sebanyak apapun hal yang menganggu pikiranmu, kamu harus tetap membuat progres dalam hidup. —Tinus
—satu tahun sudah, Tinus pergi. banyak hal berubah selama 365 hari yang aku lewati. tanpa dirinya bersamaku.
hari ini aku lulus dari sekolah menengah atas. senang sekali bisa menyelesaikan pendidikanku sampai detik ini. wisudaku dihadiri oleh Ayah dan diriku sendiri pastinya.
keluarga Tinus, memberi ucapan selamat padaku. satu minggu sebelum hari kelulusan. terlalu cepat tapi, tidak apa.
mereka pergi ke luar kota satu bulan kedepan. untuk menyelesaikan urusan pribadi juga pekerjaan yang sempat tertunda. supaya, nantinya semua hal bisa mereka lakukan dikota ini tanpa pergi meninggalkan Tinus sendiri disini.
aku mendorong kursi roda Ayah, menuju tempat berkumpul orang tua yanh hadir diacara penting ini. dengan Ayahku yang membawa bingkai foto mendiang Ibu. juga, foto sahabatku Tinus disisi sampingnya.
ia pernah menyusun rencana untuk menghadiri wisudaku. tapi, sayangnya sebelum acara itu datang. ia lebih dulu pergi.
tidak apa, masih banyak kebaikan darinya yang dapat aku ingat disini. kami berdua menghadiri acara wisuda. aku didampingi Ayah.
tapi, seperti ada Ibu yang ikut tersenyum bangga disamping Ayah. ada Tinus juga, yang berdiri tegak dengan senyum teduh khas miliknya. seolah ia memberi selamat atas pencapaianku ini.
katakan halusinasi, yang tertanam didalam pikiranku ini berlebihan. begitulah caraku supaya dapat lebih bahagia disini. selesai dengan acara wisuda, aku akan segera berkunjung ke makam Ibu, Tinus, juga Nenek dari sahabatku itu.
"selamat ya Tara! sudah sejauh ini kau bertahan, banyak sekali pencapaian yang kau torehkan. terima kasih sudah banyak berkorban, Ayah bangga sekali padamu," -puji Ayah memberi ucapan selamat padaku.
"terima kasih banyak Ayah. karena, dirimu aku terus bertahan, kehadiran Ayah membuat aku kuat untuk terus hidup. aku lebih bangga lagi punya sosok pahlawan dihidupku seperti dirimu Ayah!," -balasku memeluk Ayah sambil bersimpuh dihadapannya.
"ah putri Ayah sudah dewasa sekarang ya. banyak hal sudah kau lewati, Ayah yakin banyak hal dalam hidup yang kau pelajari selama ini. susah payah bertahan hidup, kehilangan orang yang kau sayangi. tidak apa, memang begitu polanya terus bertahan saja ya," -tutur Ayah mengelus kepalaku dalam peluknya.
"siap Ayah!," -tanggapku semangat mendengar penuturannya.
sebelum mengenal teman lawan jenisku. juga, sebelum aku dekat dengan Tinus. jelas cinta pertamaku adalah, Ayah.
tak tergantikan sampai hari ini. sosok yang selalu ada bersamaku. yang selalu mengajarkan aku kuat untuk bertaham hidup bagaiamanapun keadaanku.
ucapan terima kasih sebanyak apapun. kurasa belum dapat disamakan dengan banyaknya pengorbanan dirinya untukku. teruntuk Ayah, aku terlalu malu mengatakannya didepanmu.
aku hanya mau berucap, terima kasih telah hadir dalam hidupku, aku menyayangimu Ayah.
"hari ini aku lulus, dan mendapat beasiswa pendidikan lanjutan diuniversitas impianku. aku harap kau bahagia disana Tinus!," -ujarku menaburi bunga diatas makam milik Tinus.
"aku membawa fotomu, dan Ibu tadi saat acara wisuda berlangsung. apa kau melihatku memakai pakaian wisuda tadi? aku tau, kau tidak dapat mendengar berbagai ucapanku. tapi, yang pasti aku sangat rindu pada dirimu. kita tak lagi dapat berkumpul seperti dulu, aku harap doa yang ku kirim sampai padamu disana ya. bahagia terus disana, kami menyayangimu Tinus," -sambungku lagi menatap nisan yang terdapat nama sahabatku.
bisa saja, kerap kali aku disebut gila. oleh para peziarah yang datang kemari. saat aku mengunjugi makam Ibu, Tinus dan Nenek Tinus.
mengoceh dan bercerita diatas makam orang yang telah meninggal. seakan mereka mendengar juga menyimak setiap cerita darimu. bukankah itu terlihat gila?
ya kurasa memang tidak normal. tidak perduli, itu caraku untuk bahagia. lagipun tidak ada pihak yang kurugikan disini.
"ah iya, aku akan memilih jurusan Ilmu Kedokteran, saat berkuliah nanti," -ceritaku sedikit pada Tinus.
sebenarnya ini jauh dari keinginan awalku dulu. rencana awal aku akan mengambil jurusan yang berhubungan dengan unsur, Seni. sebab, aku sangat suka menggambar dan melukis sejak kecil.
begitu mengenal Tinus dan cerita tentang penyakit yang diidapnya. entah kenapa aku mengubah haluanku. ingin sekali masuk dalam dunia Kedokteran.
aku ingin sisa hidupku nanti berguna untuk orang lain. terlebih untuk orang-orang kurang mampu bernasib sama denganku. yang terbatas pengobatannya akibat kendala biaya.
ditambah, jika mereka mengidap penyakit langka. seperti, mendiang Tinus dulu.
"baiklah, ini sudah petang aku pamit pulang ke rumah dulu ya. lain kali kita bertemu lagi, terima kasih atas semua memori yang kita buat bersama dulu. sebanyak apapun masalah yang aku hadapi, aku akan terus berusaha bertahan hidup untuk melanjutkan mimpi besarku. semua kutipan motivasi darimu, tersimpan rapih dalam pikiranku. selamat sore Tinus, beristirahatlah lagi, maaf aku mengoceh panjang lebar mengganggumu. bahagia selalu disana, aku menyayangimu," -pamitku berbicara panjang diatas makamnya.
terlalu banyak hal yang sedang aku pikirkan saat ini. senang dan bingung bercampur jadi, satu. keadaanku ini layaknya remaja yang memasuki masa pubertas.
bedanya masalah yang aku hadapi jauh lebih nyata dan berat saat ini. aku jelas senang mendapat beasiswa, siapa yang akan bersedih. apalagi menolak beasiswa masuk ke universitas unggulan seperti ini.
bingung, kira-kira tabunganku akan cukup atau tidak ya. setauku Ilmu Kedokteran, bidang studi yang lebih mahal dibanding yang lainnya. kuharap, akan ada banyak pekerjaan paruh waktu untukku kedepannya.
masih ingat dengan hadiah pemberian Tinus, padaku sewaktu itu? ternyata isinya puisi buatannya tentangku, dirinya, tentang kita. juga, beberapa lukisan miliknya.
serta rekaman suara, saat ia menyanyikan setiap kalimat indah. yang ia rangkai menjadi iringan lagu. ditambah beberapa foto diriku yang ia ambil sewaktu digereja.
sebelum kami, saling mengenal. tertulis kalimat dibagian bawah, "aku bukan penguntit hanya, menunggu waktu yang tepat untuk lebih dekat denganmu nona,"
sederhana tapi, bukankah itu pesan manis untuk ungkapan yang dirangkai seorang remaja pria? senang mengenalmu Tinus. istirahat dengan tenang, senyum hangatmu tak akan pernah aku lupakan.
untuk kalian semua diluaran sana yang sedang berjuang bertahan hidup, juga bermimpi besar. jangan hanya direncanakan lewat pikiran. lakukan saja sedikit demi sedikit.
apapun hasilnya nanti, terima saja. kalau gagal, jangan hilang asa. anggaplah ini adalah awalan dari kesuksesan kalian yang tertunda.
gagal dan berhasil. kalimat singkat yang saling bertolak belakang. berkabar sedih dan menyenangkan.
tidak apa, gagal dulu diawal. nantinya, kesuksesan besar akan menanti kalian. coba dulu saja.
nyatanya, kalian bukan takut dengan kegagalan. hanya, risau akan gunjingan orang-orang disekitar saat kalian jatuh. dari sana ubahlah semua itu dengan hasil besar kalian.
buat mereka menutup mulut buruknya itu, saat melihat kalian jadi seseorang yang berharga lebih dimasa mendatang.
end.
KAMU SEDANG MEMBACA
gone days ( hwangshin )
Фанфик(baku) ❝Ini perihal 365 hari, belajar menghargai arti penting kehidupan.❞ (started 27/05/2021 , end 24/07/2021) pict & gif source, pinterest. /©️ameriicaneo