Kamar luas itu terasa sangat menenangkan bagi Sally, dengan dinding berwarna putih. Selimut dan seprei berwarna putih juga. Ada satu set meja lengkap dengan cermin riasnya, Sally merasa tersentuh dengan hal yang sudah disiapkan Maverick untuknya.
Ia berjalan menuju jendela besar di sana, tangannya yang lentik bergerak menyibak sedikit gorden tersebut. Halaman bersih dan luas menyambut indra penglihatannya, langit malam bertabur bintang ditemani dengan cahaya rembulan mampu menambah keindahan yang disuguhkan.
Terlalu sibuk dengan apa yang dilihatnya, membuat Sally tidak sadar dengan kehadiran Maverick di ambang pintu. Pria itu tersenyum, sulit ia percaya jika akhirnya Sally setuju untuk tinggal bersamanya. Maverick berjalan menghampiri dambaan hatinya itu dengan langkah tenang.
Sally sedikit terkejut saat sepasang tangan melingkar di perutnya, di tambah dengan sebuah dagu yang ada pada bahunya. Tanpa menoleh ia pun sudah tahu siapa pelakunya.
''Kau suka kamarmu?'' pertanyaan itu yang terlontar dari mulut Maverick.
Sally sedikit menoleh dan tersenyum, ia mendaratkan kecupan manisnya pada pipi sebelah kiri Maverick. ''Kau menyiapkannya dengan sangat detail, aku sangat menyukainya,'' jawab Sally.
Maverick tersenyum, ''Apapun akan kulakukan untuk membuatmu merasa nyaman.'' Ia mendaratkan kecupannya pada leher jenjang Sally.
Perlakuan kecil Maverick mampu membuat hati Sally serasa disentil, bagaimana mungkin ia tega mengabaikan kebaikan pria itu di masa lalu.
''Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu kan?'' tanya Maverick pelan, nyaris berbisik di telinga Sally.
Sally menunduk, ia melepaskan tangan Maverick pada perutnya dan berbalik menghadap Pria itu. ''Tidak, yang aku tahu bahwa aku selalu membutuhkanmu di mana pun dan kapan pun,'' balas Sally menatap kedua bola mata Maverick.
''Sangat klise__'' Maverick memegang lembut leher bagian kiri Sally, "__Terimakasih, kukatakan berapa kali pun aku tidak akan bosan. Aku mencintaimu.'' Maverick memajukan wajahnya.
Sally tahu kemana kejadian ini akan membawanya, Sally memilih pasrah atas apa yang akan terjadi. Ia membiarkan Maverick menikmati bibirnya yang lembut. Sally memejamkan matanya menerima perlakuan tersebut. Ciuman dari Maverick memang berbeda dari yang lain. Ia akui, bahwa bibir Maverick sangatlah menggoda. Sally terus saja menerima ciuman manis dan manja itu, tangannya bergerak mengalun pada leher Maverick agar pria itu tak segera melepas bibirnya. Parfum Maverick berbeda dengan Marc, rasa ciuman itu juga sangat berbeda dengan Marc, dan wajah itu bukanlah Marc.
Deg! Bayangan Marc kembali hadir dalam pikiran Sally. Kenangan-kenangan saat bersama pria itu kembali datang. Sally berusaha menepisnya, namun sukar baginya. Ia melepas diri dan menjauh. Sally memejamkan matanya, menghalau kembali pikiran yang tiba-tiba saja membuat dirinya teringat Marc.
''Maaf Maverick,'' ucap Sally pelan, ia menundukkan kepalanya guna menghindari tatapan pria itu.
Maverick tahu apa yang terjadi, fakta yang mau tidak mau harus ia terima adalah bahwa masih ada sosok Marc di tengah-tengah hubungannya dengan Sally. Ia tahu bahwa kekasihnya masih belum bisa melupakan sosok itu. Ditambah lagi Marc selalu berada di sekitar mereka. Maverick paham betul hal itu, ada perasaan cemburu di benaknya. Namun ia berusaha tersenyum.
Maverick melangkah mendekati Sally, ia mendaratkan kecupan manisnya pada dahi perempuan itu. ''Tidurlah, malam sudah mulai larut. Besok pagi kita harus berangkat ke Austin.''
Itu yang dikatakan Maverick sebelum pria itu meninggalkan kamarnya. Ada perasaan bersalah pada hati Sally selepas kepergian pria itu, apa yang sudah ia lakukan? Sebegitu susahnya kah melupakan Marc dan menerima Maverick sepenuhnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Elección [Marc Marquez] Fanfiction (COMPLETE)
Chick-LitMarc menghilang bukan karena penasaran rasanya dicari, ia juga menghilang bukan karena ingin terbiasa tak bersama. Namun Marc menghilang karena keegoisannya, karena kebodohannya, dan karena ambisinya. Ambisi yang kembali membuatnya datang untuk memo...