8. Kilas Balik (2)

20 8 0
                                    

Cklek!

Pintu terbuka dengan tegas. Begitu sepenuhnya masuk ke dalam ruangan, Ari mengepalkan tangannya dengan penuh amarah. Di depan matanya sendiri, Laura sedang asiknya bercumbu dengan lelaki lain yang pasti bukanlah Ari.

Laura dan kekasih gelapnya saling menjauhkan diri ketika menyadari keberadaan Ari. Laura cepat-cepat mengancingkan pakaian atasnya yang sebelumnya sedikit terbuka.

"Jadi ini, kelakuan lo kalau nggak ada gue, hah?!" teriak Ari murka. Tangannya langsung spontan menyerang lelaki yang dengan beraninya mencumbui kekasihnya.

"Ari, Ari! Udah, stop!" Laura berusaha melerai keduanya, namun nihil. Ari malah semakin memuaskan nafsunya untuk menghajar lelaki itu.

"Ari, STOP IT!" Teriakan Laura sukses menghentikan pergerakan Ari. Lelaki itu pun mengambil kesempatan untuk pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"You shouldn't do that! That's my older brother! Kita udah lama nggak ketemu! Dan yang lo lakuin itu rendahan tahu, gak?!" geram Laura menatap Ari dengan sebal.

"SHUT UP!" Ari berteriak marah.
Dengan rahang yang menegang, Ari menghampiri Laura dan mendekati wajahnya, "Rendahan? Lo bilang gue rendahan?!" Bisikan Ari terdengar menyeramkan di telinga Laura.

"LEBIH RENDAH MANA LO SAMA GUE?! TUGAS SEORANG KAKAK ITU MENJAGA BUKAN BERBAGI SALIVA DENGAN ADIKNYA SENDIRI!" teriak Ari dengan nyaring. Membuat Laura sedikit menjauh darinya.

"Ari lo nyakitin telinga gue tau nggak?!" jerit Laura sambil memegangi telinga kirinya.

"And I don't care about that! Yang gue tahu, tante Dina cuma punya dua anak yaitu lo dan Dery, adik lo." Ucapan Ari mampu membungkam mulut Laura. Kini dia mencoba berpikir untuk mengelak perkataan Ari.

"Bingung nyari alasan, ya?" Dengan perasaan yang bercampur aduk, Ari menatap kedua mata Laura. Seolah matanya menyiratkan bagaimana terlukanya dirinya sekarang ini.

Ari memegang kedua pundak Laura dengan penuh rasa. Sesungguhnya dia masih menginginkan gadis itu, tapi perbuatan Laura tadi telah menghancurkan seluruh harapannya untuk bisa tetap bersama dengan Laura.

"Ra, lo emang pernah bikin gue bahagia bahkan kita udah jalanin suka dan duka sama-sama. Tapi apa lo pernah memberi gue peluang untuk tahu tentang apa yang sedang lo rasain di setiap detiknya?!" Laura mengalihkan pandangannya dari mata Ari. Dia tak cukup berani menatap mata yang selama ini selalu memberinya kehangatan meskipun tak pernah disadarinya.

"Apa lo pernah menghargai keberadaan gue dan menyadari sikap hangat gue sama lo?"
Ari semakin menekan pundak Laura. Membuat gadis bermata elang itu sedikit meringis karena ulah Ari. Napas Laura tercekat kala mendengar perkataan Ari padanya. Kalimat singkat yang sukses membuatnya berpikir dua kali lagi untuk menghianati kekasihnya itu.

"Gue kecewa sama lo, Laura. Ternyata bener apa kata Bang Angga, seharusnya gue udah lepasin lo dari dulu. Lo bebas sekarang, dan gue harap kita gak akan pernah ketemu lagi suatu hari nanti. Selamat tinggal."

Laura melotot mendengarnya. Perkataan Ari barusan sukses membuatnya melongo. Ari dengan santainya mengatakan beberapa kalimat yang berarti hubungan mereka kandas sampai disini. Setelah berkata demikian, Ari melangkah pergi dari hadapan Laura dan juga pergi meninggalkan apartemen yang menjadi saksi berakhirnya hubungannya dengan Laura.

Selang beberapa minggu, Ari sudah tak pernah melihat wajah Laura lagi. Kata tetangga kamar Laura, gadis itu tak lagi terlihat sejak dua minggu lamanya. Ari berpikir Laura hanya menghindar darinya. Ari yakin suatu saat dia pasti akan kembali, walaupun Ari sendiri pun tidak pernah mengharapkan kehadirannya lagi.

[]

LOVE and SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang