La fleur café, sebuah tempat makan ala Perancis dengan dinding kaca yang mengelilingi bangunannya. Terdapat berbagai jenis bunga merambat yang menghiasi setiap sudut tempat, beraneka warna, membuat kafe itu terlihat begitu menarik pandangan mata, sesuai dengan namanya.
Setelah menepikan mobil yang ia kendarai, Naruto memperhatikan tempat itu dari balik kemudi. Menatap begitu ramainya pengunjung kafe kala jam makan siang telah tiba, sebelum akhirnya mata biru itu menoleh pada wanita yang duduk dengan tenang pada kursi penumpang di sisinya.
"Turunlah ..." sembari membuka seat belt, pria pirang itu berucap.
Tentu wanita cantik dengan rambut tergerai rapi itu segera menuruti perintah pria di sampingnya. Ia turut membuka seat belt yang melingkupi tubuhnya, lantas membuka pintu alat transportasi roda empat yang ia naiki.
"Kenapa kita harus jauh-jauh ke kafe ini hanya untuk makan siang, Naruto-kun?" tanyanya kemudian ketika telah menjejakkan kedua kakinya pada permukaan paving di bawah tubuhnya yang ramping, kedua mata beriris hazel miliknya memindai sekitar.
Sedangkan Naruto---yang sudah berdiri di sisinya---hanya mengedikkan kedua bahu dengan ringan, "Hanya ingin?"
"Aku tahu kau memiliki sebuah tujuan khusus, aku bisa menebaknya." Mendengar jawaban yang justru terdengar seperti pertanyaan tentu membuat wanita bernama Ameno itu menatap penuh curiga pada wajah rupawan pria di sisinya, tentu saja sembari mengimbangi langkah kaki panjang sang pria asal Kanada.
Namun, pria itu hanya terkekeh menanggapinya. Sudut bibirnya naik sebelah kala atensi mata birunya menangkap presensi seorang wanita yang ia cari, mengunci tatapannya pada sosok wanita berambut panjang sekelam malam yang ditata tergerai bergelombang. "Tepat seperti dugaanku."
Ya, sosok yang Naruto cari adalah Hinata. Wanita bermarga Hyuuga itu terlihat sedang menikmati makan siangnya bersama seorang wanita dengan rambut yang diwarnai bak permen kapas; Sakura. Tepat seperti dugaannya, wanita yang telah berkali-kali sukses mengacaukan hidupnya memang sedang menghabiskan waktu makan siang di dalam kafe itu, seperti biasanya.
Ameno tampak mengikuti arah pandang pria Uzumaki yang berjalan beriringan dengannya, seketika pupil matanya melebar. "Wanita itu, bukankah dia ..."
"Benar." Sebelum Ameno meneruskan pertanyaan, Naruto terlebih dahulu menjawab. "Dia Hinata, wanita yang menamparmu di klub malam sekaligus ibu dari putraku. Wanita yang seharusnya telah kunikahi tiga tahun lalu, seorang yang kuceritakan padamu tempo hari." Lanjutnya, dengan pandangan lurus ke depan.
Ah, tebakan Ameno memang benar. Langkah kaki yang awalnya tampak bersemangat, kini perlahan melambat seiring nyalinya yang semakin ciut. Tanpa sadar salah satu tangan wanita itu menyentuh pipinya, pada bekas tamparan wanita bernama Hinata. Bahkan ia masih ingat betapa perih bibirnya yang terluka kala itu.
"A-apa tidak sebaiknya aku pulang saja?" cicitnya.
"Why?" Naruto menghentikan langkah mendadak, lantas menoleh cepat. Kening tan itu berkerut ketika bertanya, sedangkan kedua mata birunya menyipit menatap kedua iris hazel wanita di sisinya. "Kau takut dia akan menyerangmu lagi?"
Dan ketika kepala Ameno mengangguk pelan, pecahlah tawa Naruto; tebakannya tepat sasaran. Sedangkan wanita itu hanya memutar kedua bola mata dengan sebal.
"Apa kata orang-orang kantor nanti ketika melihat lebam di pipiku? Sebagai orang baru, tidak lucu jika akan bertambah satu lagi gosip tentangku, Naruto-kun." Ungkap Ameno, ia turut menghentikan langkah kakinya, mendongak mempertemukan tatapan mata. "Diisukan menjalin hubungan denganmu saja sudah cukup membuatku merasa tak nyaman; banyak pasang mata perempuan menatapku dengan sinis." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE✔
RomanceSequel dari cerita "Promise" Menjadi seorang single parent adalah pilihan hidup Hinata, pula sebagai jalan untuk menebus rasa bersalahnya terhadap Gaara, mantan suaminya. Pada mulanya kehidupan dirinya beserta Bolt, sang putra baik-baik saja, semua...