringatan itu bagai angin yang hanya lewat.

"Jeno sarapan kali ini hanya telur ya, aku sedang tidak mood berbelanja!" teriak Yoora dan di balas Jeno dengan teriakan juga.

Yoora mengambil tiga buah telur dari dalam lemari es nya. Yoora pun memecahkan ke tiga telur itu dan di masukannya kedalam satu wadah. Yoora memberikan telur itu garam satu sendok teh, dan gula sedikit. Dia mengocok telur itu sedikit menimbulkan suara nun tidak keras. Suara itu yang mengundang Jeno untuk keluar kamar. Untung saja dirinya sudah memakai baju. Yoora tersenyum melihat wajah tampan Jeno ketika bangun tidur. Sudah lama Yoora tidak melihat itu.

"Maaf aku hanya memasak telur, aku tidak mempunyai bahan untuk memasak."

Setelah mendengar Yoora. Jeno berjalan menuju Yoora. Saat ini Jeno berada di belakang Yoora. Jeno memeluk tubuh Yoora yang sedikit membesar. Sepertinya berat badan Yoora bertambah. Tidak apa-apa, rasa cinta Jeno kepada Yoora tidak berkurang. Jeno mengendus bahu Yoora yang bajunya sedikit menurun. Jeno mencium bahu dan leher belakang Yoora.

"Jeno itu geli hentikan. Nanti telurnya gosong bagaimana?"

"Kita makan di luar," balas Jeno dengan candaan. Namun ketika Jeno berbicara itu semakin membuat Yoora bergidik Geli.

Married With Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang