o5. we meet again

219 47 8
                                    

—aku pergi ke makam Ibu pagi ini. sendiri, Ayah memilih berkunjung satu bulan sekali mengingat dirinya sulit untuk beraktivitas diluar rumah. Sabtu jadi, hari yang cukup sering aku jadikan sebagai waktu berkunjung ke tempat Ibu.

biasanya tidak banyak yang datang kesana dibanding hari Jumat dan Minggu. kali ini aku pergi menggunakan bus. jarak rumah ke area pemakaman lumayan jauh dibanding pergi ke gereja.

lagipun kemarin aku menerima gaji juga bonus dari lima hari kerja membantu seseorang merapikan rumahnya kembali setelah direnovasi. jadi, uang tambahan yang diberikan bisa dipakai untuk biaya berangkat dan pulang nantinya.





































sudah hampir dua jam lebih aku berada dimakam.
sebentar lagi masuk waktu makan siang, aku harus segera pulang untuk menyiapkan makanan Ayah.

makam Ibu sudah kubersihkan dari daun kering yang berjatuhan, kuberi bunga yang baru dan yang pastinya sudah kukirim doa untuknya semoga ia baik saja disana.

"hai Tara, kita bertemu lagi," -panggil seseorang berdiri didekat makam Ibu.

"ah— hai juga Tinus, sedang berkunjung juga disini?," -balasku sedikit terkejut akan kehadiran lelaki digereja akhir pekan lalu.

"iya, biasanya mengunjungi mendiang Nenek dihari Jumat. tapi, karena ada kendala hari ini baru dapat berkunjung kembali. kamu sendiri mengunjungi siapa?," -jelasnya bertanya padaku.

"mengunjungi Ibu," -jawabku sekenanya.

"pasti sangat berat kehilangan yang tersayang dalam hidup. sama halnya saat Nenek pergi, pasti kamu sangat sedih atas kehilangan Ibumu bukan?," -timpalnya meminta persetujuan dari ucapannya barusan.

aku hanya mengangguk, terlalu bingung untuk sekedar menanggapinya bicara.

"pola hidup memang menyedihkan. selalu ada yang mati disaat yang lain lahir. mereka memang pergi lebih dulu, sudah lama. tapi, lukanya masih belum mengering dihati. memorinya belum terhapus dari pikiran," -ucapnya lagi.

"apa boleh buat? itulah hidup. kamu tidak bisa memilih untuk jadi apa, siapa, dan menentukan berapa lama waktu yang kamu inginkan untuk tinggal. kamu boleh bersedih tapi, semangatmu untuk melanjutkan hidup tidak boleh meredup atau bahkan menghilang," -sambungnya lagi.

"terima kasih banyak untuk masukannya Tinus, aku akan berusaha untuk kembali semangat menjalani hidupku lagi setelah ini," -aku ikut menimpali ia yang sedari tadi berbicara sendiri.

"tidak perlu berterima kasih, kamu mau mendengar masukan ku saja sudah lebih dari cukup. apa sedang buru-buru? kalau iya, lebih baik pulang bersamaku," -balasnya menawari tumpangan untukku.

"iya aku harus segera pulang, ah tidak perlu itu merepotkanmu nanti," -jawabku.

"bukan aku yang mengendarai mobil tapi, supir keluargaku, jadi sama sekali tidak merepotkan. tolong terima ajakanku, ini sekaligus salam perkenalan denganmu. maaf, sewaktu itu aku pulang lebih dulu dari gereja dan meninggalkanmu. karena, ada urusan mendesak yang harus ku kerjakan," -jelasnya panjang lebar.

"baik, kalau begitu aku ikut. terima kasih ya," -balasku ikut berjalan beriringan dengannya ke arah mobil hitam mewah diluar makam.

Tinus tersenyum ke arahku. lalu mempersilahkan aku untuk masuk dan duduk lebih dulu didalam mobilnya. barulah ia selanjutnya, dijalan kami berbincang sesekali sang supir menimpali obrolan ringan kami.

ramah. jadi, satu hal yang kutangkap dari pribadi Tinus. kami baru saling kenal tapi, ia sudah baik menawari ku tumpangan pulang dengan kendaraan mewahnya ini.

caranya berbicara juga sangat sopan. mengingat sepertinya ia berasal dari kelurga berada, berbeda kasta denganku yang kalau ingin naik bus saja harus berpikir berulang kali.

biasanya orang-orang kaya sering berlaku seenaknya terhadap orang lain, terutama dengan orang bawahan seperti aku begini. tapi, itu tidak ku temukan dari Tinus. ia nampak sopan dan sangat baik terhadap orang lain yang ditemuinya.





























"terima kasih banyak ya Tinus, terima kasih juga Pak," -ucapku setelah turun dari mobil dijalan besar tepat didepan rumahku.

"iya sama-sama, jangan lupa makan siang dan istirahat Tara," -balas Tinus tersenyum lembut ke padaku.

"siap! kamu juga ya, kalau begitu aku masuk dulu.
hati-hati dijalan, sampai berjumpa kembali," -pamitku pada mereka kemudian membungkuk sebentar.

sebelum masuk ke dalam rumah dan mobil hitam tersebut berlalu dari jalan didepan rumahku.

___
tbc,

gone days ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang