Part 21

219 17 46
                                    

Flashback On

Gadis kecil berambut pendek sedang berdiri di ambang pintu memperhatikan gadis kecil lainnya yang terus menangis dan merengek pada ibunya.

"Mama ... Sita tidak mau jauh dari papa lagi, lakukan sesuatu ma kumohon," ucap gadis itu sambil memegangi tangan ibunya.

"Tidak Sita! kita bisa hidup tanpanya dia bukan papamu, dia hanya pria hina yang pernah kita kenal," ucapnya sambil menatap tajam pria yang ada di hadapannya.

Gadis kecil itu beralih menatap pria yang ia sebut papa itu dengan memelas, tangisnya semakin kencang.

"Maafkan papa Sita, papa harus pergi," ucapnya seraya berjongkok mensejajarkan dengan tinggi badan putrinya itu.

"Lepaskan dia, dia bukan anakmu silahkan kau pergi dengan anak harammu itu," teriaknya sambil menarik tubuh putri dari suaminya itu.

Gadis kecil lain yang sejak tadi diam memperhatikan kini tersentak mendengar teriakan itu, diusianya yang masih kecil ia mencoba untuk berpikir apa yang terjadi padanya dan keluarganya.

"Semua memang kesalahanku Heny, tapi jangan pernah kau sebut dia seperti itu dia tetap anakku," ucapnya lembut penuh penyesalan.

Anak yang ada diantara mereka tak sanggup melihat papanya seperti itu, sangat menyesal terpuruk dan keadaanya sangat kacau.

Dimatanya papanya adalah orang yang sangat penyayang, bijaksana mengerti dan selalu memanjakan dirinya. Ia tak mengerti apa kesalahan yang dilakukannya hingga mamanya seperti itu.

Ia tak sanggup jika harus berpisah lagi dengan papanya, ia juga sangat menyangi pria itu.

"Anak papa?" tanyanya tak mengerti.

Wanita bernama Heny itu mendelik tajam pada suaminya karena berbicara yang bisa melukai hati putinya itu.

"Sita ..." Heny mencoba berbicara lembut pada putrinya itu.

"Jadi dia adik Sita?" tanyanya lagi.

Pria itu hanya diam menyadari kesalahannya, ia tahu kebenaran ini akan menyakiti putrinya yang lain.

"Sita ..." panggil Heny.

"Jika dia adikku mengapa kami tidak tinggal bersama," ucapnya menghapus sembarang air matanya dengan kedua tangannya itu.

Kedua orangtuanya saling menatap tak menduga jika putri mereka akan berbicara seperti itu mereka menyadari betapa polosnya Sita.

"Bukan Sita kau ... kau tak mengerti sayang mulai saat ini lupakan pa—"

"Ma kita keluarga kenapa harus hidup berjauhan, Sita tak mau berpisah dengan kalian lagi," ucapnya kembali menangis.

Heny sudah tak sanggup lagi menahan air matanya yang sudah tumpah, sungguh ia tak mau keluarganya menjadi seperti ini.

Semua berawal saat suaminya Aldi itu ketahuan berselingkuh pada dua tahun pernikahaanya, saat itu mereka juga bertengkar hebat dan berujung rujuk dengan janji Aldi tak akan mengulangi kesalahannya dan hanya membahagiakan kami.

Namun tiga bulan terakhir sikap Aldi yang aneh membuat Heny kembali curiga bahwa ia akan kembali berselingkuh setelah percapakapan itu dimulai Aldi tak bisa menahannya lagi.

Malam itu Heny bak tersambar petir menerima kenyataan bahwa Aldi memiliki anak hasil perselingkuhannya dulu.

Ia bercerita menemukan anaknya itu di sebuah panti asuhan karena ibunya meninggal, Aldi sudah melakukan tes DNA dan benar gadis itu anaknya.

XReporter (SUDAH TERBIT DI IANA PUBLISHER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang