♔︎ | Chapter 3

1.4K 202 41
                                    

Jimin membaringkan tubuh Rosé di atas ranjangnya, menempatkan tubuhnya dengan posisi senyaman mungkin, agar sang empu, bisa tertidur nyenyak sampai nanti sang surya kembali menyinari dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin membaringkan tubuh Rosé di atas ranjangnya, menempatkan tubuhnya dengan posisi senyaman mungkin, agar sang empu, bisa tertidur nyenyak sampai nanti sang surya kembali menyinari dunia.

Tangan Jimin bergerak, menarik selimut tebal milik wanitanya ini untuk menutupi sebagian tubuhnya. Selesai dengan itu, barulah Jimin kecup kening wanitanya cukup lamat, "Tidur yang nyenyak, sayang"

Rosé hanya bergumam kecil, tanpa sedikitpun berniat membuka matanya, tanda kalau wanita itu sudah tertidur sangat pulas. Jimin terseyum kecil, rasanya, ingin ia berlama-lama ditempat ini, menemani sang pujaan hati sepanjang malam.

Namun, mana bisa ia seperti itu. Jika orang Oxana menyadari keadaannya, bukan hanya ia yang akan terancam, tapi Rosé pun juga. Sekalipun Jimin bisa membunuh mereka semua, tapi, provokasi paling kuat dari Oxana yang membenci adanya hubungan antara dirinya dan Rosé adalah Jaehyun, yang sialnya, adalah ayah dari wanitanya ini.

Tubuh Jimin menegak sempurna ketika indra pendengarannya menangkap sinyal bahaya yang datang dari arah belakang. Dengan kepekaannya, Jimin segera menghadang busur panah yang mencoba melukai wanitanya, membiarkan ujung busur itu tertancap dilengannya.

Mata Jimin memerah, ia marah. Ia sudah bersumpah, siapapun yang berusaha menyakiti Rosé walaupun hanya sejengkal saja. Maka ia tak akan segan-segan membunuh orang itu, lalu kepalanya, akan ia belah menjadi dua sebagai bukti kemurkaannya.

Memang terdengar sangat kejam, tapi itulah dirinya. Sebelum mengenal Rosé, sudah banyak nyawa yang ia habisi dengan cara membabi buta, jadi, bukan suatu hal yang baru baginya jika harus membunuh lagi, terlebih dengan alasan untuk menjaga cintanya.

"Bedebah sialan!"

Jimin segera mengeluarkan pedang Megasus miliknya, pedang api yang hanya akan ia keluarkan jika ia ingin membantai para lawan-lawannya di medan perang, pedang yang sudah membunuh ribuan nyawa dibawah kendalinya.

Dengan gerakan mengambang, ia segera memberikan gertakan yang mampu memukul mundur lawan. Hal itu segera Jimin manfaatkan untuk keluar dari Kamar Rosé, sebelum akhirnya, ia menutup akses bagi orang misterius itu untuk mendekat ke arah Rosé.

"Raja Regrak yang terhormat, sedang apa kau disini? Bukankah itu artinya kau sudah melanggar aturan hukum yang ditulis oleh leluhur sebelumnya"

"Tak usah banyak omong, katakan, siapa kau? Berani sekali kau mengarahkan busur panahmu ke arah wanitaku"

"Untuk apa kau menjaganya, bahkan sampai mengorbankan lenganmu untuk melindunginya. Kau dan dirinya tidak akan pernah ditakdirkan untuk bersama"

"Kau memintaku untuk merobek mulut sialanmu itu, hah?"

Jimin maju beberapa langkah, bergerak secepat kilat, guna memberikan serangan kuat pada area vital pria itu. Namun, elakan yang dilakukan pria itu, yang sialnya tak kalah cepat dengan serangannya, membuat Jimin hanya bisa melukai punggungnya saja.

MY ONLY DIRECTION | Jirosé ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang