—layaknya wahana roaller coaster. dibawa pergi ke atas, lalu berjalan jatuh ke bawah. dibuat naik kemudian, turun olehnya.
setelah menjalani kemoterapi, Tinus yang awalnya bahagia. karena, merasa sudah sembuh dan benar pulih. kini, jatuh sakit kembali.
menyedihkan sekali, masih banyak rencana yang belum kami lakukan bersama. hal-hal menyenangkan harus kami lupakan. ia sekarang kembali, dirawat dirumah sakit tempat aku menjenguknya dulu.
tak terasa hampir tiga tahun aku mengenal Tinus. tapi, satu tahun terakhir ini lah yang menurutku sangat berarti. dari 365 hari bersamanya, aku mempelajari banyak hal.
utamanya adalah, menghargai waktu dalam hidup. waktu tidak dapat kembali diulangi, atau memori tidak dapat diputar kembali. sekarang aku jadi, lebih beryukur akan hal kecil dalam hidup.
dan pastinya makin pintar dalam mengatur waktu. guna menjalani berbagai aktivitas serta rutinitasku. akhir-akhir ini aku menghabiskan waktu sepulang sekolah sebentar, untuk menjenguk dan membantu merawat Tinus dirumah sakit.
terkadang aku menangis kalau melihat Tinus sedang tertidur. seperti, oh ayolah Tuhan. mengapa kau tidak memberi Tinus harapan hidup lebih panjang?
sebisa mungkin aku tutupi kesedihanku didepannya, aku mau melihatnya bersemangat dalam sisa waktu hidupnya.
"buah apa yang ingin kau coba hari ini?," -tanyaku pada Tinus yang baru saja selesai makan dan minum obatnya.
"seperti biasa, aku hanya mau apel yang kau kupas untukku," -balasnya tersenyum padaku.
"baiklah, sebentar ya," -responku tersenyum kembali lalu mulai mengupas pelan buah apel untuk sahabatku, Tinus.
selesai mengupas dan membersihkannya, aku berikan buah apel tersebut pada Tinus. ia memakannya dengan lahap. seolah-olah ia orang sehat yang punya nafsu makan baik, tanpa rasa pahit atau apapun itu yang mengganggunya.
ia tersenyum berterima kasih ke arahku. kali ini, aku tidak tahan lagi mataku perih sekali. untuk pertama kalinya aku menangis dihadapan Tinus.
"hei ada apa, Tara? apa kau sakit?," -tanyanya khawatir padaku.
aku hanya menggeleng menenggelamkan wajah basahku. ke sisi kosong ranjang tidurnya. sedih serta perih sekali, apa sebentar lagi aku akan kehilangan sosok hangat dan baik seperti Tinus.
"Tara, apa ada yang bisa aku bantu untukmu? ayolah berhenti menangis, aku tidak bisa melihatmu begini," -ucapnya mengelus pelan punggungku.
"aku takut," -cicitku menunduk tanpa menatap matanya.
"apa yang kau takutkan, sampai menangis begini hm?," -balasnya sedikit berdehem padaku.
"aku takut kau pergi meninggalkanku," -tanggapku menangis kembali memeluk lengan kanannya erat.
"lihat aku ada disini, aku tidak meninggalkanmu Tara," -katanya seraya merapikan rambut yang menutup mataku.
"Tara, apa yang sebenarnya mengganggu hati dan pikiranmu? kau terlihat sangat kalut saat ini. apa kau tidak percaya kalau aku baik saja saat ini, aku hanya butuh istirahat. itu saja," -tutur Tinus memintaku menatapnya.
aku menggeleng pelan menatapnya. ia tersenyum hangat padaku, seakan ia baik saja. tanpa rasa sakit pada tubuhnya.
"aku takut sekali kau akan pergi meninggalkan kami, Tinus. kau tidak baik saja, kau sakit saat ini. pikiranku mencoba percaya kalau kau sudah pulih tapi, nyatanya hatiku menolak itu," -jujurku dengan terisak padanya.
"Tara, dengarkan aku. kau jelas tau pola kehidupan bukan? setiap ada yang datang maka, akan ada yang pergi. setiap ada yang lahir maka, akan ada yang mati. jadi, kau harus siap ya? aku sayang pada kalian semua yang selalu ada didekatku," -ujar Tinus padaku.
"aku tidak memintamu berjanji tapi, tolong saat aku pergi nanti jangan terus bersedih. masih banyak hal, banyak sekali mimpi yang harus kau lanjutkan," -sambungnya kembali tersenyum padaku.
"dengar perkataannku nona? tolong doakan aku ya, supaya dapat menghadiri wisudamu nanti," -ucapnya lagi.
aku menatapnya kosong, tidak tau akan menanggapi bagaimana. terlalu kelu, untuk menggerakkan lidahku. tercekat suara ditenggorokkanku.
"tak terasa ya, kita sudah saling mengenal cukup lama. mungkin hampir tiga tahun tapi, 365 hari terakhir ini. aku benar-benar sangat bersyukur bisa melakukan banyak aktivitas yang aku sukai bersama denganmu. tanpa adanya batasan dari keluargaku," -ceritanya padaku.
"baiklah, kalau ada kabar buruk tentangku. atau pahitnya tentang kepergianku. kau tidak boleh terus menangis ya?," -lanjutnya memintaku untuk duduk dengan tegak.
"iya, baiklah," -tanggapku mencoba mengiyakan ucapannya.
"terima kasih banyak Tara, selama ini kau mau menerimaku sebagai temanmu. selalu bersedia meluangkan waktu untukku, menemani, dan membantu merawatku. selain cantik, hatimu juga tulus kau seperti malaikat penolong bagiku," -ujar Tinus berterima kasih padaku.
"hei itu terlalu berlebihan, aku senang bisa membantu orang disekitarku. rasanya hidupku jadi, lebih berharga. karena, punya manfaat untuk orang lain," -jelasku pada Tinus.
"apapun itu, jangan lupakan aku ya?," -ucapnya menggenggam kedua tanganku.
"tenang saja kau punya tempat tersendiri dihatiku, tidak mungkin aku melupakanmu, Tinus," -kataku tersenyum padanya.
"terima kasih banyak, Tara. kau memang yang terbaik," -pujinya mengangkat kedua ibu jari tangannya ke arahku.
"haha baiklah, aku pamit dulu ya. ini sudah petang, Ayah menungguku dirumah. lain hari, akan aku sempatkan datang kesini," -pamitku pada Tinus.
"kalau begitu hati-hati dijalan ya, sampaikan salamku pada Ayahmu," -timpal Tinus padaku.
"pasti!," -balasku meyakinkannya.
"sampai jumpa dilain waktu, Tara," -sambungnya lagi tersenyum kecil padaku.
aku mengangguk, mengiyakan ucapannya. berat sekali ingin beranjak pergi dari sini. seperti, aku tidak mau berpisah dari sahabatku, Tinus.
ucapan sampai jumpanya padaku tadi. terdengar biasa saja untuk orang lain namun, tidak ditelingaku. rasanya itu adalah ucapan terakhir Tinus untukku.
terakhir kalinya aku mendengar suara menenangkan miliknya. menyapa langsung indra pendengaranku. senyum sendunya tadi, mengisyaratkan bahwa ia akan pergi.
tidak ada waktu pastinya tapi, yang tadi berbincang denganku. bukan lagi Tinus yang aku kenal, terasa sedikit asing. bukan dirinya yang asli, sedikit hal aku tau kalau seseorang akan meninggal dalam waktu dekat.
maka sikap dan kebiasaanya akan sedikit berubah. entah jadi lebih baik atau memburuk. itu yang aku tangkap saat bertemu dengan Tinus, sepekan terakhir ini.
pribadi hangatnya jadi, cenderung lebih pendiam. ia sering sekali melamun saat diajak berbicara. berbeda saat awal kami saling mengenal, sifat hangatnya perlahan luntur.
aku harap itu hanya perasaan kalut saja. untuk sahabatku, Tinus semoga kau cepat pulih. kembali sehat, dapat berbagi cerita juga, tawa bersamaku dan keluargamu yang lain.
tapi, kalau Tuhan lebih sayang padamu. tidak apa, kami disini akan berusaha tabah dan ikhlas melepasmu. semoga nanti, kita dapat berkumpul bersama-sama lagi ya.
—-
tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
gone days ( hwangshin )
Fanfiction(baku) ❝Ini perihal 365 hari, belajar menghargai arti penting kehidupan.❞ (started 27/05/2021 , end 24/07/2021) pict & gif source, pinterest. /©️ameriicaneo