Terima kasih, Nakamura Hina.
Naskah yang kering dan penuh dengan sindiran, sama sekali tidak bisa saya bayangkan naskah ini bisa datang darimu karena kau selalu membuat makanan-makanan manis. Mungkin ini adalah arti sesungguhnya dari proses menulis. Melihat kenyataan dengan objektif. Mengubah kenyataan itu menjadi sebuah kalimat. Kemudian dari situ, perasaanku sesungguhnya yang bahkan tidak kita ketahui pun akan tampak.
Hina, jangan-jangan sampai kau menulis naskah ini kau sendiri tidak sadar... bahwa kau tidak suka dengan Karina... ah bukan... kau mengatakannya tadi bahwa kau benci dengan Karina... Baru setelah kau menulis kau menyadarinya, bukan?
...Ah, benar begitu ya?
Mungkin inilah tujuan sebenarnya acara kali ini. Untuk mengenang kematian seseorang dengan perasaan yang sebenarnya.
Tetapi... isi naskahmu tadi benar-benar menarik, ya. Kau ingin mengatakan bahwa kau tahu siapa penjahat yang sebenarnya. Tetapi, ada kenyataan yang bertentangan dengan naskah yang sebelumnya. Sebenarnya apa kenyataannya...? Kalau ada di dalam kegelapan seperti ini, rasanya susah sekali membedakan antara kebenaran dan tipu muslihat. Rasanya seperti dikacaukan.
Saya sangat tertarik untuk mendengar pembacaan naskah yang selanjutnya, tapi ada juga perasaan ngeri. Sebenarnya cerita apa yang kalian bawa?
Ah... maafkan saya. Hina, silakan duduk kembali. Kau pernah bilang kau tidak pintar bahasa Indonesia, juga tidak lihai menulis, tetapi naskah tadi memiliki kalimat-kalimat yang lumayan hebat. Terasa sekali racun seorang wanitanya.
Baiklah Saudari sekalian, silakan memberi tepuk tangan yang meriah untuk Nakamura Hina.
•••
Wah! Guntur yang hebat sekali. Kelihatannya badai ini tidak akan reda dalam waktu dekat. Hujan pun turun semakin lebat. Benar-benar menakutkan.
Ngomong-ngomong, Saudari sekalian. Apa minumannya sudah cukup? Untuk sedikit mencuci mulut, saya akan menyajikan cocktail ala sorbet, ya. Karena gelap izinkan saya memakai lilin untuk sementara. Ayo, jangan sungkan-sungkan untuk menambah.
...Wah, Lami? Ada apa? Wajahmu terlihat pucat sekali. Lalu, kenapa kau melepas jepit rambut dengan tergesa-gesa seperti itu? Bukankah tadi kau bilang jepit rambut itu hadiah dari Karina?
Waduh, Saudari sekalian... bahan-bahan di dalam panci jadi terlalu masak. Saya tahu kalian terlena dengan pembacaan naskah, tapi silakan tambah loh.
Baiklah, selanjutnya, giliran siapa ya? Ah, murid pindahan Herin Detcheva, ya. Jangan tergesa-gesa seperti itu. Makanlah dulu dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Character
Mystery / ThrillerGadis itu mati. Ketua Klub Sastra, Karina Cathabell, mati. Di tangannya ada setangkai bunga hortensia. Pembunuhan? Bunuh diri? Tidak ada yang tahu. Satu dari ke-lima gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu. ...