Azzura ( Mitsusara )

82 16 4
                                        

Kebahagiaanku hadir bersamamu namun takdir tidak mengijinkanku untuk memilikimu. Tidak apa, aku rela melepasmu.

( Azzura "Biru langit" )


Embun bersinar di ujung jemarinya. Seorang gadis bermata onyx berlarian menggugurkan titik embun di daun talas. Menurutku, dia adalah gadis tercantik yang pernah kujumpai seumur hidup. Dia salah satu sosok yang sangat dekat denganku, bahkan dengan hatiku. Senyum polos dan tawa cerianya selalu mampu menyegarkan pikiranku. Apapun yang dikatakan orang tentangnya, dimataku dia sangat menawan.

Namanya Sarada Uchiha dan aku sangat mencintainya. Aku memang tidak pernah mengungkapkannya tapi dengan kehadiran dan kasih sayang yang ku berikan padanya sudah lebih dari cukup. Sarada tidak banyak memiliki teman tapi gadis itu tidak pernah terlihat sedih. Terkadang ia berlari menuju rumahku dan melakukan apapun yang ia suka. Sarada benar-benar gadis periang. Senangnya adalah kebahagiaanku dan air mata yang ia tumpahkan akan menjadi rasa sakit yang terhingga untukku. Aku telah berjanji pada orangtuanya untuk selalu menjaga putri mereka selagi mereka tidak ada di rumah. Ya, aku selalu menjaga dan melindunginya dimanapun dia berada. Bahkan saat ia dihina oleh banyak orang di sekolah dan tempat lainnya, aku tetap berusaha melakukannya meski ia tidak paham mengapa aku melakukanya dan mengapa orang-orang gemar menghinanya.

"Apa yang kau lakukan disitu, Mitsuki?"

Ah, tiba-tiba saja Sarada mengagetkanku. Selalu begitu, langkahnya begitu cepat hingga aku tidak menyadari bahwa ia sudah ada di belakangku.

🍅

🍅

🍅

Azzura

🍅

🍅

🍅

Langit biru adalah objek favorit kami sejak dulu. Sepulang sekolah, kami tidak langsung pulang ke rumah, melainkan berbaring di atas rumput taman dengan belaian angin yang menerpa diri. Ini sungguh menenangkan setelah melalui rasa bosan selama di sekolah. Ku lihat berkumpul seolah melindungi kami dari sengatan matahari. Kami selalu melakukan ini sejak kecil. Di tempat yang sama hingga berjam-jam dan terkadang Sarada tertidur dalam pelukanku setelah berkeluh kesah.

"Mitsuki, memangnya aku salah apa? Mengapa teman-teman sering mengejekku?"

Ini pertanyaan yang sering ku dengar. Tak jarang Sarada bertanya sambil menangis. Dia benar-benar tidak tahu mengapa orang-orang memandangnya berbeda.

"Tidak usah hiraukan mereka. Mereka hanya iri padamu."

"Mengapa iri?"

"Karena.."

"Aku tahu!!"

Binaran matanya tiba-tiba muncul begitu saja. Nada suara yang sendu segera berubah riang kembali. Gadis ini seakan mendapatkan suatu kebahagiaan dalam sepersekian detik."

"Karena aku cantik dan pintar, kan?"

"Be-benar."

"Sudah kuduga! Mereka itu sangat aneh! Benar kan, Mitsuki?"

"Iya."

Lega melihatnya bahagia meski ada rasa sedih dalam benakku. Aku selalu mengindahkan apa yang dia katakan agar ia tidak bersedih.

"Ayo pulang!" Kataku sambil menggenggam tangannya.

"Tapi aku masih ingin disini. Mama dan Papa kan belum pulang? Nanti aku kesepian, lagipula Mama dan Papamu tidak akan marah."

SerenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang