o6. works day

202 44 10
                                    

—Senin. jadi, hari paling sibuk bukan hanya di Ibu Kota bertajuk Jakarta. namun, juga diseluruh pelosok negeri, bahkan kurasa didunia.

aku mulai bersekolah lagi pagi ini. tepatnya setelah mengerjakan berbagai rutinitas pagiku dirumah. selanjutnya aku berpamitan pada Ayah, sebelum akhirnya pergi keluar rumah.

untuk pergi ke tempat dimana nantinya dapat menjadi pengubah nasib diriku menjadi lebih baik dimasa mendatang.







































aku tergopoh berlari masuk ke dalam lingkungan sekolah. gerbang tadinya hampir ditutup, nyaris sedikit terlambat mungkin aku akan dijemur, layaknya pakaian baru dicuci dibawah teriknya sinar matahari hari. ditambah dengan nilai merah dibuku siswa nantinya.

mau bagaimana lagi, hari ini aku pergi dengan berjalan kaki. walaupun berangkat 45 menit lebih awal tetap saja akan terlambat kalau hanya dengan berjalan. mengingat lokasi gedung sekolah jauh dari kediamanku.

setiap terjadi hal seperti ini, rasanya aku ingin menangis keras. merasa tidak seberuntung remaja lain. yang dapat bersekolah dengan layak, fokus untuk belajar dan menyelesaikan tugas sekolah, juga ujian sekolah mereka.

tanpa bekerja dan bersusah payah, pastinya.

ah baiklah, aku tidak suka merasa putus asa begini. waktu dan tenaga sudah kukorbankan untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarku. tidak akan ku biarkan hal-hal sepele seperti ini merusak semua semangat yang ada dalam diriku.

"hai pagi Tara! apa kabar hari ini? apa kau baik saja? wajahmu nampak semerah udang yang direbus saat datang tadi," -sapa seorang siswa ke padaku.

dia Jovi pemuda dengan senyum sabit khasnya, dan sejuta keramahan dalam tutur kata juga perilakunya.

"hai pagi juga Jovi! ah aku baik saja, hanya hampir terlambat sehingga harus tergopoh. mungkin saat berlari tadi, wajahku menjadi sedikit memerah, bagaimana dengan kabarmu?," -balasku menarik tempat duduk disampingnya.

"kabar ku sangat baik hari ini, semalam Ayah pulang ke rumah setelah hampir enam bulan diluar kota. pagi tadi Ibu juga memasak makanan kesukaanku dan Ayah. ah sampai lupa, ini aku bawakan sedikit untukmu," -jawab Jovi bersemangat lalu mengeluarkan kotak makan merah muda dari dalam tas yang dibawanya.

"terima kasih, maaf merepotkanmu juga Ibumu," -ucapku menerima kotak berisi makanan darinya.

"terima kasih kembali, lagipun ini permintaan Ibu jadi, tidak merepotkan sama sekali. jangan lupa untuk dicicipi ya!," -timpal Jovi ramah padaku.

tak lama, masuklah Guru pengajar jam pertama. pelajaran bahasa asing, materi yang paling ku suka disekolah ini. gurunya ramah, materinya mudah ku terima dengan baik.

dibanding pelajaran fisika dan kimia, yang membuatku pusing setengah mati. ini tahun pertamaku disekolah menengah atas. jadi, belum banyak pelajaran yang kuterima.

mungkin dari ratusan murid disekolah ini, temanku hanya segelintiran orang. aku tidak pandai bergaul, tidak berasal dari keluarga berada juga. jadi, susah untuk menemukan sosok teman yang benar baik.

lagipun aku tidak punya banyak waktu serta nilai rupiah yang dapat dikeluarkan untuk sekedar berkumpul bersama mereka yang kerap disebut teman.

Jovi. adalah, satu dari segelintiran orang yang mau berteman denganku. tidak kupungkiri aku senang atas keberadaanya, serta beberapa orang lainnya seperti Rama, Chesa, dan Fabio.

sangat sedikit bukan? aku jadi malu untuk memperkenalkan orang baik yang ku kenal disini.


































jam pelajaran usai, digantikan dengan jam pulang sekolah. waktu yang sangat dinantikan para murid untuk segera melepas penat dari hiruk pikuknya materi pelajaran atau banyaknya tugas yang belum terselesaikan.

mereka akan berkumpul bersama teman juga tak sedikit yang langsung pulang ke rumah guna beristirahat sebentar.

tidak denganku setelah ini aku akan langsung pulang ke rumah untuk berganti pakaian. merapikan buku juga mengerjakan setengah pejerjaan rumahku dilanjut mengerjakannya lagi dimalam hari. lalu bergegas pergi berkerja ke rumah makan kecil tak jauh dari kediamanku.

itu bukanlah pekerjaan tetapku, selagi hal itu tidak berbahaya atau mengancam keselamatan diriku sendiri. aku pasti akan mengerjakannya. membersihkan rumah, mencuci piring, merawat orang yang sedang sakit, atau mengantar barang ke daerah yang tak terlalu jauh.

semua itu kukerjakan, untuk apa pilih-pilih. banyak hal yang kuimpikan maka semakin banyak usaha juga biaya yang harus dikeluarkan. lagipun hasilnya bukan untuk diriku sendiri, ada kehidupan Ayah yang harus aku tunjang.

sering sekali merasa lelah. hanya untuk bersekolah atau sekedar makan saja rasanya sangat sulit. harus bekerja dulu membiarkan jiwa dan raga ini direnggut rasa lelah, begitu terus polanya berulang.

ya menurutku aku hanya lelah, dengan berbagai kejutan yang semesta berikan. hitung-hitung sebagai tantangan dalam proses pendewasaan.

yang dibutuhkan saat ini hanya istirahat, bukan menyerah.

___
tbc,

gone days ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang