10. Gelap

20 9 0
                                    

Ari mempercepat langkahnya melewati koridor rumah sakit. Tangannya masih menjinjing kantong plastik yang berisikan pesanan Aisyah. Dia berharap Aisyah tidak marah.

Lagipula Ari merasa aneh. Kapan dia melihat Aisyah marah? Entah sejak kapan, Ari merasa bahwa dirinya harus menjaga Aisyah. Ini memang aneh dan sulit dipahami, bahkan oleh perasaan Ari sendiri.

Ari berhenti di salah satu ruangan. Dia berhenti di depan pintu. Sambil mengatur napas, Ari menata bawaannya yang sempat terombang-ambing karena berlari. Detik selanjutnya Ari berniat masuk ke dalam ruangan.

Namun sebelum memutar kenop pintu, Ari berhenti sebentar. Matanya memicing ketika melihat Aisyah yang sedang menikmati sebuah makanan di pangkuannya. Pandangan Ari beralih ke seorang pemuda yang duduk di samping Aisyah.

Itu Angga. Rasanya percuma dirinya repot-repot membelikan makanan kesukaan Aisyah yang pada akhirnya berujung sia-sia.

Dari dalam ruangan, Aisyah tak sengaja melihat Ari. Aisyah hampir saja memekik saat Ari melemparkan sebuah kantong plastik ke tempat sampah. Aisyah sudah mengira ini akan terjadi. Mungkin nanti dia akan meminta maaf kepada Ari.

Aisyah melihat Ari yang juga menatap dirinya dari luar. Ari menatap malas ke arah Aisyah. Tanpa diminta, Aisyah menyaksikan kepergian Ari. Dia terbatuk pelan. Dengan spontan, Angga mengambilkan gelas yang berisi air mineral untuk Aisyah dan membantunya minum.

"Hati-hati, dong. Jangan keburu-buru." ucap Angga.

Tangannya mengelus punggung Aisyah dengan lembut. Setelah selesai minum  Aisyah mengelap ujung bibirnya dengan tangan. Tiba-tiba rasa sakit menyerang kepala Aisyah. Dia melihat selimut dengan mengedip-ngedipkan matanya. Pandangannya buram. Dia menyerahkan mangkok ditangannya itu kepada Angga.

"Syah? Kamu nggak apa-apa, kan? Kamu pusing?" tanya Angga. Ia meletakkan mangkok bekas Aisyah ke atas nakas.

"Kak...." gumam Aisyah. Dia sudah tidak bisa membendung rasa sakit yang semakin menjalar ke kepalanya itu. Seperti ada sesuatu yang terputar di kepalanya bagaikan sebuah kaset.

Semakin dirasa, sakit di kepalanya semakin bertambah dan berdenyut hebat bak telah di pukul dengan cangkul berkali-kali. Siapapun pasti tidak akan kuat menahan sakitnya, termasuk Aisyah sendiri.

Setelah itu segalanya menjadi gelap. Aisyah menutup kedua matanya dengan pelan. Samar-samar Aisyah mendengar suara kekhawatiran Angga bersamaan dengan bunyi derap sepatu yang mendekat ke arahnya.

[]

LOVE and SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang