MENTARI hampir terbenam di ufuk barat senja kala langkah kaki pelan itu memasuki kediamannya. Satu lagi hari yang melelahkan telah terlewati, namun senyuman indah itu masih mampu terpatri. Wajah jelita itu terlihat penat, tetapi tiada sekali pun pernah sebuah keluhan meluncur dari bibir tipisnya yang sewarna cherry.
Ya, dia adalah seorang single mommy. Ia haruslah menjadi wanita yang kuat dan setegar karang dalam menjalani kehidupan, sebab ia tak memiliki seseorang untuk bersandar; ia seorang janda. Lagi pula ada seorang lelaki kecil yang bergantung hidup padanya; putra semata wayangnya.
Menjadi seorang single parent sebenarnya tidaklah mudah, ada kalanya ia pun pernah berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Tetapi, semua ini memang sudah menjadi keputusannya, pilihan dalam hidup yang ia ambil. Ia harus giat bekerja demi menghidupi putra kecilnya. Yah, meskipun sebenarnya ia tidak pernah kekurangan dari segi materi; ayahnya, Hiashi Hyuuga adalah pemilik perusahaan besar nan bonafide di bidang perhotelan.
Namun, Hinata bukanlah wanita manja, ia lebih senang hidup mandiri, menghidupi dirinya beserta sang anak dengan jerih payahnya sendiri. Tentu dirinya masih bekerja mengelola butik bersama Sakura, seperti sedia kala. Tiga tahun telah berlalu semenjak perceraiannya dengan Gaara juga awal pertama ia mengandung Bolt; putranya, butik yang ia rintis bersama sang sahabat memang mengalami banyak kemajuan.
Sekarang bukan hanya kalangan sosialita yang sering kali mempercayakan dirinya untuk membuat gaun indah tentu dengan bandrol harga selangit, bahkan kini para artis papan atas pun turut serta mendatangi butiknya; Aufklärung Boutique.
Aufklärung adalah kata Jerman yang berpadanan dengan kata Inggris enlightenment yang berarti pencerahan, penerangan. Ya, ia tentu memberikan nama tersebut tak hanya asal, ia berharap bahwa kehidupannya akan berubah seperti arti dari nama butik yang ia ambil. Setelah kelam menyelimuti, maka akan datang era pencerahan yang datang menghampiri, tentu dengan hadirnya Bolt yang melengkapi.
Hinata tersenyum lebar kala atensinya menangkap sosok sang putra sedang bermain di atas karpet tebal ruang keluarganya---tentu bersama pengasuhnya, mainan lego berbagai warna terlihat berserak di sekitar si balita yang baru berusia dua tahun lebih lima bulan.
"Mama pulang, Sayang..." dengan suara merdu khas dirinya yang dibuat ceria, Hinata mempercepat langkah kakinya menghampiri sesuatu paling berharga di hidupnya; anaknya.
"Mama~" mendengar suara sang ibu yang begitu akrab di telinga, balita berambut pirang itu segera bangkit berdiri lantas berlari terseok menyongsong tubuh Hinata, mengabaikan mainannya begitu saja.
Tentu wanita Hyuuga itu segera menangkap tubuh kecil Bolt ke dalam dekapan hangatnya, kemudian menciumi wajah tampan yang begitu mirip dengan seseorang yang begitu ia cintai.
"Bolt merindukan Mama, hm?" tanyanya, membawa tubuh sang lelaki kecil ke atas pangkuannya setelah ia mendudukkan diri di atas karpet tebal tempat bermain sang putra.
"Lindu~" tangan-tangan mungil itu melingkari perut ramping ibunya, menenggelamkan kepala pirangnya ke dalam dekapan hangat seorang wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
"Mama juga rindu banyak sama Bolt." Hinata memencet gemas hidung bangir nan mungil balitanya, lantas mengalihkan atensi pada pengasuh sang putra yang duduk tak jauh dari posisi mereka. "Bagaimana Bolt hari ini, Sus? Apakah dia rewel lagi?"
"Tuan muda bersikap baik hari ini, Nyonya." Jawab sang pengasuh berseragam biru itu dengan senyumnya yang sopan.
"Syukurlah ..." wajah ayu itu kembali menampilkan sebuah senyuman, lantas membelai sayang surai halus sewarna arunika dalam pelukannya. Hinata sangat mencintai sang putra, jauh melebihi dirinya sendiri. Bahkan ia rela menukar nyawanya demi membuat sang anak bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE✔
RomanceSequel dari cerita "Promise" Menjadi seorang single parent adalah pilihan hidup Hinata, pula sebagai jalan untuk menebus rasa bersalahnya terhadap Gaara, mantan suaminya. Pada mulanya kehidupan dirinya beserta Bolt, sang putra baik-baik saja, semua...