Bagi kami berdua sikap Ningning tidak bisa kami maafkan. Tapi kami tetap tersenyum dan berinteraksi dengan hangat dengan Karina.
Tapi saya tahu. Senyum Karina yang ditujukan pada Ningning sangat kaku dan matanya sama sekali tidak ikut tersenyum. Awalnya saya kira Karina hanya merasa tegang karena dia lebih senior. Tapi kemudian saya bisa merasakan rasa dingin pada sikap Ningning.
Selain itu, Ningning juga melakukan tindakan buruk kekanak-kanakan pada Karina. Kejadiannya saat Karina menjatuhkan anting-antingnya di dalam bus tur. Karina menyambarnya dan menyembunyikannya di dalam tas, kemudian dia ikut mencari bersama dengan Karina untuk menggodanya.
Ada juga hal yang seperti ini. Sebagai kenang-kenangan kedatangan kami di Biara Lira, Karina membelikan kami misanga yang seragam. Aku dan Hera sangat senang dan kami segera mengenakannya di pergelangan tangan kami. Tapi Ningning hanya tersenyum dan memasukkan benda itu ke tasnya sambil berkata, “Kak Karina, terima kasih.”
Hari berikutnya, ketika Hera menjemput Ningning di kamarnya, dia melihat benang-benang berwarna pink yang kacau balau dibuang di dalam tempat sampah. Hera dan saya tidak terkejut sama sekali. Benar, kan, pikir kami waktu itu.
Begitulah, sebenarnya kenakalan Ningning sangat jelas terlihat, tapi Karina sendiri seperti tidak menyadarinya. Dia selalu membelikan sesuatu untuk Ningning, memperhatikan kesehatannya, dan selalu menjaganya seperti seorang kakak. Benar-benar orang yang tulus. Karina yang saya cintai. Kapan pun Karina selalu menjadi gadis yang sempurna. Saya tidak bisa mengerti kenapa Karina bisa membenci gadis manis seperti Karina.
Tetapi, setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama-sama, akhirnya saya sadar apa alasannya.
Karina memimpin sebuah Klub Sastra, jadi dia memiliki pandangan estetika tersendiri terhadap sebuah karya sastra. Sering sekali waktu ada di dalam mobil dia berbicara tentang pandangannya tersebut, bahkan dia sering mengatakan dengan lantang: “Aku tidak suka bagian ini,” terhadap karya sastra yang terkenal sekalipun. Karina yang selalu tenang, kalau sudah berbicara tentang sastra berubah menjadi penuh semangat dan berbicara dengan cepat. Dengan nada seperti itulah, dia sering mengumumkan kekurangan karya debut Ningning, Tiga Bulan.
“Dalam keadaan seperti itu, aku pikir tidak wajar bagi tokoh utamanya untuk marah-marah. Kalau dia benar orang Indonesia, dia pasti menangis dulu kan?”
“Hubungan orangtua dengan anak terasa kering. Kalau di luar negeri, mungkin seorang anak akan menjadi mandiri dalam waktu cepat, tapi bagi orang Indonesia, meskipun sudah dewasa, orangtua dan anak akan saling bergantung. Rasanya itu perlu dijelaskan lebih lagi.”
Ningning hanya tersenyum tipis menanggapi kata-kata Karina tanpa berkata-kata sedikit pun. Tapi, di setiap akhir kritik, dia selalu menambahkan: “Tapi, Ningning lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri, jadi wajar saja ya…”
Ningning tumbuh besar di China. Mungkin
Ningning sadar bahwa kritik-kritik itu akan berhenti kalau dia mengangguk dan tersenyum. Akan tetapi, saya jadi tidak suka dengan Ningning dan menganggap gadis ini sangat dangkal dan bermuka dua karena di luarnya dia bertindak seperti biasa, tapi di belakang dia mengganggu Karina.________________
Halooo~
Semoga suka ya sama chapter ini. Maaf kalau ceritanya ngebosenin 😞🙏Terimakasih buat yang udah baca cerita ini
💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Character
Misterio / SuspensoGadis itu mati. Ketua Klub Sastra, Karina Cathabell, mati. Di tangannya ada setangkai bunga hortensia. Pembunuhan? Bunuh diri? Tidak ada yang tahu. Satu dari ke-lima gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu. ...