MULMED :
BECAUSE I LOVE YOU - ROSÉJimin mengepal kuat tangannya, menunggu pergantian bulan purnama dengan hati yang tak karuan. "Yang mulia, apakah keputusanmu sudah tak bisa diganggu gugat? Aku bisa saja melepas rantai-rantai ini dan membunuh putri Oxana itu untukmu"
"Tak perlu, Haruto. Keputusanku sudah bulat, aku memang bukan raja yang baik untuk Regrak. Jadi tolong, gantikan aku, dan sejahterakan Regrak"
"Tapi yang mulia, kau tetaplah raja Regrak yang sesungguhnya—"
Tak ada balasan dari Jimin, pria itu justru terpejam, menunggu api redsin yang siap membakar tubuhnya sebentar lagi. Sementara Haruto sudah mundur beberapa langkah karena Ares yang memaksanya, sementara Hermes hanya tersenyum tipis menyaksikan sang raja iblis yang tampak pasrah dengan takdirnya
"Hermes, apakah kau tak bisa menolongnya?"
"Untuk apa?"
"Ck, kau tak berguna!"
Haruto merendah, mengepal tangannya kuat-kuat sebelum dirinya menempelkan kepalan tangan itu didadanya, ia tak bisa bertindak banyak saat ini, ia hanyalah seorang panglima yang tak memiliki wewenang untuk menentang Jimin
Meskipun sebenarnya ia bisa saja membantu pria itu, dan menyelamatkan sang raja dari kobaran api neraka yang panasnya berjuta-juta kali lipat dari bara api yang ada diperut bumi
Bulan purnama mulai menunjukkan eksistensinya, dan disaat itulah, Jimin sudah memasrahkan dirinya untuk mati bersamaan dengan sang pujaan hati yang sekarang tengah melahirkan anaknya
Namun, beberapa menit lamanya Jimin terdiam dalam keadaan tak berdaya. Api itu tak juga membakarnya, "Apa? Kenapa aku tak terbakar?"
Bulan kembali ke posisi asalnya, tanpa membuat sang raja terluka sedikit pun. Ares dan Haruto menatap bingung ke arah Jimin, dan tatapan itu sekejap berubah ketika Jimin meminta Haruto untuk melepas rantainya
Jimin segera berlari pergi dari tempat eksekusinya, meninggalkan Ares, Hermes dan Haruto yang masih terdiam ditempat masing-masing, "Kenapa Jimin tak terbakar? Dan kenapa juga dia berlari tergesa-gesa seperti itu?"
"Itu artinya ada dua kemungkinan yang terjadi, Ares. Jika redsin tak berhasil membakar Jimin, itu artinya pion Oxana sudah lebih dahulu mati, yang mana artinya Jimin sudah mendapatkan kekekalannya sekarang"
"Lalu, kemungkinan selanjutnya?"
"Bisa jadi juga tak ada yang mati di antara mereka berdua, terlebih sebelumnya mereka sudah melakukan ritual penyelarasan jiwa"
"Tapi bagaimana mungkin ritual itu berhasil jika wanitanya saja sudah terkena kutukan?"
"Aku kurang tau, tapi sepertinya itu karena ketulusan mereka dalam berhubungan. Kau temannya bukan? Kau pasti jauh lebih tau dariku seperti apa Jimin mencintai wanitanya"
Ares mengangguk pelan, sebelum akhirnya ia tersenyum tipis, "Aku sangat berharap kabar baik darinya, biar pun aku sering bertengkar dengannya, tapi Jimin tetaplah teman setiaku"
Sementara itu, kini Jimin tengah memacu cepat kudanya. Tak memperdulikan dirinya yang tak membawa apapun dari Regrak menuju Oxana
Nama Rosé sedari tadi berhasil menyita pikirannya, hatinya gundah disertai dengan gelisah yang tak menentu. Ia takut apa yang menjadi kerisauannya tiap malam, benar-benar terjadi hari ini
Sesampainya di Oxana, Jimin segera berlari memasuki Istana. Meskipun mendapatkan perhatian dari beberapa prajurit disana, tapi tak ada satupun yang berani menghalanginya, Jimin tetaplah pahlawan bagi bangsawan Oxana, dan itulah kenapa sebagian besar dari Oxana segan dengannya
"Dimana Roséanne? Cepat katakan!!"
"Disana tuan—"
Jimin segera melenggang menuju arah yang ditunjuk, dengan sedikit kasar, Jimin membuka satu-satunya pintu yang ada disana. Dilihatnya, Baekhyun tengah berbincang dengan salah seorang tabib, tanpa adanya Rosé disekitar mereka, "Jimin? Kau masih hidup?"
"Dimana Roséanne?"
Baekhyun menyuruh tabib tadi pergi, meninggalkan Jimin dan juga Baekhyun. Hingga suara tangisan bayi terdengar jelas dikedua telinga mereka, membuat Baekhyun mengurungkan niatnya tadi untuk berbincang sebentar dengan Jimin
"Masuklah ke dalam ruangan itu, kau akan temukan jawabannya disana"
Kaki Jimin melangkah pelan, mendengar tangisan bayi yang semakin nyaring ditelingannya. Membuat hatinya menghangat, sekaligus takut. Ia senang jika anaknya lahir dengan selamat, tapi ia juga takut dan masih belum siap menerima kenyataan pahit yang akan terjadi pada wanitanya
"Setakut ini aku kehilanganmu, Roséanne"
Perlahan, Jimin buka pintunya. Ia dangahkan sedikit kepalanya dengan sisa keberanian yang ia miliki, sampai akhirnya, kakinya melemas sempurna. Matanya berkaca, diikuti dengan jantungnya yang berdegup begitu kencang. Ia segera menghampiri wanitanya, memeluknya erat tanpa memperdulikan wanita itu yang tengah terkejut atas kehadirannya
"Jimin?"
"Aku senang mimpi burukku tak benar-benar terjadi, sayang"
Rosé tersenyum, setelah pelukan Jimin merenggang, barulah Rosé menunjukkan bayi laki-laki yang baru saja ia lahirkan beberapa menit yang lalu kepada Jimin
Pria itu tampak terharu melihatnya, ia bahkan sampai merebut bayinya untuk sekedar menciumi wajahnya yang masih memerah sampai tangisnya terhenti, "Ternyata putra kita tahu kalau ayahnya datang"
"Maaf, maaf aku tak bisa menemanimu tadi, aku—" setelah mengecup singkat bibir Jimin, Rosé segera membawa kembali bayi park ke dalam gendongannya
"Kau ingin menamainya apa?"
Jimin tersenyum lebar, ia segera merangkul pundak Rosé, dengan tangan yang sebelahnya mengusap kening sang anak, "Bagaimana dengan Chaemin?"
"Park Chaemin?"
"Itu nama yang bagus"
"Baiklah, aku setuju!"
"—Park Chaemin, anak ibu. Selamat datang, sayang. Jadilah laki-laki yang hebat dan kuat seperti ayahmu dimasa depan ya" seru Rosé
Jimin tak bisa lagi berkata, semuanya terlalu mengejutkan untuknya. Meskipun begitu, Jimin tak bisa pungkiri, bahwa dirinya amat bahagia menerima takdir indah ini, hidup bersama wanita terkasih dan buah cinta mereka, ini adalah satu hal yang tak pernah Jimin pikirkan sebelumnya, namun kini, itu semua terwujud
Dan Jimin bersumpah akan menyerahkan seluruh hidup hanya untuk wanita dan anaknya saja. Ia benar-benar sudah terlalu dalam mencintai mereka, dan tampaknya rasa itu akan terus bertambah seiring berjalannya waktu
"Terimakasih, sayang. Terimakasih! Aku mencintaimu!"
Jimin mengecup kening Rosé, sebelum akhirnya ia menyusupkan kepalanya di ceruk leher wanitanya, membuat sang empu terkekeh pelan sembari terus menidurkan Chaemin yang tak lagi menangis
"Aku juga mencintaimu, Jimin"
- 𝑇𝑜 𝐵𝑒 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑢𝑒 -
A/N : Akhirnya bisa tidur nyenyak... Btw, ini chaptnya belum direvisi, tapi semoga masi bisa dibaca kalo ada yang typo:)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ONLY DIRECTION | Jirosé ✓
Fanfiction[ Follow Sebelum Membaca! ] [ Story 7 ] Park Jimin, seorang raja yang gagah dan berani, memiliki berbagai macam julukan karena kehebatan yang ia miliki, serta pengaruh besar yang ia berikan untuk kerajaannya sendiri Dahulu, Jimin tak pernah sedikitp...