2. rejected (again)

2.8K 320 102
                                    

Alat transportasi beroda empat yang ia kemudikan melaju pelan ke arah pintu gerbang. Ia lantas melengkungkan sebuah senyuman kala netra seindah mutiara miliknya bertemu pandang dengan sang satpam penjaga rumahnya---yang membungkuk hormat padanya sebelum akhirnya menggeser gerbang besi nan besar; memberikan akses jalan untuk mobil majikannya. Ya, wanita berambut panjang yang kini dikuncir kuda itu akan berangkat bekerja; tentu ke Butik miliknya.

Namun, senyuman yang tersungging dengan begitu manisnya di bibir Hinata tiba-tiba musnah kala atensinya menangkap sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pintu gerbang; seakan sang pengendara yang terlihat duduk di atas kap mobil itu memang sengaja menghalangi jalan sang wanita Hyuuga.

Mata indah itu menyipit tajam memperhatikan sesosok pria berambut pirang yang duduk membelakanginya, entah kenapa postur tubuh pria berkemeja hitam itu terasa tak asing baginya. Dan... jantungnya berdegup kencang secara tiba-tiba seiring angannya menerka-nerka.

Jangan-jangan ...

Hinata menggeleng singkat, lantas membuka pintu di sisinya, melangkah pelan menuruni mobilnya. Ia tidak ingin menduga-duga, ia harus memastikannya secara langsung. Meskipun tak mampu ia pungkiri jika rasa takut turut mendominasi. Entah takut karena apa? Yang jelas firasatnya memburuk seketika.

Namun, ketika langkah wanita beranak satu itu telah berada di sisi mobil asing tersebut, kepala pirang si pria menoleh cepat, membuat sepasang mata Hinata terbelalak. Dugaannya benar!

"Kau?!" Hinata bergumam tak percaya, netra cantiknya seakan hendak keluar dari kelopaknya saking ia membulatkan bola mata. Secara refleks tangan kanannya terangkat, menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan. Ia terlalu terkejut.

Wajah tampan itu ... iris sebiru safir itu ... sungguh, Hinata tidak menduga jika ia akan kembali melihatnya setelah bertahun lamanya. Tentu ia sangat merindukannya, biar bagaimanapun dalam hati terdalamnya ia masihlah cinta. Namun, kenyataan seakan menampar keras pipinya, sebab pria itu bukan lagi miliknya.

"Kita bertemu lagi, Hinata." Pria itu---yang adalah Naruto---berucap datar, kemudian turun dari kap mobilnya dengan senyum yang terlihat dingin di mata Hinata, senyuman yang baru kali ini wanita itu jumpai, karena sebelumnya senyuman sang pria selalu terlihat tulus dan selalu bisa menenangkannya. Dan lagi, aura yang terpancar pada tubuh jangkung itu terlihat sedikit berbeda; kelam.

"A-apa yang kau lakukan di sini?" tanya wanita itu, raut wajah cantik itu tiada sama sekali berubah bahkan pupil kedua matanya terlihat bergetar.

"Kau sepertinya terkejut?" pria itu melangkah mendekat secara perlahan, sudut bibirnya naik sebelah kala menatap wajah cantik mantan calon pengantinnya terlihat memucat.

"A-aku ..." Hinata tak mampu melanjutkan ucapannya. Entahlah, lidahnya terasa kelu untuk sekedar berkata.

Entah bagaimana segala memori masa lalu berputar secara otomatis di dalam benaknya, menghantarkan rasa bersalah yang teramat besar bercokol di dalam dada pada pria bersurai pirang di depannya. Rasa berdosa yang selalu saja membuat dirinya merasa menjadi wanita paling jahat sedunia.

"Ikut aku." Tanpa Hinata duga, tangan besar Naruto meraih pergelangan tangannya, membuat wanita itu secara refleks hendak menghempaskan cengkeraman sang pria. Namun, ia gagal; kekuatannya tak sebanding dengan milik si pemilik surai arunika.

Sedangkan satpam yang sedari tadi berdiri tak jauh dari pintu gerbang hanya menatap sang majikan dengan pria asing itu secara bergantian. Ia bingung harus berbuat apa, pasalnya ia masihlah ingat jika pria itu adalah pria yang datang untuk menemui Tuan muda kecilnya kemarin. Apa lagi dengan ciri fisik sang pria yang hampir menyerupai anak sang majikan, tentu ia tahu jika pria itu memiliki ikatan dengan Nyonyanya, makanya ia tak berani ikut campur.

MINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang