Sebuah mobil menepi di jalan dekat pintu pagar besi berwarna oranye sesuai dengan susunan rencana yang dibuat rapih oleh tim unit PPA yang dipimpin oleh Diga. Tak sendirian mobil berukuran lebih besar juga menyusul di belakang mereka.
Wanita di dalam mobil sebelumnya membuka kaca dan mengacungkan jempol ke arah kaca spion yang yang bisa dilihat oleh rekannya itu.
"Adara Mereka juga sudah siap," ucap Andre dari kursi pengemudi.
"Baiklah kita pantau mereka yang di dalam dan bersiap untuk masuk jika sudah diintruksikan," jawab Adara.
Adara memimpin timnya pada bagian luar untuk siap menyergap target mereka yang akan hadir pada acara syukuran Panti Asuhan Kasih Sayang malam ini.
Ia mengingat diskusi mereka dua hari yang lalu di rumah Naya, wanita yang belakangan ini terus terlibat dengan timnya terutama komandannya pria yang juga ia sukai selama ini.
Adara awalnya sedikit menolak untuk terus melibatkanya selain karena kecemburuannya tapi juga karena instansi melarang keterlibatan warga sipil.
"Namun dia orang yang sejak awal paling tau kasus ini Adara, ada apa dengan mu? Selama ini kau tak pernah mempermasalahkannya," ucap Diga usai diskusi pagi itu.
"Apa komandan menyukainya?" tanyannya spontan.
Adara menggigit bibirnya sendiri mengingat percakapan pagi itu.
"Aduh," pekiknya.
"Kau kenapa adara?" tanya Andre yang terkejut mendengar suara Adara.
"Ah tidak apa-apa," ucapnya singkat.
"Monitor, mobil target baru saja tiba," suara Diga menggema di telinga setiap anggotanya.
"Benar mobil terlihat," ucap Adara saat melihat sebuah mobil sedan pribadi memasuk gerbang melalui kaca spion.
Seorang supir membukakan pintu majikannya dan mempersilahkannya keluar.
Semua mata anggota polisi yang bertugas lekat memperhatikan semuanya jangan sampai ada yang terlewat.
"Target hanya sendiri tidak datang bersama target utama" ucap Adara cepat.
Mereka sebelumnya berpendapat jika target pertama adalah Rosa akan hadir menemani target kedua yakni Raditya yang merupakan donatur panti asuhan pada acara ini.
Dan berencana menangkap keduanya malam ini tanpa bisa berkutik lagi, dan mengungkapkan keterlibatan hubungan mereka pada kasus kematian Rosita.
Pria itu mengenakan setelan jas hitam pada tubuhnya yang tegap, dan mulai memasuki gedung yang disambut hangat oleh semua penghuninya.
"Target dipastikan datang sendiri dan sudah mulai duduk di kursi yang disediakan," ungkap Hendru yang tersenyum pada semua tamu.
"Mau minum apa pak?" suara Hendru terdengar, kini ia menyamar sebagai petugas katering yang sedang menjaga meja.
Diga bergabung menjadi seorang tamu di sana sambil memperhatikan keadaan sekitar tak ada hal yang mencurigakan dari targetnya ini.
Ia hanya mengobrol biasa hingga namanya di panggil untuk pemotongan tumpeng dan memberikan kata sambutan.
"Naya sedang apa kau disana?" Suara Diga terdengar ramah bak seorang pria yang sedang memberikan perhatian pada kekasihnya.
Adara ingin sekali melpas headsetnya sekarang juga, berbeda dengan Hendru dan anggota lainnya yang ikut tersenyum mendengarnya.
Merasa namanya dipanggil ia pun menjawab segera. "Tentu saja aku sedang melakukan tugas yang kau berikan." jawabnya cepat.
Lagi-lagi semua yang mendengar itu terlihat tersenyum bahkan kali ini terdengar keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/264627634-288-k317823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
XReporter (SUDAH TERBIT DI IANA PUBLISHER)
Aksi"Aku akan tetap di sini untuk mencarinya hingga bertemu karena dengan cara itu aku bisa memaafkan diriku karena kesalahanku di masa lalu." -Naya "Sejak dulu hingga sekarang aku tidak suka pada jurnalis dengan caranya menggiring opini yang memperumit...