Terungkap

643 102 15
                                    


Yuta dengan fikirannya yang melayang kemana-mana tengah berdiri di sebuah halte bis depan sebuah restoran berbintang, mata besarnya menatap lurus pada lobby restoran tersebut.

Saat di toko tadi siang ia diminta wanita itu untuk menulis kartu ucapan.

Dengan perasaan bimbang ia memilih mencoba memastikan jika kekasih wanita tadi itu bukan Lee Taeyong suaminya.

Beberapa kali ia melirik jam tangan yang melingkar di lengannya, sudah jam tujuh, Yuta masih ingat dengan jelas alamat dan juga waktu yang ia tulis di kartu ucapan milik wanita tadi.

"Apa yang kau lakukan di sini Yuta? "

"Yang namanya Lee Taeyong tidak hanya satu di Korea, jangan bodoh!" monolognya pada diri sendiri.

"Suamimu tidak mungkin mengkhianati mu....ya tidak akan" bisiknya miris di akhir kalimat.

Ketika kakinya sudah akan melangkah masuk kedalam bus ia kembali urung dan terdiam di tepat.

Mobil hitam yang sangat ia kenal memasuki area restoran tersebut, tak berapa lama ia bisa menyaksikan sebuah pemandangan yang begitu menyakitkan.

Disana ia menyaksikan suaminya tengah bergandengan mesra dengan seorang wanita yang ia temui di toko kue tempat ia bekerja tadi siang.

"Mwoya? Aniya itu bukan Taeyongku" bisiknya parau.

Yuta segera mencari-cari ponselnya di dalam totebag dengan tangan gemetar ia segera mencari panggilan nomor satu di sana.

Yuta semakin gelisah ketika panggilannya tidak di jawab.

"Tolong, setidaknya angkat telfonku" matanya sudah memerah dan berair bahkan jika wanita di awal empat puluh tahunan itu berkedip air matanya pun akan terjatuh.

Panggilan kedua hanya di sahuti oleh operator hingga panggilan ke limanya tersambung.

'Ya?'

"Kau.... Dimana?"

'Aku sudah bilang kan tadi jika aku ada Operasi dan aku baru selesai'

Sakit sekali rasanya jelas-jelas suaminya itu berbohong mengatakan masih di rumah sakit padahal Yuta sendiri bisa melihat suaminya ada di depannya.

"Ah ya maaf aku lupa"

Yuta berusaha sebisa mungkin agar suaranya tidak bergetar.

'Ada apa?'

"Ani,, sebenarnya aku sedikit pusing dan ingin kau memeriksaku, tapi ternyata-" bahkan ia tidak sanggup melanjutkan perkataannya suaranya tercekat.

'Sudah kubilang bukan jika aku masih di rumah sakit Yuta!'

"Maaf ya aku mengganggu, tapi kau akan pulang kan nanti?"

Terdapat jeda yang sedikit panjang disana hingga Yuta bisa mendengar jika suaminya itu menghela nafas pelan.

'Ya'

"Baiklah, sampai bertemu di-"

Dan panggilan terputus sepihak.

Tubuh Yuta bergetar rasanya ia tidak sanggup menopang bobot tubuh kurusnya, kini ia jatuh terduduk dan menangis pilu.

"Apa salahku Taeyong ah hiks"

"Bagaimana kau bisa melakukan hal ini padaku hiks bagaimana hiks bagaimana bisa kau setega ini hiks"

"Setidaknya hiks jika sudah tidak mencintaiku hiks ingatlah hiks anak-anak kita hiks"

Yuta menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang masih bergetar, tiba-tiba ponsel yang ia letakkan di sisinya bergetar dan menampilkan nama putra tampannya disana.

Bunga Matahari yang Layu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang