#22. Mungkinkah??

732 103 6
                                    

| welcome |
| enjoy and happy reading |


























“kak Joy, lo kok dari tadi pagi bengong aja?.”

“senyum dikit napa!.”


Dengan iseng Lisa menggerakkan kedua jarinya kemulut Joy, memaksa gadis itu untuk mengukir senyum. Menurutnya, kakaknya itu sudah terlalu lama termenung dan murung. Joy hanya melirik Lisa sok dingin kemudian menepis tangan gadis itu.

“jan sentuh gue pliss, lipstick gue lipstick mahal.”

Lisa mengangkat sebelah alisnya, ia mencibir. “idih, kek loli milkita aja.”

“milkita, milik kita. Kekekke..” Rose sontak terkekeh.





Menyerah, Joy menyerah dengan kegabutan dua adeknya itu. Saat ini mereka berada dibangku sekitaran halaman kampus, sudah kebiasaan bagi mereka untuk kumpul ditempat ini ketika kelas mereka sudah selesai.

“udah jam 12 nih, kira-kira masih ada kelas ngak?.” Lisa melirik ke Rose, gadis itu menggeleng.

Gadis berponi pun bangkit dari kursi sambil mengenakan tas ranselnya. “kak Joy juga udah ngak ada kelas kan? yuk pulang aja, sekalian nanti lanjut drakor kemarin.”

“ho-oh, mayan tuh , tinggal 4 episod.” Sambung Rose berdiri disamping Lisa. Ikut mengenakan tasnya.

Gadis yang lebih tua mendongak  menatap keduanya, “keknya gue ngak pulang dulu.”

Refleks Rose dan Lisa mengangkat alis. “loh? Kenapa?.” Lisa memiringkan kepalanya.

“mau kerja tugas?.” Tebak Rose.

Joy seketika menunjuk gadis itu, “bener, lo berdua jalan duluan aja. Gue mau nunggu Yerin dulu.”














Jadilah hanya Rose dan Lisa yang pulang kerumah siang itu, setelah Joy memastikan mereka berada jauh. Gadis itu kemudian bangkit dari kursi dan segera berjalan kearah suatu kelas. Kelas yang tak jauh dari Cafetaria, Joy berdiri diambang pintu kelas sambil memegangi ponselnya.

Dia mengetik sesuatu, mengirimkan sebuah pesan pada sosok disana yang tengah sibuk mengumpulkan barang-barangnya.

Orang itu merogoh saku jeansnya, ia langsung menatap kearah Joy lalu melambai. Buru-buru ia mengenakan tasnya lalu mendekati Joy, mereka ber-tos ria.



“tumben lo ajak gue jalan-jalan.”

Joy terkekeh, “biasalah, lo temenin gue ya Yer.”



Yerin balas tersenyum dan segera mengangguk, namun tetiba ia mengingat sesuatu. Yerin mengernyit, ia menoleh menatap Joy bingung.
















“emang kita mau kemana sih?.”

























•••

















“dokter Wendy ada?.”

“oh, ada diruangannya. Kalo boleh tahu, adek siapa ya?.”

Joy menunjuk dirinya, “saya adeknya, mau anterin makan siang.”










Perawat yang bertugas dimeja resepsionis itu kemudian mengangguk, nampak ia sedang mengetik sesuatu dikomputernya. Semenit setelah itu, ia pun mempersilahkan Joy dan Yerin untuk pergi keruangan Wendy.

FULLHOUSE || BlackVelvet FamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang