Duka Nestapa

353 50 15
                                    

Suho tak pernah membayangkan akan menginjakkan kaki di rumah sakit ini lagi. Rumah sakit tempat sang istri berjuang melawan penyakitnya sementaranya dirinya sibuk bekerja untuk membiayai pengobatan. Sehun awalnya tak pernah mengerti kenapa sang ayah enggan menunggui ibunya, tapi sekarang Sehun sadar. Ayahnya pun sama berjuangnya dengan sang ibu. Agar nantinya keluarga kecil itu bisa berkumpul bersama lagi. Tapi sayangnya takdir berkata lain.
Kekhawatiran itu semakin kentara saat sampai pagi Kyungsoo tak kunjung membuka matanya.

Suho berjaga semalaman sedangkan Sehun sudah tertidur sejak Kyungsoo dipindahkan ke kamar rawat. Ketakutan itu tak pernah sirna. Suho tak ingin kehilangan lagi. Sungguh penyesalan itu masih menumpuk dalam hatinya.

“Tolong jangan bawa Kyungsoo pergi,” bisiknya lirih pada foto sang istri yang bersandingan dengannya di wallpaper ponsel.

**

Sehun bersikeras tetap tinggal meski hari ini ia harus bersekolah. Suho tak bisa memaksa, ia membiarkan Sehun menunggu kakaknya itu siuman. Beruntung menjelang tengah hari, Kyungsoo terbangun. Sedikit menyesuaikan diri dan menerka-nerka apa yang sudah terjadi hingga ia berada di tempat serba putih. Pandangannya tertuju pada Suho juga Sehun bergantian. Keduanya mendampinginya.

“Bagaimana keadaanmu? Merasa mendingan?” tanya Suho, tangannya lembut membelai pelan surai rambut Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk pelan sebelum membalas perkataan Suho, “Apa yang terjadi Ayah?”

“Kau pingsan semalam, apa ada yang sakit?” Kyungsoo menggeleng pelan, keadaannya sudah lebih baik.

“Kenapa sampai dibawa ke rumah sakit?” tanya Kyungsoo lagi. Agaknya sedikit berlebihan ketika tau ia hanya pingsan.

“Ayah terlalu khawatir hyung. Ayah tidak ingin terjadi apa-apa. Ia bahkan melakukan CT-scan agar mengetahui apa yang membuatmu pingsan. Penyakit ibu dulu membuatnya trauma,” jelas Sehun.

Tangan Suho yang berada disisi Kyungsoo digenggam pelan. Kyungsoo berusaha menenangkan sang ayah agar tidak terlalu memikirkan keadaannya. Tak lama kemudian seorang dokter masuk, menyapa sejenak lantas memeriksa keadaan Kyungsoo.

“Apa sebelumnya kau sering merasakan sakit kepala?” tanya dokter bernametag ‘Lay’. Kyungsoo ragu, ia menatap Suho yang langsung mengerti lalu menggangguk pelan disusul anggukan dari Kyungsoo pada dokter Lay.

“Kami khawatir terjadi sesuatu dan Ayahmu juga menyuruh kami melakukan CT-scan. Jadi, kau harus dirawat disini agar kami bisa memantau. Ah satu lagi, apa sebelumnya kau pernah digigit ular?” Pertanyaan Lay barusan membuat Kyungsoo meneguk ludahnya secara kasar.

“Perawat menemukan bekas luka gigitan ular pada kakimu saat mengganti pakaianmu dengan baju pasien. Kami sudah memeriksanya tetapi harus menunggu hasilnya, mungkin paling lambat lusa atau besok bisa saya sampaikan,” terang dokter Lay. Ia berlalu untuk pamit, membiarkan tatapan penuh tanya dari Suho juga Sehun tertuju penuh pada Kyungsoo.

Suho menyibak kaki Kyungsoo dan menemukan bekas luka gigitan disana. Ia menghela nafas berat, bertanya-tanya apalagi yang disembunyikan oleh putra sulungnya.

“Sekarang ceritakan semuanya pada Ayah,” pinta Suho. Kyungsoo bingung, tidak mungkin ia menceritakan semuanya. Ia tidak ingin baik Suho maupun Sehun khawatir.

“Aku baik-baik saja Ayah,”

“Jangan berbohong hyung. Ceritakan saja, sebelum kami kecewa setelah mendengar penjelasan dari dokter besok. Apa saja yang kau sembunyikan,” desak Sehun.

“Aku takut kalian tidak percaya,”

“Kami mempercayaimu sayang. Meskipun kau bercerita tidak masuk akal, kami percaya. Yang terpenting kau mau lebih terbuka pada kami. Kami keluargamu dan kami ingin membantu masalahmu,” ucap Suho menenangkan.

Gumiho Hyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang