Part 7

499 32 3
                                    

Naya memperhatikan stafnya yang tidak terlalu banyak jumlahnya itu sibuk di belakang monitor, ada juga yang standby memperhatikan cctv, tapi ia tidak melihat Cantika pagi itu.

"Cantika ke mana?" tanyanya.

"Katanya izin masih sakit bu," jawab rekan lainnya.

Mendengar jawaban itu Naya hanya menganggukan kepala dan mengingat bahwa Cantika memang terlihat tidak sehat sejak beberapa hari kemarin dan ini sudah tiga hari ia tak masuk kerja.

Lalu Naya masuk ke ruangan duduk di kursi kerjanya dan mengambil berkas dari laci meja membuka satu berkas bertuliskan 'data pribadi karyawan'.

Ia membuka lembar demi lembar dan berhenti pada lembar data pribadi Cantika Anggraini.

Sepintas tidak ada yang aneh dari biodatanya, Naya memutuskan untuk menghubunginya secara pribadi tapi nomor telponnya tidak aktif.

Naya menggelengkan kepala menghikangkan semua kecurigaan yang membuatnya sakit kepala.

"Iya hanya izin sakit, benar dia butuh istirahat beberapa hari lagi," katanya dalam hati lalu melanjutkan pekerjaanya.

Baru saja setengah jam fokus pada layar monitornya, Rio datang mengusik.

"Ada apa Rio,? tanya Naya.

Rio memang salah satu staf yang dekat dengan Naya karena usianya yang lebih muda dan memiliki pribadi yang supel dan periang, tidak jarang Rio akan bercerita tentang hal pribadi kepada Naya tapi tetap ada batasan tertentu.

"Begini bu–"

"Ada orang hilang? belanjaan konsumen yang hilang?" tanya Naya tanpa mengalihkan pandangannya pada monitor.

"Bukan bu tapi–,"

"Tapi apa?" tanya Naya lagi sedikit menggeser kepala melihat Rio.

Rio berjalan mendekat, memutar monitor menghadapnya lalu mengambil mause komouter dari tangan Naya.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya bingung.

"Aku tak bisa menjelaskan seperti apa, tapi ibu lihat langsung saja ini," katanya sambil mengarahkan krusor dengan lincah.

Naya berdiri berjalan ke arahnya dan menatap monitor dekat, setelah Rio membuka beberapa aplikasi ia membuka rekaman cctv yang masih berlangsung.

"Kenapa? Rio siapa yang hilang?" tanyanya lagi kali ini menepuk bahunya.

"Ibu lihat ini," ujarnya sambil memperbesar layar di monitor.

"Cantika?" ucap Naya melihat gambar tersebut, hanya nama itu yang keluar dari mulutnya.

Di dalam monitor memperlihatkan Cantika yang mengenakan baju kemeja panjang dengan setelan rok seperti layaknya pakaian kerja dan menemui seorang pria yang tidak terlihat jelas wajahnya dengan perawakan tinggi besar mengenakan jaket dan topi.

"Apa yang mereka lakukan?" tanyanya.

"Bukan kah ini aneh bu? Aku sudah menangkap gelagat aneh pada Cantika sejak beberapa hari lalu," ucap Rio.

"Maksudmu?" tanya Naya, sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama namun, ia ingin mendengar sudut pandang Rio.

"Menurutku Cantika terlihat bingung dan ketakutan seperti orang yang dikejar sesuatu," jelasnya.

"Sesuatu." Naya diam berpikir mencerna pendapat rio.

"Apa dia dikejar hutang ya," jawab Rio asal. Naya menepuk keras pundaknya.

"Aauwww," pekik Rio.

Naya berpikir keras mencoba mengingat semua tentang Cantika sebelum ia tidak masuk kerja. Saat Cantika menyapanya, merenung, gugup keluar ruangan dengan tergesa-gesa. "Apa yang terlewat?" tanyannya dalam hati.

XReporter (SUDAH TERBIT DI IANA PUBLISHER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang