Di sebuah restoran bernama "Cherry Blossom" yang terletak di Jakarta Selatan, di sanalah segerombolan pemuda sedang berkumpul seraya menikmati hidangan masing-masing. Walaupun restoran ini sangat populer di kalangan remaja dengan suasana bak kafetaria, banyak juga kalangan orang tua yang mendatangi tempat itu untuk memuaskan rasa lapar mereka.
"Eh, Ngga, terus apa kabarnya sama cewek yang lo tabrak itu?" tanya salah satu seorang pemuda yang memakai hoody.
"Cantik nggak?" celetuk pemuda lain yang baru saja menghentikan acara makannya setelah mendengar pertanyaan temannya itu.
Tak!
"Dasar lo, Yan! Giliran wajah aja pasti ditanyain, ntar ujung-ujungnya lo embat juga!" selanjutnya terdengar umpatan kesal dari sang empu. Sementara Angga hanya menjawab singkat, "Dia udah sadar."
"Dia baik, dan menurut gue... cantik." lanjut Angga. Kemudian menyesap pelan jus tomatnya.
"Gue kok jadi penasaran ya? Cantik mana sama Salsa?" tanya Ryan sambil mengandaikan bagaimana wajah Aisyah jika dibandingkan dengan Salsa, mantan pacar Angga.
Angga melirik tajam ke arah Ryan sebelum berkata, "ya jelas beda, lah." Angga menyenderkan punggungnya pada badan kursi.
"Cantik dong?!" Dapat di tebak, kedua mata Ryan berbinar-binar sekarang.
"Yaelah kayak nggak tau cewek cantik aja lo, Yan," celetuk temannya yang sedari tadi hanya menyimak, David.
"Kenapa sih lo Dav? Suka-suka gue dong," balas Ryan tak kalah sewot dengan David. Selalu begini. Di antara mereka bertiga yang suka bikin ulah adalah Ryan, sedangkan teman debat Ryan adalah David, dan si penengah di antara mereka berdua sudah jelas, Angga orangnya. Bagi David semua kata yang meluncur dari mulut Ryan bisa dikatakan sumber masalah dari mereka semua, tapi Ryan selalu menolak kenyataan itu. Sementara Angga, biasanya ia hanya diam dan tidak banyak bicara.
"Tapi lo nggak bakalan cinlok sama tuh cewek— sorry, maksud gue adik baru lo itu 'kan, Ngga?" selidik David dengan pandangannya yang mulai serius. Takut-takut jika suatu hari Angga jatuh cinta kepada Aisyah, mengingat betapa pedulinya Angga terhadap Aisyah. Memang wajar rasa peduli itu ada di diri Angga, tetapi entah kenapa David agak ragu dengan penyanggahan Angga terhadap spekulasinya.
"Lo ngomong apa, sih? Makin kesini makin ngaco tau nggak?" ujar Angga dengan wajah yang datar. David hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Angga.
Angga tidak menyadari bahwa perkataan David tentang dirinya tidak hanya bualan semata, melainkan kenyataan. Tetapi Angga memilih untuk mendepankan ego daripada hati. Pemuda itu seperti sedang memainkan dua peran dalam satu tokoh. Memang benar, saat ini dia tidak memiliki perasaan apapun terhadap Aisyah. Tetapi semua yang terjadi di masa depan, hanya Tuhanlah yang berhak menentukannya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE and SECRET
Teen Fiction"Gue bakalan tetep ada di samping lo, walaupun lo sendiri gak menginginkan itu." "Kalian berpikir gue gak tau apa-apa, padahal gue tau semuanya." "Masih adakah waktu untuk Kakak minta maaf sama kamu?" Tentang sebuah rahasia yang mengharuskan seora...