Ari pulang, mengunci pintu rumah setelahnya. Dia melangkah ke dapur sebab perutnya sudah keroncongan akibat belum makan seharian. Dia tak menemukan makanan apapun di meja makan.
Ari menggaruk-garuk kepalanya bodoh. Oh iya, dari kemarin kan gue maupun Bang Angga nggak beli makanan, batin Ari.
Memang benar. Beberapa hari ini Angga jarang di rumah karena sehabis kuliah dia selalu menghabiskan waktunya di rumah sakit. Ari teringat dengan Rendang Padang yang dia buang di tempat sampah rumah sakit tadi. Tebersit rasa kecewa karena dia telah membuang makanan itu, seharusnya dia tidak sedang dalam kondisi kelaparan sekarang.
Oke. Ari tidak kehabisan akal. Dia mengambil handphonenya di saku celana lalu menghubungi sebuah nomor di kontak telepon. Tak lama kemudian telepon sudah tersambung kepada seseorang di ujung sana.
"Halo, Pan. Lo dimana sekarang?"
"Iya, halo, Ri. Gue sama anak-anak nih, di Restoran Merdeka."
"Rumah makan yang kita datengin beberapa hari lalu itu lokasinya dimana?" tanya Ari to the point.
Yang di ujung telepon berusaha mengingat nama rumah makan yang dimaksud Ari.
"Kalo nggak salah tuh namanya Rumah Makan Bakry. Lokasinya di Jalan Cahaya, gak jauh dari rumah si Dani tuh. Tinggal belok kanan dikit udah nyampe." Ari manggut-manggut.
"Oke. Thanks."
"Yoi, Bro. Eh lo nggak kesini apa emang? Anak-anak pada ngumpul nih disini. Katanya lo mau tau pacar barunya si El—"
<Biip!>
Telepon diputuskan oleh sepihak. Rupanya Ari sudah tak memerdulikan apa-apa lagi selain ketidakberdayaan perutnya yang semakin lapar. Dibukanya pintu rumah. Setelah menutup pintu, Ari langsung menunggangi motornya. Tujuannya hanya satu tempat yaitu Rumah Makan Bakry.
[]
Yang ini pendek banget, bcz aku sdang malas mengrevisi
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE and SECRET
Teen Fiction"Gue bakalan tetep ada di samping lo, walaupun lo sendiri gak menginginkan itu." "Kalian berpikir gue gak tau apa-apa, padahal gue tau semuanya." "Masih adakah waktu untuk Kakak minta maaf sama kamu?" Tentang sebuah rahasia yang mengharuskan seora...