Kepercayaan

365 58 5
                                    

Wajah yang tadinya ceria itu kini muram. Kyungsoo ingat beasiswa dicabut jadi ia harus memikirkan cara agar dapat membayar biaya sekolah. Terlepas dari itu masalahnya dengan Kris ternyata tidak sampai disitu saja.

“Lihat, anak tak tau diri itu ternyata masih sudi menginjakkan kaki di sekolah elit ini,”

“Benar juga, kenapa dia tidak jadi seperti ayahnya saja?”

“Mungkin dia hanya sok baik tapi aslinya sama saja, pengecut seperti ayahnya,”

“Aku dengar dia tidak punya ibu. Aku rasa ibunya malu mempunyai anak sepertinya,”

“Cukup!” tegas Kyungsoo. Ia masih memaklumi jika teman-temannya membullynya tapi tidak dengan orang tuanya.

“Kalian bebas mengejekku tapi jangan sekali-kali menghina orang tuaku. Aku bisa saja tidak sebaik yang kalian lihat tapi tidak seburuk yang kalian pikirkan. Kalian tidak perlu repot-repot membenciku karena aku juga membenci diriku sendiri,” ucap Kyungsoo sesaat sebelum ia berlalu dari koridor sekolah.

Tidak. Kyungsoo tidak menangis. Ia sudah cukup muak dengan kehidupannya. Memang. Mungkin benar apa yang dikatakan teman-temannya, ibunya malu mempunyai anak sepertinya. Astaga, bertemu dengan sang ibu saja Kyungsoo belum pernah. Seingatnya. Jangankan bertanya pada sang ayah, baru mengucap satu kata pun bogem mentah sudah melayang di pipinya.

“Sial,” kesal Kyungsoo hingga tanpa sadar saat kelokan jalan ia menabrak Sehun yang sedang buru-buru membawa banyak buku.

“Ah maaf aku tidak sengaja,” ucap Kyungsoo seraya membantu membereskan buku.

“Gwenchana sunbae. Wah, luka sunbae cepat sekali sembuhnya. Bahkan tidak berbekas,” balas Sehun. Kyungsoo mendongak, ia menyadari jika lukanya memang hilang sepenuhnya.

“Anggap saja aku baru saja mendapat sebuah keajaiban. Mau ku bantu mengantarkan buku-buku ini?”

“Tidak usah sunbae. Aku bisa sendiri. Gomawo,”

“Arraseo.” Keduanya berpisah, Kyungsoo tersenyum sekilas saat menatap sesuatu disebalik pohon di taman sekolah.

“Yak! Diamkan ekormu itu Chan!” tegur Xiumin yang entah kenapa mengikuti Chanyeol yang sedang mengawasi Kyungsoo.

“Aku sudah mengaktifkan mode menghilang hyung. Kau tenang saja, tidak akan ketauan.” Xiumin tersenyum smirk, ia tau apa yang terjadi.

“Dasar rubah penguntit,”

“Yak! Aku kan guardian hyung. Jangan samakan aku seperti sasaeng-sasaeng gila itu,”

“Sasaeng? Apa itu? Apakah sejenis gingseng?”

“Astaga hyung. Sekali-kali lihat dunia luar jangan terkungkung menjaga pintu kematian,”

Pletak...

“Hyung. Kenapa kau suka sekali menjitakku!” kesal Chanyeol. Ia mengerucutkan bibirnya, imut sekali sampai-sampai Xiumin menahan geli.

“Berhenti membuat wajah seperti itu. Kau tidak ada imut-imutnya. Jangan sampai melewati batas arra?”

“Arra, arra.” Chanyeol menggerutu setelah Xiumin menghilang dari peredarannya. Ia berdecak karena berdebat dengan Xiumin membuatnya kehilangan jejak Kyungsoo.

**

Sepulang sekolah Kyungsoo mampir dulu ke toko kue. Ia membeli red velvet lantas pulang sebentar sebelum berangkat kerja ke kafe milik Chanyeol. Kyungsoo tidak terlalu tau kesukaan Chanyeol itu apa, tapi dirinya ingin membalas kebaikan Chanyeol yang mau menerimanya sebagai pekerja paruh waktu.

Gumiho Hyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang