xix. Nakamura Hina

8 3 2
                                    













































"Tapi bukan hanya itu saja."

"Tidak hanya menguntit? Dengan masuk ke rumah saja itu menurut saya sudah keterlaluan."

"Sebenarnya... banyak barang di rumah yang hilang."

"Eeeh?"

"Awalnya barang-barang kecil seperti saputangan, dan tas kecil untuk peralatan make-up. Tapi lama kelamaan semakin meningkat seperti jam duduk Limoges, dan gelas. Selain itu, uang di dompet pun dicuri."

"Itu kan perbuatan perampok!"

"Benar begitu ya...."

Aku menghentikan tangan Karina yang sedang bekerja dan mengangkat spatulanya. Adonan itu meluncur turun seperti pita ke mangkuk.

"Sudah lapor polisi?"

"Tidak mungkin aku melapor. Semua siswi yang ada di sini sudah seperti keluarga."

Aku membagi dua adonan dan memasukkannya ke plastik untuk nanti aku peras. Aku menyerahkan salah satunya ke tangan Karina. Kami berdua memerasnya, membentuk bulatan-bulatan di atas kertas minyak.

"Aku tidak bisa membuat bulatan sempurna seperti Hina." Karina mengerucutkan bibirnya.

"Akan terbiasa kok."

Selesai memeras, di atas kertas minyak ada 100 lebih bulatan-bulatan. Sebelum membakarnya, aku harus mengeringkannya paling tidak sebentar.

"Minum teh yuk sambil menunggu," ujar Karina sambil menjerang air dan memasukkan daun teh ke poci.

"Hari ini teh apa, ya?"

"Earl Grey. Lebih baik meminum yang aromanya kuat untuk membuat perasaan menjadi santai saat sedang stres."

Dia memasukkan air panas, membiarkannya sejenak dan kemudian menuangkan teh ke dalam cangkir Minton.

Kami memutuskan untuk meminumnya di konter dapur tanpa membawa ke ruang tengah Klub Sastra. Aku juga menyukai acara minum teh yang kasual seperti ini.

"Tentang hal ini, orangtua Karina..."

"Tentu saja mereka tahu. Dari ruang tamu dan dari kamar adik laki-lakiku pun barang-barang banyak yang hilang. Orangtuaku dan adikku pun ingin dia berhenti. Tapi gadis itu kelihatannya tidak peduli. Dia duduk seenaknya dan bahkan ikut makan malam."

"Anu... kalau diizinkan, saya mungkin bisa
mengusirnya."

"Eh?"

Karina membulatkan matanya dan kemudian tertawa terkekeh-kekeh.

"Hina, kau ini menarik, ya. Kau yang kecil dan
seperti boneka ini bagaimana bisa mengusirnya?"

Setelah selesai tertawa, Karina menunjukkan
senyumnya. "Ah, perasaanku jadi lebih ringan."

"Kapan pun silakan datang kalau tidak apa-apa bicara dengan orang seperti saya."

"Iya, ya. Kalau aku datang ke dapur, Hina pasti ada ya."

Setelah itu, kalau ada kejadian yang menyangkut guru privat itu, dia akan datang ke dapur dan berbicara denganku.

Karina mengikutiku yang bergerak dengan sibuk di penjuru dapur. Ke tempat cuci, kulkas, dan oven. Aku sempat heran Karina bisa menunjukkan wajah manis seperti itu.
























Guru privat itu, meskipun aku tidak menyukainya, aku harus memandang wajahnya di Klub Sastra.

Karina di luarnya bertindak seperti tidak ada apa-apa dan berinteraksi dengan hangat. Tapi, pasti stresnya semakin menumpuk. Karina perlahan-lahan menjadi pendiam dan menjadi tertutup.

"Ada apa?"

Meskipun aku bertanya begitu, dia hanya menggeleng dengan lemas. Mungkin karena hatinya letih, Karina perlahan-lahan menjadi kurus. Kalau aku, aku pasti akan memaksa guru privat itu untuk berhenti dan mengusirnya dari Klub Sastra. Tapi, Karina bukan orang yang berhati dingin seperti itu. Karina pasti tidak sanggup membuang anak yang miskin dan penerima beasiswa yang kasihan ini, sama seperti dia menolongku yang kehilangan segalanya, mulai dari restoran milik orangtua sampai impianku membangun restoran dan toko kudapan ala barat.

Berbeda dengan kesanku saat belum terlalu mengenalnya, mungkin Karina adalah orang yang pintar melakukan macaronage dalam hal hubungannya dengan orang lain. Dia bisa menghancurkan busa ketidakpuasan dan ketakutan, berbaur dengan anggota yang lain dengan lancar, dan membangun hubungan baik dengan orang lain. Dia tidak menghancurkan dirinya secara berlebihan hingga kempes, tidak juga menonjolkan dirinya berlebihan hingga hubungannya dengan orang lain pecah. Selama ini aku pikir itu adalah tugas Giselle, tapi Karina juga melakukan bagiannya. Dan mungkin dia menjadi ketua karena dia bisa melakukannya dengan penuh perhitungan yang baik.


__________


aespa comeback 🅰️🅰️🅰️🅰️🅰️🅰️

savage 😎

btw kalian beli mini albumnya ga? kalo aku beli pb ver. sama case ver mumpung ada rezeki >.<

The Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang