Pukul 06.30 WIB, Aisyah dan Ari sudah sampai di sekolah mereka. Disini perannya Aisyah sebagai murid baru, berbeda dengan Ari yang menduduki pangkat sebagai murid terpopuler di kelas dua belas IPA. Di sekolah ini kebanyakan murid laki-laki membenci IPA karena banyak yang menganggap anak IPA adalah anak emas.
Aisyah pergi dari parkiran setelah berterimakasih dan berpamitan kepada Ari. Ia berjalan sambil menggendong tas ranselnya. Banyak murid-murid lain yang memerhatikan gerak-geriknya. Rupanya mereka merasa asing dengan wajah Aisyah.
"Eh, dia murid baru?" ujar gadis yang berada di seberang koridor.
Teman-temannya pun mulai menyahut, asik membicarakan gadis yang baru kali ini mereka temui yaitu Aisyah.
"Iya, kali. Gua juga belom pernah liat mukanya."
"Cantik ya?"
"Cantikan gue, kali!"
"Kira-kira dia dari SMAN mana, ya?"
"Kenalan dulu sana."
Dapat dipastikan bisik-bisik itu keluar dari mulut para biang gosip. Mereka berbisik namun seperti tidak berbisik. Buktinya pembicaraan mereka sampai terdengar ke telinga Aisyah. Dasar, para generasi lambe turah!¹
Aisyah tidak menghiraukan apa yang mereka katakan terhadap dirinya. Ia hanya menebar senyum kepada setiap orang yang tak sengaja menatap dirinya. Aisyah menghela napas lega. Didepannya kini sudah terpampang ruangan yang tertuliskan papan nama 'ruang guru'.
Ia pun masuk ke dalam setelah mengetuk pintu. Seorang guru berperawakan kurus, tinggi dan berambut ikal seperti mi pangsit, menyambut kedatangannya. Aisyah mengira beliau-lah yang akan mengantarnya ke kelas.
"Mari, duduk dulu." ujar wanita itu. Aisyah pun menurut. Ia duduk berhadapan dengan calon guru barunya.
"Ketentuan dan peraturan di sekolah ini sangat tidak bisa di bantah. Kamu tahu itu, kan?" tanya guru tersebut, Aisyah mengangguk sebagai ganti kata 'iya'.
"Dan bagi murid yang bermasalah, entah itu merokok, minum alkohol, bolos, hanya berkesempatan satu kali lagi untuk sekolah disini. Jadi saya harap kamu tidak akan mencontoh mereka yang bermasalah." lanjut guru itu.
"Tapi kalau mengecat rambut tidak masalah kan, Bu?" tanya Aisyah polos.
Bu Hajar sedikit mengernyitkan dahinya. Ia baru sadar kalau Aisyah memiliki rambut ombre.
"Oh, kalau masalah rambut tidak apa-apa. Mau dicat seperti warna pelangi malah bikin bangga, karena jarang ada sekolah yang menerima anak 'bunglon'." jawab Bu Hajar sembari tertawa. Aisyah pun manggut-manggut dan ikut tersenyum. Hm, selera humor Bu Hajar bagus juga.
"Oh, iya. Nama saya Tutut Hajariyah. Panggil saya Bu Hajar. Yuk, saya antar ke kelas kamu." Bu Hajar berdiri dari tempat duduknya. Begitu juga dengan Aisyah. Ia mengekor Bu Hajar.
Sementara itu di kelas sebelas IPA satu, suasana tampak ramai. Desas-desus murid baru sudah merayap ke kelas mereka. Bahkan ada yang sudah mengetahui bahwa si murid baru akan tinggal di kelas mereka.
"Eh, eh! Bu Ajar Dateng, woi! Cepetan rapiin itu kursinya!" seru si ketua kelas.
Semua murid nampak kebingungan dan langsung menata bangku masing-masing. Mereka langsung duduk ketika Bu Hajar masuk ke dalam kelas. Mereka semua berusaha tenang saat melihat Aisyah. Beberapa murid ada yang mencibir Aisyah karena rambut ombrenya yang berwarna hitam keunguan.
[]
¹ = julukan untuk orang yang suka nyinyir/bergunjung, nama akun gosip indo di instagram @.lambeturah
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE and SECRET
Novela Juvenil"Gue bakalan tetep ada di samping lo, walaupun lo sendiri gak menginginkan itu." "Kalian berpikir gue gak tau apa-apa, padahal gue tau semuanya." "Masih adakah waktu untuk Kakak minta maaf sama kamu?" Tentang sebuah rahasia yang mengharuskan seora...