♔︎ | Chapter 9

1K 153 28
                                    

Hujan turun begitu deras, dan Jimin bersyukur ia sudah lebih dulu sampai di sebuah gubuk terbengkalai yang setidaknya cukup untuk melindungi dirinya dan Rosé dari gemercik air hujan yang jatuh membasahi bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan turun begitu deras, dan Jimin bersyukur ia sudah lebih dulu sampai di sebuah gubuk terbengkalai yang setidaknya cukup untuk melindungi dirinya dan Rosé dari gemercik air hujan yang jatuh membasahi bumi

Ia menolehkan kepalanya ke arah Rosé, ia lihat, wanita itu tengah mengusap telapak tangannya beberapa kali. Mungkin, dia sedang kedinginan. Dengan inisiatif, Jimin melepas jubahnya, lalu memakainya kepada Rosé

Wanita itu sedikit tersentak kaget, sebelum akhirnya ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Jimin. "Terimakasih, Jim. Engh, apa kau tidak kedinginan?"

"Aku tak selemah itu, Roséanne"

Rosé mengangguk, ia menoleh ke kanan dan kiri, sebelum akhirnya kembali bersuara, "Jim, coba kau buka pintu itu, jika bisa dibuka, lebih baik kita masuk saja ke dalam sana"

"Kau masih kedinginan?"

"Sedikit"

"Baiklah, tunggu aku"

Jimin segera mendobrak pintu gubuk itu, membuat mata Rosé melotot sempurna. Padahal, tadi ia hanya menyuruh Jimin untuk membuka pintunya, bukan untuk mendobraknya

"Jim! Kau merusak pintunya!"

"Tak apa, aku bisa membuat pintu pengganti dengan sihirku. Ayo, masuk!"

Rosé mengangguk pelan, ia segera masuk ke dalam gubuk itu. Dan duduk lesehan disana. Sementara Jimin, tengah fokus membuat pintu replika, yang setidaknya bisa bertahan selama belasan jam lamanya

Tak mau terlihat tak berguna, Rosé pun dengan inisiatif mengambil lentera yang berada tak jauh darinya. Lalu, ia letakkan tepat dihadapannya. "Bagaimana caranya aku menyalakan lentera ini?"

Rosé melirik ke kanan dan kiri sekali lagi, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membakar sumbu yang terdapat didalam lentera itu. Tapi sayangnya, ia tak menemukan benda berguna apapun disana

"Ada apa? Kau butuh sesuatu?"

"Uhm, Lentera ini mati. Kau bisa menggunakan sihirmu untuk membakar sumbu didalamnya?"

Jimin mengangguk pelan, ia langsung mengambil lentera itu, lalu menghidupkannya dengan kekuatan sihir yang ia miliki. Setelah selesai, barulah ia letakkan kembali benda itu tepat didepan Rosé

"Akhirnya.. Terimakasih, Jim" ucap Rosé, sangat tulus

Kedua mata mereka bahkan sempat bertemu, meskipun hanya sesaat. Karena Rosé segera memutusnya begitu saja, wanita itu tampaknya tak main-main dengan ucapannya tadi, ucapan yang nyatanya berhasil melukai hati Jimin sangat dalam

Keputusan untuk berpisah yang disepakati olehnya dan Rosé tadi, bukanlah suatu pilihan yang menyenangkan. Karena pada akhirnya, mereka berdua akan sama-sama terluka, sungguh ironi

Rosé sendiri pun tak bisa berbohong mengenai hatinya yang masih begitu nyeri, ia begitu mencintai Jimin, tapi ia tak mungkin mementingkan egonya, sementara ia sendiri tahu Jimin tak akan baik-baik saja jika terus bersamanya

MY ONLY DIRECTION | Jirosé ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang