Naladhipa ( Shikayodo )

76 7 0
                                    

Kau membuatku bahagia melalui cara yang orang lain tidak bisa lakukan.

( Naladhipa "Jantung hati yang menerangi" )



Pagi ini hujan gerimis baru saja reda. Udara dingin langsung menyerang tubuh ini. Meski telah menggunakan jaket, dingin ini tetap terasa menusuk tulang. Sial, di saat suasana hatiku buruk, cuaca ikut buruk. Harusnya pagi ini aku pergi dengan pacarku, tapi dia malah pergi sendirian ke kampus. Ini bukan sesuatu yang baru, tapi tentu aku berharap pacarku itu akan berubah suatu hari nanti.

"Yodo, kau sudah sampai rupanya!"

Ini dia suara menjengkelkannya. Dia menyapaku sambil mendekat kemari tanpa beban berarti. Raut wajahnya yang menjengkelkan tampak tak bersalah atau malu sedikitpun.

"Ringan sekali caramu bicara! Apa kau tidak ingat sudah melupakan sesuatu?"

"Sepertinya tidak. Sebentar, pagi ini aku sudah sarapan, alat tulis dan buku juga ku bawa, dan aku juga sudah mandi jadi tidak ada yang-"

"Sudahlah! Dasar tidak peka!"

Inilah pacarku, Shikadai Nara. Dia jarang sekali melakukan hal yang tepat untukku. Sikapnya yang menjengkelkan dan ketidakpekaannya membuatku ingin memekik sekencang-kencangnya.

"Yodo."

"Apa?"

Shikadai menghalangi jalanku. Aku ingin tahu apalagi yang ingin ia katakan. Wajahnya yang sok serius itu tampak bodoh. Sekejap aku gugup melihat tangannya yang bergerak menyentuh pundakku. Benakku bertanya tanya apa yang terjadi dengan pemuda ini. Tatapannya sungguh serius. Ia mengalihkan tatapannya ke bawah daguku dan gerakan cepat dia menarik tali tudung hoodie ku. Wajahku tertutup dengan memalukan!

"Hahahaha... Kau lucu sekali, Yodo!!" Pekiknya sambil berlari girang bak anak TK.

"Shikadaaaai!!! Awas kau!!!"

Untuk sesaat, aku sempat berpikir mungkin pemuda itu mulai berubah dan sedikit dewasa, tapi aku salah. Aku terlalu berharap memiliki pacar yang sempurna seperti pacar orang lain.

🍍

🍍

🍍

Naladhipa

🍍

🍍

🍍

Hari ini bertepatan dengan perayaan valentine. Sejak kemarin, ada banyak temanku yang membahas betapa manis dan romantisnya pasangan mereka. Sebenanya aku sangat iri. Terkadang aku membanding-bandingkan nasibku dengan mereka. Aku tidak bermaksud menilai buruk Shikadai yang jarang melakukan segala hal dengan baik, tapi sebagai seorang wanita aku juga ingin seperti mereka. Makan malam romantis, sebuket bunga dan beberapa bungkus permen serta coklat rasanya sulit ku dapatkan, setidaknya begitulah aku selama setahun berpacaran dengannya. Oh, bagaimana bisa kami memutuskan berpacaran dulu?

"Hey, itu dia pacarku. Dia tampan kan, Yodo?"

"I-iya."

Entah sejak kapan aku melamun. Salah satu teman yang sedari berjalan bersamaku mengarah kepada seorang pemuda yang cukup tampan. Senang melihatnya bahagia menerima sebuket bunga mawar yang pemuda itu berikan padanya. Tapi aku? Jangankan hadiah, Shikadai saja tidak tampak batang hidungnya.

SerenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang